Medan Flood Control Project

BAB IV PERAN PEMERINTAH KOTA MEDAN TERHADAP BANJIR di KAMPUNG

AUR

4.1 Medan Flood Control Project

Sungai Deli adalah sungai bersejarah yang mengalir membelah inti kota Medan. Seperti yang telah di bahas pada Bab III, sungai ini sering mengalami banjir dan melimpasi areal di sekitarnya. Bencana banjir tanggal 26 Nopember 1990 tercatat sebagai banjir yang terutama melimpasi daerah utara kota Medan daerah utara Helvetia dengan seluas 45 km 2 dan mengakibatkan korban jiwa. Sungai Percut yang melintasi di sekitar kota Medan juga mempunyai kondisi yang hampir sama. Banjir tanggal 23 Desember 1992 mengakibatkan melimpasnya air di daerah sekitar sungai dan daerah utara, dengan luas yang hampir sama dengan yang diakibatkan banjir sungai Deli. Limpasan air terjadi karena tidak cukupnya kapasitas volume penampang sungai- sungaitersebut.http:www.waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articl eid=166973:bangunan-pinggir-sungai-picu-banjircatid=15:sumutItemid=28 diakses 20 Agustus 2013 pukul 20.50 WIB Kejadian banjir di kota Medan yang hampir rata-rata 10-12 kalitahun sangat dipengaruhi oleh kondisi DAS sungai Deli dan DAS Belawan di daerah hulu. Mencakup kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang dan kota Medan serta disebabkan oleh 2 dua hal yaitu : 1. Banjir akibat kiriman dari daerah hulu Universitas Sumatera Utara 2. Banjir di kota Medan sendiri akibat kondisi drainase kota yang sangat buruk poor drainage. Bencana banjir di kota Medan sebagian besar terjadi di sepanjang sungai Deli. Daerah Aliran Sungai DAS Deli dengan luas 481,62 km 2 berawal dari pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian 1.725 m di atas permukaan laut hingga pantai Selat Malaka. Sungai Deli dengan panjang 75,8 km mengalir melalui kota Medan yang berada di bagian hilir DAS Deli dengan ketinggian berkisar 0-40 m di atas permukaan laut. Sungai ini merupakan saluran utama yang mendukung drainase kota Medan dengan cakupan luas wilayah pelayanan sekitar 51 dari luas kota Medan. Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan pada daerah aliran sungai Deli, terbatasnya peningkatan kapasitas sungai Deli oleh karena banyaknya bangunan, baik bangunan perumahan, perkantoran maupun industri di sepanjang sungai. Dimana luas daerah genangan ± 9.000 ha yang terdiri dari daerah pemukiman, industri dan areal transportasi yang semua ini terjadi antara lain disebabkan akibat penampang sungaianak sungai melalui daerah potensial tersebut semakin kecil disebabkan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, bertambahnya aliran permukaan, kerusakan daerah tangkapan air di hulu sungai, dan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dimana sering membuang sampah ke sungaianak sungai dan sangat minimnya biaya operasi serta pemeliharaan untuk bangunan drainase yang sudah ada. Banjir pada hakekatnya hanyalah salah satu output dari pengelolaan DAS yang tidak tepat. Bencana banjir menjadi populer setelah dalam waktu yang hampir bersamaan akhir bulan Januari 2002 beberapa kota dan kabupaten di Indonesia Universitas Sumatera Utara terpaksa harus mengalami bencana ini. Bahkan, Medan yang notabene merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, terpaksa harus terendam air. Sudah tentu kerugian yang harus diderita oleh masyarakat sangatlah besar. Dari hasil investigasi Tim Peneliti BTP DAS di dua DAS di Sumatera Utara, yaitu DAS sungai Deli dan DAS Salah satu cara untuk menangani permasalahan banjir di Kota Medan adalah dengan membangun Floodway Saluran Pengelak Banjir dari Sungai Deli ke Sungai Percut. Proyek Pengendalian Banjir Medan Medan Flood Control Project ini di mulai dengan studi Belawan Padang Integrated River Basin yang merupakan kerjasama JICA dan Pemerintah Republik Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengembangan Sumber Daya Air pada tahun 1990-1992. Studi ini meliputi sungai- sungai antara lain: Sungai Belawan, Sungai Deli – Percut, Sungai Serdang, Sungai Ular, Sungai Belutu, Sungai Padang. Salah satu kajian dari studi tersebut adalah pengendalian banjir flood control dari sungai-sungai tersebut diatas. Berdasarkan kajian cost benefit analysis analisis biaya keuntungan yang dilakukan oleh JICA ternyata pekerjaan pengendalian banjir untuk Kota Medan pengendalian banjir sungai Deli-Percut memiliki nilai Economic Internal Rate of Return EIRR yang paling tinggi 20,03 . Ini artinya pelaksanaan program pengendalian banjir Kota Medan merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan. Pembangunan di Daerah Aliran Sungai Deli dan Sungai Percut meliputi: 1. Perbaikan upstream hulu Sei Deli 2. Perbaikan Sei Percut 3. Pembuatan Kanal Banjir floodway dari sungai Deli ke sungai Percut Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1999 Pemerintah Indonesia melalui LOAN IP-495 memperoleh dana pinjaman dari pemerintah Jepang Japan Bank For International Cooperation untuk melaksanakan Pembangunan Medan Flood Control berupa kegiatan Konstruksi dan Supervisi. Pembangunan Proyek Medan Flood Control, perencanaan dan pengawasannya dilaksanakan oleh Konsultan Jepang yaitu CTI ENGINEERING CO, LTD dan bekerja sama dengan konsultan-konsultan Indonesia. Dalam pelaksanaan proyek pengendalian banjir ini terdiri dari 8 paket kegiatan seperti pada gambar berikut: Gambar 3. Peta lokasi paket MFC-1 sampai paket MFC-8 Universitas Sumatera Utara Dalam pelaksanaannya, pembangunan proyek Pengendalian Banjir Kota Medan MFC Project ini banyak terdapat berbagai perubahan-perubahan perencanaan yang disebabkan oleh keterbatasan lahan. Permasalahan dalam perencanaan ini antara lain meliputi masalah Hidrologi, struktur bangunan, Mekanika Tanah, Hidrolika, dan lain- lain. Gambar 4. Lokasi Floodway Universitas Sumatera Utara Namun proyek kanal banjir Medan sepanjang 3,8 kilometer memakan biaya Rp 600 miliar yang rampung dibangun Tahun 2007 silam dinilai sebagai proyek sia-sia. Kanal banjir tetap tak mampu mengatasi banjir di Kota Medan. http:www.dnaberita.comberita-91057-kanal-banjir-medan-dinilai-proyek-siasia.html diakses 28 Agustus 2013 pukul 19.35 WIB. Pembangunan banjir kanal seharusnya untuk mengatasi banjir siklus 40 tahunan dan banjir tahunan di Kota Medan. Namun karena pintu kanal lebih tinggi dari Sungai Deli, akibatnya setiap terjadi banjir kiriman, Sungai Deli tetap meluap hingga menggenangi rumah-rumah warga di sekitar Sungai Deli, termasuk Kampung Aur yang keberadaannya persis di bibir sungai Deli. Hal tersebut sangat di sesali oleh masyarakat yang bermukim di sekitar kanal dan masyarakat Kampung Aur. Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai Flood Control ini, Peneliti sempat mewawancarai seorang Nenek bernama Riris 59 tahun yang kebetulan sudah 30 tahun tinggal di desa Marendal dan menjadi saksi pembangunan Flood Control ini. Beliau menyatakan bahwa proyek pembangunan kanal ini dianggap gagal, karena banyak kontraktornya korupsi, pengerjaan dilakukan secara asal-asalan. Universitas Sumatera Utara Peneliti menyaksikan keberadaan kanal tersebut benar-benar tidak terawat, rumput dan semak tumbuh subur di sisi kiri dan kanan kanal, alur kanal tertutup oleh tanaman kangkung sehingga jika dilihat kanal tersebut lebih cocok disebut sebagai lahan tanaman kangkung. Ditambah lagi hal yang paling tak mengenakkan mata bahwa masyarakat yang bermukim disekitaran kanal juga membuang sampah ke dalam alur kanal. Sehingga menimbulkan pertanyaan, dimana sesungguhnya letak peran Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Sumber Daya Air, Direktorat Sungai, Danau dan Waduk. Gambar 5. Keadaan Medan Flood Control di Titi Kuning Marendal Sumber: Mega Natalia Universitas Sumatera Utara

4.2 Rumah Susun Sederhana Sewa Kampung Aur