karena kenaikan pendapatan akan menambah kemampuan konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi lebih banyak barang dan jasa.
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli. Keluarga dengan tingkat pendapatan tinggi dapat membeli
pangan dengan lebih beragam dan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan keluarga yang pendapatannya rendah. Menurut Hukum Engel, pada saat
terjadi peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan persentase yang semakin kecil. Sebaliknya, bila pendapatan
menurun, persentase yang dibelanjakan untuk pangan semakin meningkat Soekirman, 2000.
Menurut Mangkuprawira 1988 diacu dalam Ariani 1993, makin tinggi daya beli rumah tangga makin beranekaragam pangan yang dikonsumsi, makin banyak
pangan yang dikonsumsi memiliki nilai gizi tinggi. Tingkat pendapatan yang tinggi memberikan peluang lebih besar bagi keluarga untuk memilih pangan yang
baik berdasarkan jumlah maupun jenisnya. Rendahnya pendapatan menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dengan jumlah yang diperlukan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Coky Setiawan 2013 dengan judul “Pola Konsumsi
Pangan Rumah Tangga pada Petani Padi dan Nelayan serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Desa Pondok Kelapa, Kecamatan Pondok Kelapa,
Kabupaten Bengkulu Tengah”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola konsumsi masyarakat nelayan tidak seimbang, digambarkan dari kekurangan pada
konsumsi nasi, sayur, tempe, dagingikan, buah, susu, dan kelebihan pada
Universitas Sumatera Utara
konsumsi minyak. Faktor faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan adalah jumlah anggota rumah tangga harga beras dan harga
dagingikan. Sedangkan faktor-faktor lain seperti pendapatan, pendidikan formal kepala rumah tangga, pendidikan formal ibu rumah tangga, harga buahsayur dan
jarak rumah ke pasar terdekat tidak berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi rumah tangga nelayan.
Berdasarkan penelitian Otniel Pontoh 2011 dengan judul “Pengaruh Tingkat
Pendapatan Terhadap Pola Konsumsi Nelayan di Kecamatan Tenga, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara” dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
besarnya tingkat pendapatan yang diterima oleh nelayan berpengaruh secara nyata terhadap besarnya tingkat konsumsi nelayan di Kecamatan Tenga.
Berdasarkan skripsi Dina Krishanti 2000 dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Masyarakat, Studi Kasus: Pengemudi Becak
di Kecamatan Medan Helvetia” dari analisis data dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap
pola konsumsi masyarakat. Sedangkan variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi masyarakat.
Monalisa Hasibuan 2014 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat di Kecamatan Medan
Tuntungan” menyimpulkan bahwa faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat per kapita per hari
adalah pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat. Sedangkan variabel lain
Universitas Sumatera Utara
seperti umur dan tingkat pendidikan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat.
2.4 Kerangka Pemikiran