BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Sosial dan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara
Karakteristik sosial dan ekonomi rumah tangga di Desa Bagan Dalam dapat ditunjukkan melalui tabel berikut ini :
Tabel 14. Karakteristik Sosial dan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara
No Uraian Satuan
Range Rataan
1 Penghasilan Rumah Tangga
Rupiahhari 30.000-100.000
58.753 2
Jumlah Anggota Keluarga Jiwa
2-13 5
3 Umur
Tahun 21-70
46 4
Tingkat Pendidikan Tahun
0-17 9
Sumber Lampiran 1
5.1.1 Penghasilan Rumah Tangga
Pada Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa rata-rata penghasilan rumah tangga di daerah penelitian per harinya adalah Rp 58.753 dengan rentang Rp 30.000-
100.000. Hal ini menunjukkan bahwa penghasilan rumah tangga di daerah penelitian masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan Upah Minimum
Kabupaten Batu Bara Tahun 2015 UMK sebesar Rp 79.807,69. Hal ini disebabkan karena penghasilan yang didapat hanya bergantung pada hasil melaut.
Sedangkan melaut tergantung pada situasi kondisi cuaca yang terkadang tidak menentu, sehingga kondisi melaut yang tidak pasti ini mempengaruhi penghasilan
yang didapat. Sementara itu, kebutuhan konsumsi pangan harus dipenuhi setiap harinya untuk dapat bertahan hidup sehingga sebagian besar pendapatan yang
didapat, dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan keluarga setiap
38
Universitas Sumatera Utara
harinya. Apalagi rumah tangga yang memiliki banyak anggota rumah tangga, maka tuntutan pemenuhan akan konsumsi pangan keluarga juga semakin besar.
5.1.2 Jumlah Anggota Keluarga
Pada Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga di daerah penelitian adalah 5 jiwa dengan rentang 2-13 jiwa. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah anggota rumah tangga di daerah penelitian tergolong sedang. Besarnya jumlah anggota rumah tangga sangat mempengaruhi konsumsi pangan
di dalam suatu rumah tangga. Sehingga banyaknya jumlah anggota keluarga mempengaruhi keragaman jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi.
5.1.3 Umur
Pada Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa rata-rata umur ibu rumah tangga sebesar 46 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur ibu rumah tangga tergolong
sedang rata-rata usia ibu di daerah penelitian tidak terlalu muda ataupun terlalu tua. Rentang umur mulai dari 21-70 tahun menujukkan bahwa umur ibu di daerah
penelitian bervariasiberagam.
5.1.4 Tingkat Pendidikan
Pada Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan ibu rumah tangga di daerah penelitian sebesar 9 tahun dengan rentang 0-17 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu rumah tangga di daerah penelitian tergolong rendah tamatan Sekolah Dasar. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
akan pentingnya pendidikan itu masih kurang. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga diasumsikan berkaitan dengan sikap Ibu dalam memilih dan menentukan
pola konsumsi pangan rumah tangganya.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara
Parameter untuk melihat tingkat keragaman pola konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan PPH dengan skor 100 sebagai pola standar yang ideal. Acuan
kuantitatif untuk konsumsi pangan adalah Angka Kecukupan Gizi AKG rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WNPG yaitu konsumsi
energi sebesar 2000 kkalkaphari dan konsumsi pangan aktual sebesar 850 gramkaphr.
Pola Pangan Harapan PPH adalah suatu pedoman komposisi beragam pangan yang mampu menyediakan energi dan zat gizi yang dibutuhkan oleh rata-rata
penduduk dengan jumlah yang cukup dan seimbang serta memberikan mutu makanan yang baik.
Pengukuran pola konsumsi pangan rumah tangga melalui skoring Pola Pangan Harapan PPH menggambarkan pola konsumsi pangan rumah tangga dari segi
kualitas. Artinya, semakin tinggi skor yang didapat mengindikasikan bahwa rumah tangga tersebut sudah memenuhi kebutuhan kualitas gizi pangan yang
beragam dan berimbang. Semakin besar skor PPH maka kualitas konsumsi pangan dinilai semakin baik.
Dan apabila skor yang dihitung besarnya masih dibawah standar ideal maka pola pangan yang dikonsumsi masih belum ideal. Artinya kebutuhan bahan pangan
yang dikonsumsi masih belum mencapai standar yang diharapkan. Dari penelitian diperoleh data keragaman pola konsumsi pangan di Desa Bagan Dalam yang
ditampilkan pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15. Keragaman Pola Konsumsi Pangan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara
No Kelompok
Pangan Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan PPH
grsm kalori
Konsumsi Pangan
Aktual grkaphr
Energi Aktual
kkal kaphr
AKE Bobot
Skor AKE
Skor Maks
PPH Ideal
Skor PPH
1 Padi-padian
275 1000
252,72 918.99
45,95 0,5
22,98 25
22,98 2
Umbi-umbian 90
120 119,45
159,27 7,96
0,5 3,98
2,5 2,5
3 Pangan Hewani
140 240
154,89 265,53
13,28 2
26,55 24
24 4
Minyak dan lemak
25 200
42,19 337,49
16,88 0,5
8,44 5
5 5
BuahBiji Berminyak
10 60
34,91 209,46
10,47 0,5
5,23 1
1 6
Kacang-kacangan 35
100 40,99
117,14 5,86
2 11,71
10 10
7 Gula
30 100
48,83 162,76
8,14 0,5
4,07 2,5
2,5 8
Sayur dan Buah 230
120 153,90
80,29 4,01
5 20,07
30 20,07
9 Lain-Lain
15 60
20,66 82,64
4,13 0,03
0,12
Total 850
2000 868,56
2333,59 116,68
11,53 103,16
100 88,05
Keterangan: Angka Kecukupan Energi AKE= 2000kkalkaphri
Sumber: Lampiran 3
Dari tabel di atas dapat dilihat tingkat konsumsi pangan aktual di daerah penelitian sebesar 868,56 gramkapitahari. Hal ini berarti besar konsumsi pangan
aktual sudah melebihi angka kecukupan yang dianjurkan 850 gramkapitahari sedangkan tingkat konsumsi energi aktual adalah 2.333,59 kkalkapitahari atau
116,68 . Hal ini sudah melebihi standar ideal rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WNPG yaitu konsumsi energi sebesar 2000 kkalkapitahari.
Perolehan skor Pola Pangan Harapan PPH di Desa Bagan Dalam ini sebesar 88,05. Pencapaian skor ini masih belum memenuhi standar pola konsumsi pangan
yang ideal yaitu sebesar 100. Perolehan skor PPH yang didapat masih berada di bawah standar ideal yang diharapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa pola
konsumsi pangan rumah tangga di daerah penelitian masih belum memenuhi kebutuhan kualitas gizi pangan yang beragam dan berimbang.
Universitas Sumatera Utara
Pola konsumsi pangan di daerah penelitian masih didominasi oleh kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buahbiji berminyak,
kacang-kacangan, dan gula. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang setiap paginya jarang sarapan, biasanya hanya mengonsumsi sedikit karbohidrat
dengan segelas kopiteh manis saat sarapan. Kemudian pada jam makan siang dan malam, mengonsumsi nasi dengan berbagai lauk pauk dan sayur. Ibu rumah
tangga di daerah penelitian ini ada yang terbiasa memasak hidangan dengan dua macam lauk pauk dan semacam sayur. Misalnya, ibu memasak sambel ikan teri
dan tempe, memanggang ikan dan menumis kangkung. Atau menggulai daun ubi dengan lauk sambel teri dan telur, menggoreng ikan asintempe dan sambel terasi.
Ada juga yang memasak hidangan sebanyak dua kali dalam satu hari. Misalnya, sambel ikan dengan sayur bening bayam untuk makan siang, kemudian untuk
makan malamnya memasak menggoreng telur dan tempe serta menumis kacang panjang. Namun, kebiasaan itu belum mengikuti pola pangan 4 sehat 5 sempurna
karena konsumsi susu dan buah segar masih tergolong sangat kurang. Selain itu, masih terdapat beberapa kelompok pangan dengan skor PPH yang
rendah yaitu padi-padian serta sayur dan buah. Hal yang menyebabkan pola konsumsi padi-padian rendah adalah tersubstitusinya beras dengan umbi-umbian
seperti ubi dan keladi sebagai makanan selingan pengganti nasi. Konsumsi sayur dan buah juga masih tergolong kurang karena ada anggota keluarga yang kurang
menyukai sayur sehingga pembelian akan sayur jumlahnya menjadi sedikit. Dan harga buah yang agak mahal juga menyebabkan kurangnya konsumsi akan buah
segar. Hal ini menyebabkan dominasi konsumsi kelompok bahan pangan belum tersebar merata mulai dari kelompok padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani,
Universitas Sumatera Utara
minyak dan lemak, buahbiji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur serta buah dan lain-lain. Dan hal ini menggambarkan bahwa pola konsumsi pangan di Desa
Bagan Dalam masih belum beragam dan berimbang.
5.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung
Tiram, Kabupaten Batu Bara
Berikut ini merupakan analisis pengaruh faktor-faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah tangga yaitu pendapatan, jumlah
anggota keluarga, umur dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga terhadap konsumsi pangan aktual rumah tangga.
Tabel 16. Hasil SPSS Pengaruh Faktor-Faktor Sosial-Ekonomi Terhadap Konsumsi Pangan Aktual Rumah Tangga
Unstandardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Constant -512,284
282,745 -1,812
0,073 Pendapatan
0,017 0,006
2,743 0,007
Jumlah Anggota Keluarga
379,099 51,357
7,382 0,000
Umur 19,951
7,934 2,515
0,014 Tingkat Pendidikan
112,932 39,007
2,895 0,005
R Square 0,815
Uji F 96,636
0,000
Sumber: Lampiran 4 Signifikansi pada derajat kepercayaan 5 α = 0,05
Berdasarkan hasil pada tabel di atas, nilai R Square yang diperoleh adalah sebesar
0,815. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 81,5 variasi variabel terikat konsumsi pangan aktual rumah tangga telah dapat dijelaskan oleh variabel bebas
pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga. Sedangkan sisanya sebesar 18,5 dipengaruhi oleh variabel bebas atau
faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi F sebesar 0,000 ≤ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
ditolak dan H
1
diterima artinya variabel bebas pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur dan tingkat pendidikan ibu rumah
tangga secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat konsumsi pangan aktual rumah tangga.
Dari tabel di atas diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = -512,284 + 0,017X1 + 379,099X2 + 19,951X3 + 112,932X4
Keterangan : Y= Total Konsumsi Pangan Aktual Rumah Tangga gram
X1= Pendapatan rumah tangga Rphari X2= Jumlah anggota keluarga jiwa
X3= Umur ibu rumah tangga tahun X4= Tingkat pendidikan ibu rumah tangga tahun
Berdasarkan persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa : Dari persamaan di atas, dapat diperoleh nilai konstanta sebesar -512,284. Hal ini
menunjukkan bahwa besar efek yang ditimbulkan variabel bebas pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga
berpengaruh terhadap variabel terikat konsumsi pangan aktual rumah tangga
adalah -512,284. Atau apabila nilai variabel bebas sama dengan nol =0, maka
nilai variabel terikat konsumsi pangan aktual rumah tangga adalah sebesar -512,284 gram.
Universitas Sumatera Utara
Dari tingkat signifikansi t dapat dilihat bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang paling nyata adalah variabel jumlah anggota keluarga. Hal ini dapat
digambarkan dari hasil tingkat signifikansi yang terkecil yaitu 0,000 ≤ 0,05. Dan
dari segi besaran koefisienparameter, variabel yang berpengaruh nyata adalah variabel jumlah anggota keluarga. Hal ini dapat dilihat dari perolehan besaran
koefisienparameternya yang paling besar yaitu 379,099. Namun, belum tentu variabel bebas yang memiliki besaran koefisiennilai
parameter yang paling besar, itu memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat. Karena bisa saja secara besaran koefisien variabel tersebut
berpengaruh namun secara signifikansi ternyata tidak berpengaruh nyata. Oleh karena itu, hendaknya dalam melihat pengaruh yang paling nyata, sebaiknya
terlebih dahulu melihat tingkat signifikansi yang terkecil. 1. Variabel pendapatan rumah tangga X1
Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,007 ≤ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
ditolak dan H
1
diterima artinya variabel bebas pendapatan secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
konsumsi pangan aktual rumah tangga. Koefisien pendapatan terhadap jumlah konsumsi pangan aktual rumah tangga
menunjukkan hubungan yang positif sebesar 0,017. Artinya, setiap penambahan pendapatan sebesar Rp 1.000 akan meningkatkan jumlah konsumsi pangan aktual
rumah tangga sebesar 17 gram dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori Keynes yang menyatakan bahwa bila jumlah pendapatan meningkat maka konsumsi
secara relatif akan meningkat tapi dengan proporsi yang lebih kecil daripada
Universitas Sumatera Utara
kenaikan pendapatan itu sendiri. Jika pendapatan meningkat, maka proporsi kenaikan untuk konsumsi pangan juga meningkat namun dalam proporsi yang
lebih kecil karena jumlah pengeluaran untuk konsumsi pangan sama seperti kebutuhan harian biasanya, dan kelebihan pendapatan ini kemudian disimpan
dalam bentuk tabungan untuk mencukupi kebutuhan pangan hari mendatang ketika tidak sedang melaut.
2. Variabel jumlah anggota keluarga X2 Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,000
≤ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H
1
diterima artinya variabel bebas jumlah anggota keluarga secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat konsumsi pangan aktual rumah tangga. Koefisien jumlah anggota keluarga terhadap jumlah konsumsi pangan aktual
rumah tangga menunjukkan hubungan yang positif sebesar 379,099. Artinya, setiap penambahan jumlah anggota keluarga sebesar 1 jiwa akan meningkatkan
jumlah konsumsi pangan aktual rumah tangga sebesar 379,099 gram dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga di
daerah penelitian termasuk banyak, sehingga semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak juga jumlah konsumsi pangannya.
3. Variabel umur ibu rumah tangga X3 Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,014
≤ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H
1
diterima artinya variabel bebas umur ibu rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat konsumsi pangan aktual rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Koefisien umur ibu rumah tangga terhadap jumlah konsumsi pangan aktual rumah tangga menunjukkan hubungan yang positif sebesar 19,951. Artinya, setiap
penambahan umur ibu rumah tangga sebesar 1 tahun akan meningkatkan jumlah konsumsi pangan aktual rumah tangga sebesar 19,951 gram dan sebaliknya. Hal
ini menggambarkan bahwa umur ibu yang semakin meningkat ikut mempengaruhi jumlah konsumsi pangan aktual dalam keluarga. Karena semakin meningkat umur
ibu menunjukkan bahwa semakin tinggi juga umur anak-anaknya, sehingga kebutuhan akan konsumsi pangan juga semakin besar.
4. Variabel tingkat pendidikan ibu rumah tangga X4 Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,005
≤ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H
1
diterima artinya variabel bebas tingkat pendidikan ibu rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat konsumsi pangan aktual rumah tangga. Koefisien tingkat pendidikan ibu rumah tangga terhadap jumlah konsumsi pangan
aktual rumah tangga menunjukkan hubungan yang positif sebesar 112,932. Artinya, setiap penambahan tingkat pendidikan ibu rumah tangga sebesar 1 tahun
akan meningkatkan jumlah konsumsi pangan aktual rumah tangga sebesar 112,932 gram dan sebaliknya. Hal ini menggambarkan bahwa pola konsumsi
pangan di daerah penelitian dipengaruhi oleh pengetahuan formal tentang gizi yang didapatkan ibu rumah tangga di tingkat pendidikan. Artinya, tinggi
rendahnya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap ibu dalam memilih dan menentukan variasi menu pangan yang dikonsumsi keluarga setiap harinya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN