Hasil Pengamatan dan Wawancara .1 Gibran

59 Universitas Sumatera Utara 4.1.3 Hasil Pengamatan dan Wawancara 4.1.3.1 Gibran Waktu Wawancara : 16 Januari 2015, pukul 17.00 WIB. - 20 Januari 2015, pukul 14.00 WIB. - 13 Juni 2015, pukul 19.00 WIB. Tempat Wawancara : Rumah informan, Jalan Garu VI No 29.A - Texas Chicken, Jalan SM. RAJA - Tempat nongkrong informan, Jalan Garu VI Peneliti sudah mengamati aktivitas informan pertama ini di media sosial facebook dan twitter sejak bulan Desember 2014. Beberapa kali peneliti mengirimkan pesan singkat lewat chatting di facebook, ia tidak meresponnya. Agar dapat memperoleh informasi tentang Gibran, peneliti juga mencari tahu tentang aktivitas informan lewat ibunya. Kebetulan rumah Gibran tidak jauh dari tempat tinggal peneliti. Proses wawancara terjadi pada tanggal 16 Januari 2015 dan 20 Januari 2015. Hal tersebut terjadi karena Gibran cukup sibuk sehingga sulit menentukan waktu yang tepat untuk bertemu dengannya. Kemudian pada tanggal 13 Juni 2015, peneliti kembali melakukan wawancara sebagai upaya pendalaman atas informasi yang telah peneliti dapatkan pada wawancara sebelumnya. Awal pertemuan wawancara peneliti melakukan wawancara tersamar terhadap Gibran. Hal tersebut bertujuan agar peneliti memperoleh informasi yang sejujurnya dari informan. Pada pertemuan pertama, Gibran membenarkan bahwa ia adalah pengguna media sosial facebook dan twitter. Sebagai anak muda, ia selalu mengikuti trend yang sedang terjadi dikalangan anak muda seusianya. Hal tersebut dianggapnya perlu agar tidak ketinggalan zaman. Pertama kali Gibran mengetahui informasi tentang facebook dari teman-teman sekolahnya pada tahun 2010. Namun, pada saat itu ia belum begitu tertarik untuk membuat akun facebook pribadi miliknya karena ia tidak memiliki gadget untuk mengakses internet. Sehingga ia tidak tahu apa itu facebook, bagaimana menggunakannya dan untuk apa fungsinya . Facebook semakin menjadi perbincangan hangat dikalangan teman- temannya pada saat itu. Hingga pada tahun 2011, Gibran diajak oleh temannya Universitas Sumatera Utara 60 Universitas Sumatera Utara untuk main di sebuah warung internet atau yang sering dikenal dengan warnet. Kemudian Gibran mencari tahu tentang facebook dan dibantu oleh temannya tersebut untuk membuat akun facebook. Namun tidak lama kemudian, teman- temannya asyik berbicara soal twitter Gibran pun tidak ingin tertinggal jauh. Ia juga membuat akun twitter di tahun yang sama. Namun pada saat itu, Gibran lebih memilih menggunakan facebook daripada twitter karena menurutnya penggunaan twitter sedikit lebih sulit jika dibandingkan dengan facebook. “Pada saat itu awak lebih suka main facebook, sih, kak, karena banyak fiturnya. Misalnya games online. Dulu kan sempat heboh soal permainan Point Blank. Jadi setiap main facebook yang diutamakan ya main games itu, Soalnya bisa main bareng sama kawan-kawan. Waktu itu awak enggak terlalu pandai main twitter karena susah menurut awak. Jadi, setelah awak bikin akun twitter, enggak pernah awak buka akun twitter-nya. Enggak ngerti juga fungsinya untuk apa. Awak sekedar ikut- ikutan aja bikin itu”. Gibran mengatakan bahwa dengan adanya facebook hubungan ia dengan teman-temannya jauh lebih akrab, karena hampir setiap saat berkomunikasi walaupun tidak sedang berada di sekolah. Ia pun sering mengomentari status teman-temannya atau sekedar memberi like. Kegiatan saling berbalas komentar itu yang membuat hubungannya dengan teman-temannya semakin. Selain main games online, Gibran juga senang berbagi status, foto atau video di facebook. Ia sering berbagi tentang hal apa saja yang menurutnya menarik untuk dibagikan di facebook. “Dulu, main facebook itu kalo enggak main games ya paling update status terus komentarin status atau foto kawan-kawan. Itu ajalah kerjaan. Makanya lama-lama pun bosan main facebook kak. Isi beranda awak pun itu-itu aja. Kalau enggak status kawan, foto kawan awak. Cuma satu yang bikin betah main facebook yaitu games online nya hehehe....”. Gibran mengatakan bahwa ia menggunakan facebook sesuai kehendaknya, termasuk menulis status. Ia menceritakan jika status yang ia unggah di facebook bisa berupa curhat tentang keluarga, pendidikan, pertemanan ataupun hal lain yang membahagiakannya. Namun tidak semua hal yang bersifat pribadi di unggah di media sosial. Gibran mengakui bahwa ia dulu pernah menulis status dengan kata-kata kasar, menyindir atau menghina seseorang. Hal itu dilakukannya untuk mengungkapkan ekspresi marah yang ia rasakan namun tidak dapat disampaikan dengan orang yang dituju. Pada saat itu ia tidak memikirkan efek yang akan Universitas Sumatera Utara 61 Universitas Sumatera Utara timbulkan dari tulisannya tersebut dan tidak memperdulikan pandangan orang lain terhadapnya. “Pernah awak menyindir orang lewat status. Tapi kan kak, orang yang awak sindir tidak berkawan sama awak di facebook. Jadi dia enggak akan membacanya hahaha. Awak tulis status itu enggak ada niat khusus sih, cuma sekedar meluapkan emosi aja”. Selain curhat, Gibran juga sering mengkritisi tentang fenomena yang terjadi disekitarnya lewat status facebook yang dikemas dengan berbagai cara. Cara yang baik seperti melalui kata-kata bijak atau lewat lelucon bahkan dengan cara yang kasar seperti menyindir dengan kata-kata kasar. Saat berkomentar di postingan teman-temannya pun Gibran tidak menggunakan bahasa yang baku. Ia menggunakan gaya bahasa sehari-hari yang ia gunakan ketika berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya. Meskipun Gibran menulis status yang bersifat menyindir atau berkomentar dengan menggunakan bahasa yang kasar, ia mengaku tidak pernah mengalami konflik dengan lawan bicaranya di media sosial facebook atau twitter. Ia juga beranggapan bahwa hal tersebut merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh para pengguna facebook. Ia juga sering melihat pengguna lain menyindir dan memaki lewat status pribadi mereka. Pada saat itu, Gibran tidak merasa bawa ia telah melakukan tindakan bullying dan ia juga tidak merasa di bully oleh teman-temannya. “Sejauh ini awak tidak pernah berantem sih kak sama kawan-kawan awak di facebook atau twitter. Kalau misalnya kami chatting atau saling komen gitu kan pake kata-kata jorok sekalipun, enggak pernah pula berantam. Mungkin karena kami bisa membedakan mana yang becanda dan mana yang serius. Kalaupun misalnya awak manggil kawan awak dengan sebutan Alien atau Bodat atau Anjeng misalnya, tidak merasa tersinggung awak kak. Kadang awak balaspun manggil kawan awak dengan sebutan yang kaya gitu juga hehe”. Gibran mengatakan, banyaknya media sosial yang ditawarkan membuatnya sulit untuk menentukan pilihan. Ternyata, twitter yang dianggapnya sulit untuk digunakan lebih menarik perhatiannya hingga sekarang. Saat ini Gibran justru lebih aktif di twitter daripada di facebook bahkan ia mengatakan sudah lama tidak menggunakan facebook. Hal tersebut terbukti dari pengamatan peneliti pada akun facebook-nya yang tidak lagi mengunggah status, foto atau video sejak bulan November 2014. Gibran mengaku jenuh menggunakan facebook karena pengguna Universitas Sumatera Utara 62 Universitas Sumatera Utara facebook lebih pasif dibandingkan awal pertama ia membuat akun facebook. Selain itu, ia tidak mendapatkan perkembangan informasi apapun yang dapat menambah wawasannya. Kemudian ia beralih ke twitter hingga saat ini dan menjadi pengguna aktif. “Awak jenuh main facebook kak karena isinya pun itu-itu aja. Semakin lama semakin alay pengguna facebook itu awak liat. Statusnya kebanyakan tentang curhat, jadi tidak berkembang awak kalo main facebook. Nah, kalau di twitter informasinya lebih up to date. Terus kita bisa pilih apa-apa aja yang kita suka yang bisa mengisi beranda kita. Kalau awak misalnya suka bola nih, awak tingga l cari akun twitter official club bola favorit awak”. Selain banyak mengetahui informasi tentang bola lewat twitter, Gibran juga mengatakan bahwa twitter juga membantunya dalam memperkaya informasi tentang agama, musik dan berita terkini. Selain mengikuti akun-akun seperti itu, ia juga mengikuti pengguna twitter lain hanya saja ia lebih menyaring siapa saja yang ia follow pada akun twitter-nya. Gibran juga mem-follow akun twitter orang- orang yang ia kenal di dunia nyata sehingga komunikasi yang ia jalin dengan teman-temannya lebih terjaga. Sebab, ia tidak ingin seperti saat menggunakan facebook. Ia memiliki teman facebook sebanyak 1.700-an orang tetapi lebih banyak orang yang tidak dikenalnya di dunia nyata. Aktivitas yang dilakukan Gibran di twitter juga berbeda jika dibandingkan saat ia menggunakan facebook. Saat menggunakan facebook ia lebih sering melakukan aktivitas self discloaure dan bermain games online. Namun, saat ia menggunakan twitter aktivitasnya sedikit berubah dimana ia lebih sering mencari dan berbagi informasi dibandingkan melakukan aktivitas self disclosure lewat status di media sosial. Komunikasi yang ia lakukan dengan temannya di twitter juga tidak sesering ketika ia menggunakan facebook. Ia berinteraksi dengan teman-teman twitter hanya pada saat ada yang mengajaknya berinteraksi atau ketika temannya mengunggah tweet atau foto yang menarik saja. Saat ditanyakan apakah ia masih menggunakan gaya bahasa yang kasar, Gibran mengatakan bahwa ia sudah menguranginya. Sebab, ia pernah membaca berita yang menjadi trending topic dikalangan para pengguna twitter terkait kasus hukum yang menjerat tukang sate yang menghina Presiden Jokowi. Universitas Sumatera Utara 63 Universitas Sumatera Utara “ Sekarang udah enggak se-frontal dulu sih kak. Makanya sekarang udah jarang nge-tweet takut salah tulis. Soalnya sekarang ini banyak yang dipenjara gara-gara status media sosial.Udah ada Undang-Undangnya setau awak kak. Jadi,sekarang lebih banyak baca newsfeed sama nge- retweet informasi atau tulisan-tulisan humor dari akun lain aja sih kak. Udah jarang kali awak nulis t weet”. Selain mendapat informasi dari twitter, Gibran juga mengatakan bahwa ibu dan kakaknya sering memberi nasihat kepadanya agar berhati-hati saat menggunakan media sosial. Sejak keluarganya mengetahui bahwa Gibran menggunakan media sosial, ia mendapat pengawasan dari pihak keluarganya khususnya sang kakak. Agar dapat mengawasi Gibran, sang kakak juga mengajari ibunya menggunakan facebook sehingga dengan demikian aktivitas informan dapat terpantau oleh pihak keluarga. Hal tersebut juga yang menjadi alasan Gibran untuk tidak lagi aktif menggunakan facebook. Ia merasa risih dengan tindakan keluarganya tersebut. Apalagi sang kakak yang aktif menasehatinya jika kakaknya melihat Gibran mengunggah tulisan yang bernada kasar atau menyindir. Namun dengan berjalannya waktu, akhirnya Gibran dapat menerima sikap keluarganya tersebut. Apalagi dengan banyaknya kasus yang menjerat para pengguna media sosial semakin memberinya wawasan tentang penggunaan media sosial. Gibran membaca berita online yang memuat tentang kasus tersebut dan kemudian mendiskusikannya dengan sang kakak sehingga ia mengetahui bahwa ternyata ada Undang-Undang yang mengatur tentang internet. Selama menggunakan media sosial, Gibran tidak mengetahui adanya aturan tersebut, sehingga ia merasa bahwa media sosial miliknya seperti facebook atau twitter adalah media pribadi. Jadi, ia dengan bebas mengekspresikan dirinya melalui tulisan-tulisan statusnya. Awalnya Gibran tidak mengetahui bahwa tindakannya selama ini tersebut termasuk tindakan bullying di media sosial. Gibran juga tidak pernah merasa bahwa ia merupakan korban bullying. Tindakannya yang mengejek sesama ketika saling berkomunikasi di media sosial dianggap sebagai tindakan yang tidak melanggar norma. Namun, pihak keluarga mengambil peran aktif dalam membimbing dan mengarahkan Gibran. Menurut pengakuan penggemar club sepak bola Barcelona itu, sang kakak dan ibu sering memberinya nasihat agar Universitas Sumatera Utara 64 Universitas Sumatera Utara menggunakan media sosial secara bijak. Sebab, ibu dan kakaknya tersebut mengikuti perkembangan berita tentang banyaknya pengguna media sosial yang terjerat kasus hukum. Gibran sempat merasa risih dengan adanya reaksi dari pihak keluarga yang mulai mengawasi aktivitasnya di media sosial. Namun pada akhirnya Gibran menyadari bahwa tindakan keluarganya tersebut merupakan tindakan yang baik. Sebab, Gibran tidak akan tahu jika ada pemberitaan tentang hal tersebut. Kemudian ia pun mencari tahu sendiri pemberitaan tersebut lewat internet. Ia mengetahui tentang beberapa kasus yang menjerat tukang sate yang menghina Jokowi dan sejak saat itulah ia mengetahui adanya aturan yang mengatur tentang tindakan di dunia maya. “Awak pernah baca sekilas tentang UU ITE, tapi awak enggak tahu pasti isinya apa. Cuma kakak awak bilang, kalau di internet ada Undang- Undangnya. Kita enggak boleh menyinggung SARA, enggak boleh menipu, enggak boleh bertindak kejahatan, melakukan pencemaran nama baik dan enggak boleh memfitnah”. Sejak mengetahui hal itu, Gibran lebih hati-hati dalam beraktivitas di media sosial. Ia mengaku telah mengurangi intensitasnya mengunggah tulisan di media sosial facebook dan twitter. Meskipun Gibran tidak mengetahui netiket, namun ia memiliki pemahaman yang baik tentang etika yang harus dijaga oleh setiap pengguna media sosial. Gibran mengatakan bahwa kini ia lebih selektif dalam berkomunikasi dengan pengguna media sosial facebook dan twitter. Misalnya ketika ia berkomunikasi dengan pengguna twitter perempuan ia menggunakan kata-kata yang sopan seperti menggunakan kata panggil nama dan bercanda dengan cara yang lebih halus. Gibran menambahkan bahwa setiap pengguna media sosial harus berhati-hati saat memberi komentar terhadap suatu hal. Menurutnya, memberi komentar tidak boleh sembarangan karena hal itu berkaitan dengan nama baik seseorang dan sebelum berkomentar, ada baiknya orang tersebut memahami sumber informasi yang tepat. Meskipun ia memahami hal tersebut, namun ia mengaku masih sering melanggar etika yang diketahuinya. Misalnya menggunakan bahasa yang “nyeleneh” kepada teman lelakinya seperti menggunakan kata panggil aku, kau, bodat atau monyet. Meskipun ia sudah tahu bahwa tindakan itu termasuk tindakan Universitas Sumatera Utara 65 Universitas Sumatera Utara bully namun menurutnya, jika gaya bahasa anak lelaki terlalu sopan, terdengar agak aneh. Menurut Gibran, tindakan tersebut wajar dilakukan kepada orang yang sudah saling akrab.

4.1.3.2 Dilla Waktu Wawancara : 27 Januari 2015, pukul 13.45 WIB.

Tempat Wawancara : Kantor Trans Engineering Sentosa, Jl. Garu II B. Informan kedua ini merupakan seorang pengguna facebook yang telah diamati sejak pertengahan Januari 2015. Dilla, sering muncul di beranda facebook milik peneliti, ia sering menggunakan smartphone setiap mengakses facebook . Ia sering mengunggah foto momen-momen penting ke akun facebook-nya. Hal tersebut bertujuan untuk berbagi momen kebahagiaan dengan sesama pengguna facebook dan juga sebagai arsip digital. Selain mengunggah foto, Dilla juga melakukan hal lain di akun facebook-nya. “Aku sih senang travelling ya mbak, dari dulu aku senang upload foto-foto pribadiku. Saat-saat sedang traveling atau sedang selfie atau momen lain bersama teman atau keluarga juga aku upload. Kalau di facebook yaitu aja sih yang paling sering aku lakukan tapi terkadang aku juga nulis status, komentar di status atau foto orang lain, kasih likes, chatting juga masih sering aku lakukan ke teman-tem an atau saudara aku”. Selain travelling, Dilla juga memiliki hobi membaca dari berbagai sumber termasuk internet. Setiap informasi yang ia rasa menarik selalu ia bagikan di- timeline twitter atau facebook-nya. Dilla membagi informasi tentang banyak hal seperti informasi tentang kuliner, wisata, humor atau tentang berita terkini. Ia lebih terlihat aktif di facebook daripada di twitter karena ia lebih senang menggunakan facebook yang lebih banyak fiturnya dibandingkan twitter. Dilla juga mengatakan bahwa teman-teman facebook-nya jauh lebih banyak yang memberi feedback atas informasi yang dibaginya tersebut. Meskipun ia tidak mengenal semua teman-teman facebook-nya itu sementara di twitter ia hanya berteman dengan orang-orang yang dikenalnya saja dan jumlahnya relatif sedikit. “Dulu sih aku tidak pilih-pilih teman, kenal atau enggak tetap aku terima permintaan pertemanannya. Jadi kalau di facebook itu, kebanyakan orang yang tidak aku kenal sih mbak haha. Tapi, tidak kenal bukan berarti enggak Universitas Sumatera Utara 66 Universitas Sumatera Utara ada interaksi sama sekali. Ada juga mereka yang suka kasih likes atau komentar di postingan aku. Entah itu soal foto, link-link informasi atau hanya sekedar status, mereka aktif memberi respon daripada kawan di twitter. Soalnya di twitter hampir semua yang follow aku dan yang aku follow adalah orang- orang yang aku kenal Hehehe”. Hingga saat ini, Dilla masih aktif menggunakan kedua media sosialnya yaitu facebook dan twitter. Namun, ia masih jauh lebih sering mengakses facebook lewat gadget atau komputer di kantornya daripada mengakses twitter. Alasannya masih menggunakan facebook karena media sosial tersebut dapat memenuhi kebutuhan dirinya akan informasi, hiburan dan memberinya kebebasan untuk berinteraksi dengan orang terdekatnya. Selain itu, facebook banyak menyediakan banyak pilihan games online dan games online tersebut merupakan hiburan tersendiri baginya saat mengisi waktu luang di kantor. Dilla mengakses facebook sebanyak 5 kali dalam seminggu dan menggunakan hampir 1 jam waktunya hanya sekedar berselancar di facebook sambil main games online. Aktivitas Dilla di media sosial facebook juga terpantau oleh ibu dan keluarganya. Bahkan sang ibu juga merupakan pengguna aktif media sosial facebook. Awalnya, informan tidak suka jika ibunya juga menggunakan media sosial karena ia jadi tidak bebas berselancar di facebook. Apalagi sang ibu sempat aktif mengomentari setiap postingan yang ia unggah di facebook. Namun, akhirnya Dilla dapat memahami keinginan sang ibu yang menggunakan media sosial facebook. Dilla paham betul bahwa sebagai seorang sosialita, sang ibu perlu mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal oleh teman-teman ibunya yang lain. Reaksi berbeda justru ditunjukkan oleh anggota keluarganya yang lain seperti om, tante dan para sepupunya. Merasa tidak suka dengan tindakan informan yang gemar mengunggah status yang berisi tentang curahan hati dan mengumbar emosi di ruang publik, pihak keluarganya tersebut sering memberi nasihat baik secara langsung ataupun tidak langsung kepadanya. Reaksi yang diberikan oleh keluarganya tersebut tidak terlalu ia hiraukan. “Waktu itu tanggapan aku sih biasa aja ke mereka haha. Nasihat mereka juga tidak terlalu aku dengarkan waktu itu. Namanya juga waktu itu masih labil, masih merasa punya dunia sendiri dan merasa paling benar haha...”. Universitas Sumatera Utara 67 Universitas Sumatera Utara Dilla menceritakan bahwa dulu ia memang sering curhat di facebook dan menganggap bahwa facebook adalah teman terbaiknya saat itu. Informan tidak ragu untuk membagi masalah pribadinya lewat status pribadinya di facebook. Masalah pribadi yang biasa ia ungkapkan di facebook yaitu tentang keluarga khususnya ketika orang tuanya akan bercerai pada tahun 2011. Dilla mengungkapkan isi hatinya lewat status dengan berbagai cara seperti melalui puisi, kata-kata bijak, catatan pribadi, cerpen bahkan tidak jarang ia mengungkapkannya secara terang-terangan. Hal itu yang membuat keluarganya bereaksi atas tindakan informan yang dianggap mengumbar aib keluarganya. Setelah mengungkapkan isi hatinya lewat status di facebook, Dilla mengaku bahwa ia memperoleh kepuasan batin. Beban yang ia rasakan sedikit berkurang. Apalagi sebagai anak tunggal, Dilla memang tidak memiliki banyak pilihan untuk bercerita pada keluarganya. Sang pacar pun ternyata belum tentu dapat meringankan beban yang ada dibenaknya saat itu. Apapun yang ia alami dan ketika ia merasa tertekan dengan situasi yang ia alami, facebook merupakan wadah yang dianggapnya dapat memberikan solusi. Sebab, teman-temannya sesama pengguna facebook terkadang mampu menghiburnya. Sebagai seseorang yang cukup aktif mengunggah status di facebook, Dilla sering kebablasan dalam memanfaatkan jejaring sosial tersebut. Terkadang, ia pun tidak terlepas dari konflik yang diakibatkan oleh curahan hatinya di facebook. Setiap ketika punya masalah dengan teman atau pacar, ia pun mengunggah status sindiran terhadap orang-orang yang ditujunya. Ia melakukan itu dengan sengaja dengan tujuan agar orang yang tidak disukainya mengetahui perasaannya. Aksi Dilla yang suka menyindir orang lain lewat status itu pun sering mendapat balasan dari orang lain. Sehingga diantara mereka yang merasa punya masalah satu sama lain terlibat perang status di facebook dan akhirnya membawa dampak negatif bagi hubungan pribadi mereka hingga ke dunia nyata. “Kalau ingat masa-masa dulu sih lucu banget mbak Dulu tuh aku sempat jadi anak yang cukup frontal di facebook. Setiap ada hal yang enggak aku suka pasti aku tulis status di facebook. Facebook sudah seperti alat perang buat menyindir orang yang tidak aku suka. Misalnya, setiap punya masalah sama kawan karena sesuatu hal lalu dia buat status menyindir ke aku pake istilah-istilah yang mengarah langsung ke aku terus aku merasa tersinggung, pasti aku balas juga buat status yang lebih pedih dari status Universitas Sumatera Utara 68 Universitas Sumatera Utara yang dibuatnya. Sakin kejamnya aku waktu itu sampe aib-aib pribadinya ku bongkar di facebook. Duh pokoknya jahat banget deh aku waktu itu. Aku dulu tuh sering banget perang status di facebook. Hal terparah yang pernah kejadian yaitu orang yang tidak aku suka itu komentar distatus yang kubikin akhirnya terjadilah hina menghina di facebook. Terus dulu aku juga sering curhat. Curhat tentang semua masalah pribadi aku lah. Tentang pacar iya, keluarga juga, sekolah iya, kerjaan juga. Tapi kalau sekarang udah enggak mbak. Aku udah jarang sih kalau nulis status. Sekarang aku lebih sering share foto- foto kegiatan ku aja. Share soal informasi juga”. Selain sering mengalami konflik dengan sesama pengguna media sosial facebook, Dilla juga pernah mengalami konflik dengan teman twitter-nya. Hal tersebut dipicu karena aksi ejek yang dilakukan Dilla kepada temannya yang menyinggung idola temannya itu. Seakan tidak belajar dari pengalamannya tersebut, Dilla melontarkan sebuah pengakuan yang mengejutkan bahwa ia pernah mencoba melakukan tindakan penipuan. Terinspirasi oleh temannya yang berhasil mendapatkan uang sebesar 3000 USD dari seorang warga negara asing, Dilla pun mencoba mengikuti jejak rekannya tersebut. Akan tetapi usaha yang dilakukannya gagal. Meski begitu ia mengaku bahwa cara yang dilakukannya untuk menipu tidak sehebat rekannya tersebut. Rekannya tersebut meminta uang dengan cara berpura-pura menjadi teman chatting dari warga negara asing. Kemudian rekannya tersebut berlanjut dan berbincang melalui webcam hingga melakukan topless setengah telanjang. Mengaku tidak senekat itu, Dilla melakukan penipuan dengan cara sekedar chatting. Modus yang ia gunakan untuk menipu targetnya yang merupakan warga negara India, informan berpura- pura gadget yang ia gunakan untuk chatting mengalami kerusakan. Berharap mendapat uang dari warga negara asing tersebut, Dilla harus kecewa karena ternyata turis yang diajaknya chatting tersebut adalah warga negara yang berasal dari salah satu kota termiskin di India. Dilla menyadari bahwa tindakannya tersebut bukanlah tindakan yang baik. Ia menyadari bahwa ia telah melakukan tindakan kriminal dan apa yang ia lakukan terhadap teman-teman facebook-nya adalah tindakan bullying. Namun ia pun tidak dapat menahan diri ketika ia juga mendapatkan perlakuan yang sama dari pengguna media sosial lainnya. Seiring berjalannya waktu, Dilla juga merasakan langsung dampak dari konflik yang sering dialaminya, ia mulai dijauhi Universitas Sumatera Utara 69 Universitas Sumatera Utara oleh teman-temannya karena merasa tidak nyaman dengan karakternya yang mudah tersinggung lalu mengumbarnya di media sosial. “Sekarang aku menyadari bahwa tindakan ku itu enggak bagus ya mbak. Tapi enggak bisa disalahkan juga karena pada saat itu usiaku masih remaja sekitar 17- 19 tahun. Saat itu aku masih labil haha...” Kini Dilla mulai dapat mengendalikan tindakannya. Apalagi sejak kuliah di Universitas Sumatera Utara jurusan Teknik Informatika semakin menambah wawasannya dalam bidang teknologi. Hobinya membaca juga menambah pengetahuannya tentang etika komunikasi di media sosial. Apalagi ketika kasus Prita Mulyasari mencuat di berbagai media massa, ia menjadi tahu tentang adanya Undnag-Undang yang mengatur tentang kegiatan di dunia maya. Beberapa kasus tentang pengguna media sosial yang terjerat kasus hukum pun, ia ikuti. Selain Prita, Dilla juga mengetahui tentang kasus yang menjerat seorang Tukang Sate yang menyebarluaskan foto-foto tidak pantas Presiden Jokowi hingga si Florence yang menghina kota Yogya lewat media sosial path. Sejak saat itu Dilla mulai merubah perilakunya di media sosial dan mencoba memanfaatkan media sosial sesuai kebutuhannya sebaik mungkin. Pihak keluarga pun juga ikut membantu mengawasi aktivitasnya di media sosial, khususnya sang ibu. Meski sempat merasa risih dengan keberadaan pihak keluarga yang memantau aktivitasnya tersebut, namun ia sudah mulai terbiasa dan merasa terbantu apabila ia lupa mengendalikan tindakannya di media sosial. “Dikampus pernah sih dibahas sama dosen soal Undang-Undang ITE. Selain itu kan keluarga juga aktif memberi nasihat, menjelaskan mana perbuatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di media sosial. Lagian sekarang, aku merasa lebih dewasa dan aku sekarang bisalah membedakan mana perbuatan yang baik dan tidak baik. Apalagi kan diriku suka membaca mbak. Hobi membaca itulah yang sedikit banyaknya menambah pengetahuan aku”. Dilla mengakui bahwa ia mengurangi aktivitasnya untuk mengunggah tulisan baik di facebook atau di twitter. Ia lebih sering mengunggah foto-foto atau situs web yang berisi tentang informasi. Hal tersebut merupakan cara yang dilakukan Dilla agar tidak terlibat konflik di media sosial seperti yang pernah dialaminya. Dilla tidak dapat menjelaskan tentang makna netiket namun setelah Universitas Sumatera Utara 70 Universitas Sumatera Utara mengalami perubahan pengetahuan ia mulai paham tentang perbuatan apa saja yang harus dijaga oleh pengguna media sosial. Menurutnya, setiap pengguna harus memperhatikan siapa lawan bicaranya di facebook ataupun twitter. Jika lawan bicaranya adalah orang yang lebih tua atau orang yang tidak dikenal, lebih baik menggunakan kata-kata yang sopan dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi salah paham selama berkomunikasi. Namun, apabila lawan bicara merupakan teman sebaya ataupun orang yang sudah dikenal, setiap pengguna bebas menggunakan gaya bicara sehari-hari. Lebih lanjut Dilla menyatakan bahwa setiap pengguna harus bisa mengendalikan diri agar tidak menulis status yang berisi sindiran, ancaman atau hal lain yang dapat merugikan suatu pihak. Sebab yang ia ketahui tentang Undang-Undang ITE bahwa setiap pengguna internet dilarang melakukan fitnah, pencemaran nama baik, menyinggung SARA dan tidak boleh melakukan penipuan.

4.1.3.3 Riko Waktu Wawancara

: 13 Februari 2015, pukul 17.00 WIB Tempat Wawancara : Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Informan ketiga ini berjenis kelamin laki-laki. Riko sangat jarang mengakses facebook sehingga peneliti mengalami kesulitan untuk menjalin komunikasi dengannya . Peneliti mencoba mencari informasi tentang Riko dari salah satu temannya yang bernama ihsan dan merupakan pengurus harian komunitas Parkour. Ihsan mengatakan jika Riko merupakan anggota aktif di komunitas tersebut. Peneliti melakukan observasi terhadap akun facebook Riko sambil menunggu informasi dari Ihsan yang memakan waktu hampir 2 minggu. Ihsan menjadi mediator antara peneliti dan Riko, hingga akhirnya Riko membalas pesan singkat yang peneliti kirimkan lewat facebook. Peneliti mengirimkan pesan pribadi lewat fitur message kepada Riko yang berisi perkenalan diri dan mengutarakan maksud dan tujuan peneliti. Kemudian Riko menyatakan bersedia, peneliti meminta bantuan kepada pengurus komunitas tersebut untuk mempermudah pertemuan antara peneliti dan calon informan. Peneliti diminta untuk hadir pada jadwal latihan mereka yaitu hari Jumat, 13 Universitas Sumatera Utara 71 Universitas Sumatera Utara Februari 2015 di Perpustakaan USU. Ketika peneliti tiba ditempat tersebut pada pukul 17.00 WIB tampak seluruh anggota komunitas parkour sedang latihan rutin dan peneliti bertemu dengan pengurus komunitas. Pengurus komunitas tersebut menceritakan sedikit identitas Riko. Selama ia bercerita peneliti memperhatikan aktivitas Riko selama latihan. Sekitar 40 menit kemudian, pengurus komunitas tersebut memperkenalkan peneliti dengan Riko. Peneliti memperkenalkan diri secara langsung dan menjelaskan kembali maksud dan tujuan penelitian ini. Riko yang saat ini belum melanjutkan pendidikan usai tamat SMA mengatakan jika ia mendapatkan informasi tentang media sosial facebook dari teman-temannya. Banyaknya teman-teman sebaya yang menggunakan facebook mendorongnya untuk memiliki akun facebook juga. “Awalnya Riko bikin akun facebook karena ikut-ikutan teman-teman juga bikin akun facebook. Kalo enggak bikin katanya sih kak, enggak gaul. Setelah Riko buat, ternyata facebook menyenangkan”. Aktivitas yang biasa Riko lakukan di facebook yaitu berbagi situs informasi dan juga update status. Informan mengakui jika diawal ia menggunakan facebook pernah menulis status yang berisi pengalaman pribadi termasuk berkeluh kesah. Hal yang paling sering ia bagikan lewat status facebook yaitu tentang pengalaman sehari-hari saja. Misalnya ketika ia kesal terhadap seseorang yang telah lama dinantinya disuatu perjanjian. Riko mengatakan bahwa ia bukan pengguna facebook yang gemar menulis. Sehingga apa yang dibagikannya hanya hal-hal yang bersifat umum dan sangat membatasi diri untuk membagi informasi yang bersifat pribadi. Hal lain yang Riko lakukan di facebook yaitu melakukan chatting dengan teman, keluarga dan guru serta bermain games online. Orang tua Riko mengetahui bahwa anaknya menggunakan media sosial facebook namun orang tuanya tidak mengetahui apa saja yang dilakukan Riko terhadap akun media sosialnya. Kedua orang tuanya percaya pada Riko bahwa sang anak dapat menggunakan media sosial dengan cara yang bijak. Agar dapat menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh orang tuanya, Riko pun membatasi aktivitasnya di facebook. Aktivitas Riko di facebook pun tidak dilakukan setiap saat, hanya disaat ia membutuhkan informasi tentang parkour Universitas Sumatera Utara 72 Universitas Sumatera Utara dan ketika ia butuh hiburan. Sehingga ia tidak memiliki jadwal khusus dalam mengakses facebook. “Orang tua sih biasa aja. Mereka cuma takut kalau Riko terjerat komunitas- komunitas teroris gitu kak. Orang tua memberi kepercayaan pada Riko, mereka cuma kasih nasihat aja, supaya Riko hati-hati kalau main facebook. Jangan sampai bikin masalah. Itu aja”. Tumbuh kembang Riko sebagai anak berada di lingkungan keluarga yang sangat kental dengan nuansa keagamaan. Lingkungan keluarga dan pendidikan memberikan pemahaman yang baik tentang nilai dan norma. Hal tersebut yang ia gunakan ketika bergaul dalam kehidupan sehari-hari, termasuk ketika bergaul dengan masyarakat maya. Menurutnya, setiap orang wajib menjaga hubungan baik dengan siapa saja dan kehadiran media sosial facebook merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempererat tali silaturahmi. Agar dapat menjaga hubungan baik dengan orang lain, Riko memilih untuk menjaga sopan santun ketika berkomunikasi di facebook. Sebisa mungkin ia tidak menggunakan kata- kata kasar yang dapat menyinggung suatu pihak. Selain itu, ia juga menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti oleh lawan bicaranya. Riko sangat terbantu dengan adanya facebook, ia dapat menemukan teman-teman baru melalui grup facebook komunitas parkour. Selain itu, ia juga dapat mengetahui informasi terkini tentang komunitas favoritnya tersebut. “Riko menggunakan facebook hanya untuk mendapatkan informasi tentang Parkour. Selain itu berkomunikasi dengan teman-teman yang mungkin udah lama enggak jumpa. Menyambung silaturahmi dengan guru juga sih kak.Riko juga suka membaca sesuatu tentang agama, info unik dan lain-lain. Terus nanti kalo ada sesuatu yang menurut Riko bermanfaat nanti Riko share ke facebook supaya kawan-kawan Riko di facebook bisa merasakan manfaatnya juga. Kalau misalkan kawan Riko ada yang nulis status bagus, kadang Riko like atau Riko share juga sih”. Namun, Riko mengaku bahwa ia juga pernah mengungkapkan kekesalannya lewat status di facebook. Hal itu ia lakukan ketika ia sedang kesal terhadap sesuatu namun bukan berarti setiap hal yang membuatnya kesal ia update lewat status di facebook. Ia pun tidak menggunakan kata-kata kasar saat mengungkapkan kekesalannya tersebut. Riko mengatakan bahwa ia sangat selektif terhadap apa-apa saja yang akan ia unggah di media sosial. Universitas Sumatera Utara 73 Universitas Sumatera Utara “Enggak sih kak. Kalau untuk masalah yang benar-benar pribadi Riko enggak mau share ke facebook. Enggak penting menurut Riko. Nanti orang- orang jadi tahu masalah kita”. Selama menggunakan internet dan khususnya facebook , Riko mengaku tidak pernah mengalami konflik dengan sesama pengguna facebook lainnya. Namun, ia pernah mengalami masalah komunikasi dengan temannya saat berbincang lewat fasilitas chatting di facebook. “Riko pernah kaya salah komunikasi dengan teman Riko. Teman Riko itu nge- chatt Riko. Terus dia menyapa Riko dengan sebutan “Toke Ganja”. Riko sempat “geram” kak. Tapi pas Riko tanya lagi rupanya maksud dia itu becanda. Sebutan becanda buat Riko karena Riko kan keturunan Aceh hehe...” Selama menggunakan internet, Riko tidak mengetahui adanya Undang- Undang ITE namun ia memiliki pemahaman yang baik tentang etika yang harus ia jaga ketika berselancar di media sosial. Menurutnya sangat penting memperhatikan etika saat berinteraksi dengan orang lain. Hal itu agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi sehingga hubungan yang terjalin dengan orang lain dapat terjalin dengan baik. “Riko menjaga aja supaya Riko tidak menulis status yang enggak penting, yang enggak ada manfaatnya buat orang lain. Usahakan supaya enggak menjelek-jelekkan sesuatu atau seseorang lewat facebook. Takutnya jadi fitnah kak, berdosa juga kan jadinya. Terus kalau bisa ngomong sama orang di facebook itu harus sopan. Kita juga enggak boleh ngomongi hal-hal sensitif kaya agama atau suku takutnya salah cakap ada yang tersinggung”.

4.1.3.4 Raja Waktu Wawancara: - 16 Februari 2015, pukul 14.30 WIB

- 23 Februari 2015, pukul 15.00 WIB Tempat Wawancara: - Coffee Cangkir Cafe, Jl. Dr.Masnyur - Sahiva USU Raja memiliki dua akun media sosial tersebut pada tahun 2008 dan 2009 ketika teman-teman sekolahnya ramai menggunakan kedua media sosial tersebut. Kedua media sosial tersebut mengiringi perkembangan jati diri Raja dimana keduanya menjadi media yang sering digunakan untuk bercerita dan berbagi pengalaman. Raja menganggap media sosial tersebut sebagai teman curhatnya. Universitas Sumatera Utara 74 Universitas Sumatera Utara Jika ia mengalami sesuatu dalam hidupnya, tidak jarang ia menuliskan perstiwa tersebut pada akun facebook dan twitter-nya. Misalnya, dulu Raja sering berkeluh kesah tentang keluarganya yang sangat ortodoks. Kemudian ia merasa lega apabila curhat di media sosial apalagi jika teman-temannya di facebook memberikan like atau comment. Semakin banyak yang nge-like dan berkomentar ia semakin merasa puas. Namun tindakan tersebut mendapat reaksi dari pihak teman dan keluarga dekatnya. Mereka tidak suka dengan aksi Raja yang sering menulis status berkata- kata kasar, menyindir orang lain dan terlalu terbuka tentang keluarganya. Mengenang tindakannya pada masa lalu, ia mengatakan jika ia sering mengalami konflik dengan pengguna facebook khususnya teman-teman yang dikenalnya. Konflik tersebut terjadi akibat aksi saling menyindir diantara mereka. Meskipun sering menyindir orang lain lewat status facebook, Raja mengatakan jika ia tidak pernah mengeluarkan kata-kata kotor seperti anjing, babi, fuck dan sebagainya. Namun, peneliti mengamati akun facebook informan dan menemukan bahwa Raja pernah melakukan tindakan bullying terhadap pengguna facebook lain. Raja pernah menyebut teman facebook-nya dengan sebutan pesek di salah stau kolom komentar di sebuah postingan foto. Sementara itu, temuan lain bahwa informan juga pernah mengunggah status bernada kasar sepanjang tahun 2008-2013. “Dulu, aku termasuk sering menulis status yang isinya tentang kegalauan aku. Ketika ada masalah dengan teman, orang tua, atau masalah lainnya aku sering tulis di status facebook aku. Aku merasa lega jika aku mengutarakan yang aku rasa lewat kata-kata di facebook apalagi jika banyak yang nge-like. Apalagi kalau lagi ada masalah dengan seseorang terus kita tulis sesuatu di facebook menyindir dia lewat kata-kata bijak seolah-olah kita yang paling bener,menyindir secara terang-terangan namun tidak dengan tidak menyebut namanya terus nanti dia merasa dan dia pun membalas dengan menulis status menyindir aku juga. Kadang cara seperti itu bagus juga justru membantu menyelesaikan masalah juga. Jadi aku tau apa yang dia fikirkan tentang aku dan dia tau apa yang aku rasakan”. Raja mengaku bahwa selama ia menggunakan facebook untuk kepentingan pribadinya, ia tidak pernah mengalami konflik. Justru aksi saling membalas sindiran itu dianggap sebagai salah satu cara penyelesaian konflik. Aksi sindir yang dilakukan oleh Raja tidak secara terang-terangan, ia hanya mengandalkan perasaannya saja. Misalnya ketika ia mengalami suatu kejadian yang tidak Universitas Sumatera Utara 75 Universitas Sumatera Utara mengenakkan dengan temannya, dia menulis status di facebook dan menyinggung hal yang menjadi permasalahannya. Terkadang, orang yang merasa punya masalah dengannya akan membalas sindiran juga terhadapnya lewat status pribadi di akun facebook-nya. Saat ditanya mengenai gaya bahasa anak muda zaman sekarang yang digunakan remaja di media sosial saat ini, Raja mengaku bahwa ia merupakan salah satu orang yang juga menggunakan gaya bahasa yang sedang nge- trend. Misalnya, bahasa gaul yang sering digunakan menyebut orang lain dengan sebutan “Odat”, Raja mengaku bahwa ia juga melakukan itu terhadap teman- temannya. Raja sadar bahwa tindakan tersebut tidak baik dan termasuk tindakan cyberbullying namun hal itu dianggap wajar olehnya. Sebab, ia melihat banyak teman-temannya sesama pengguna media sosial juga melakukan hal yang sama bahkan ada yang menggunakan gaya bahasa yang lebih kasar. Terkadang status sindiran dan gaya bahasa yang ia gunakan di media sosial tersebut mendapat kritikan dari teman-teman terdekatnya. Selain teman, pihak keluarga seperrti para sepupu juga ikut memberinya nasihat agar tidak menulis status yang berisi tentang sindiran seperti itu. Raja melakukan hal itu sejak pertama kali ia menggunakan facebook saat masih dibangku sekolah hingga akhirnya menjelang kuliah. Hal itu dikarenakan keluarganya yang ortodoks sehingga ia lebih banyak belajar dan mencontoh apa yang ada disekitar lingkungan bermainnya. Terkait aksi curhat di media sosial, Raja tidak memiliki keberanian untuk curhat kepada keluarganya langsung sehingga ia lebih memilih meluapkan emosinya lewat facebook. Sejak ia kuliah, ia mulai memiliki banyak pergaulan dan wawasannya kian berkembang. Apalagi ia pernah kuliah di jurusan Teknik Informatika D-3 USU, sehingga sedikit banyak ia mengetahui sedikit informasi tentang internet. Sejak saat itulah ia mulai berubah dan mengurangi aktivitasnya di media sosial facebook. Raja memilih aktif di twitter saat ini dan menjadi pengguna media sosial yang lebih baik dari sebelumnya. Ia menyadari bahwa perbuatannya yang suka menyindir orang lain lewat status facebook merupakan perbuatan yang tidak baik dan dapat merusak citra diri si pengguna media sosial itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 76 Universitas Sumatera Utara “Aku inget tahun 2014 lalu aku pernah mendapat teguran dari sahabat dan keluarga aku terus mendapat nasehat dari orang tuanya temen aku yang juga berteman dengan ku di facebook supaya tidak lagi berbuat seperti itu. Sejak saat itulah aku berfikir bahwa nasihat mereka benar. Aku kan sekarang udah kuliah, udah mulai berpikir kalau cara seperti itu bisa menyelesaikan masalah tapi kan tidak bagus karena semua orang jadi tahu tentang rahasia hidup kita. Pandangan orang jadi jelek tentang kita. Terus yang lebih parah hubungan kita bisa rusak dengan orang lain gara-gara status fb kalo ada yang merasa tersinggung, karena sifat fb-kan untuk umum bisa dibaca oleh siapa saja dan siapa saja bisa merasa tersinggung dengan status fb kita. Nah, sejak saat itulah aku mulai mengurangi intensitas menggunakan facebook”. Menurut Raja, media sosial twitter lebih menyenangkan dibandingkan facebook karena para pengguna twitter lebih cerdas dan lebih banyak informasi terbaru. Apalagi sejumlah media massa kini menggunakan twitter sebagai salah satu sarana untuk mempublikasikan berita. Selain itu, Raja mengatakan jika ia merasakan langsung keuntungan dari menggunakan twitter dimana ia kini memiliki banyak teman. Sebagai seorang anak muda yang selalu update informasi terkini, ia pun mengikuti sejumlah pemberitaan di media massa tentang kasus hukum yang menjerat para pengguna media sosial. Raja mengaku ia prihatin dengan adanya kasus tersebut dan menjadikan kasus tersebut sebagai pelajaran. Sejak adanya kasus-kasus tersebut Raja lebih selektif lagi ketika akan mengikuti akun twitter tertentu yang dapat memberikan manfaat yang besar dalam dunia nyata. Menurutnya, setiap akun twitter dapat mempengaruhi siapa saja yang diikutinya seperti misalnya jika seseorang mengikuti sebuah akun anonim yang menebar kebencian maka bisa jadi ia terprovokasi namun jika seseorang mengikuti akun-akun yang bermanfaat seperti akun-akun yang menerbitkan informasi, kata-kata bijak, motivasi atau akun informasi lainnnya dapat menambah wawasan bagi orang yang mengikutinya. “Kalau berbicara sosial media sosial, pergerakannya tuh cepat sekali ya mbak. Waktu pertama kali aku main media sosial sekitar tahun 2008 semua orang bebas mau berbuat apa aja. Semakin lama semakin berkembang, penggunaannya pun semakin beragam ya. Ada yang menggunakan media sosial untuk pencitraan diri, untuk jualan, untuk menyerang, untuk hiburan dan lain-lain. Nah, sekarang ini aku jadi agak was-was ya menggunakan media sosial. Belakangan waktu ini ada banyak sekali pengguna media sosial yang terjerat kasus hukum, aku baca di media online karena aku jarang nonton televisi. Bahkan konten-konten yang menurut kita lucu justru bisa menyeret kita terjerat kasus hukum. Ya, dari kasus-kasus itu aku hanya Universitas Sumatera Utara 77 Universitas Sumatera Utara bisa ambil pelajaran aja sih supaya lebih berhati-hati. Jangan sampai sesuatu yang kita unggah di media sosial menyinggung suatu pihak, jangan sampai kita menyebarkan informasi-informasi yang belum pasti. Aku sih masih suka menyindir orang kalo lagi kesal sama seseorang hehe tapi mungkin sekarang sudah tidak seperti dulu yang secara terang-terangan. Soalnya aku takut juga kan, dianggap pencemaran nama baik”. Sebelum menutup sesi wawancara, Raja mengatakan jika sejak awal bergabung di media sosial facebook dan twitter, Raja tidak mengetahui adanya aturan yang mengatur aktivitas di dunia maya yaitu Undang-Undang Informasi dan Transaksi dan Elektronik. Raja mengetahui adanya aturan tersebut dari informasi yang ramai diperbincangkan oleh para pengguna twitter. Sejak mencuat-nya kasus-kasus tersebut di internet, wawasan Raja pun bertambah karena kasus-kasus tersebut banyak dimuat di berbagai situs online bahkan ditayangkan di televisi. Raja mengaku lebih berhati-hati dalam beraktivitas di media sosial. Apalagi ketika kuliah jurusan D-3 jurusan Teknik Informatika, ada seorang dosen yang pernah membahas tentang etika internet. Meskipun Raja tidak mengetahui perihal pasti tentang Undang-Undang tersebut, namun Raja mengaku memahami isi dari Undang-Undang ITE tersebut. “Aku sih tidak tau ya mbak, Undang-Undang itu pasal berapa tapi yang aku tahu kalau Undang-Undang itu mengatur tentang hal-hal apa saja yang melanggar aturan di internet. Misalnya, kita tidak boleh melakukan fitnah, pencemaran nama baik, penipuan, membagi informasi yang tidak jelas sumbernya. Selain itu, jangan sampai apa yang kita unggah menyangkut SARA atau yang membuat konten pornografi. Paling itu sih, kalau berkomentar lebih baik disampaikan dengan pemilihan kata yang sopan. Kalau berkomunikasi dengan orang lain ya ng tidak dikenal juga sopan”. Ketika ditanya tentang netiket, Raja mengaku tidak pernah mendengar istilah tersebut. Namun, penjelasannya tersebut menggambarkan bahwa Raja telah memiliki pemahaman yang lebih matang tentang etika komunikasi di media sosial. Tanggal 23 Februari 2015, peneliti kembali menemui Raja untuk melengkapi informasi-informasi yang masih dibutuhkan. Peneliti kembali bertemu dengan informan di Sahiva USU yang terletak di Pintu 1 Universitas Sumatera Utara. Raja yang pada saat itu mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru mempersilahkan peneliti untuk masuk ke sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat beberapa sofa, lemari buku dan sejumlah foto-foto kegiatan yang Universitas Sumatera Utara 78 Universitas Sumatera Utara dilakukan anggota SAHIVA. Peneliti langsung saja mengajukan sejumlah untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan yang belum sempat peneliti tanya pada kesempatan wawancara pertama. Raja mengakses twitter setiap harinya meskipun tidak selalu menerbitkan tweet atau foto. Namun ia tetap mengaksesnya untuk mendapatkan informasi terbaru seputar berita, hiburan atau hanya sekedar membaca terbitan tweet dari para following-nya. Setiap kali mengakses twitter Raja menghabiskan waktu selama 5-30 menit dan dalam sehari ia bisa beberapa kali mengecek newsfeed pada akun twitter-nya. Sementara facebook, ia gunakan ketika mendapatkan pemberitahuan dari grup kampusnya atau mengerjakan tugas kelompok dengan teman kuliahnya. Saat ini Raja sedang disibukkan dengan aktivitasnya sebagai penyiar Radio. Sebagai seorang penyiar, Raja dituntut untuk mengetahui perkembangan dunia musik. Media sosial twitter ternyata cukup membantunya dalam hal tersebut. Cukup dengan mengikuti akun twitter yang membahas tentang musik atau akun twitter pribadi para musisi, pengetahuan Raja tentang musik pun semakin luas. Selain itu, ia masih tetap mengikuti perkembangan komunitas-komunitas yang ada di Kota Medan. Hal tersebut juga ia lakukan lewat twitter. Kini, Raja dapat merasakan manfaat dari penggunaan media sosial yang tepat guna.

4.1.3.5 Lucky Waktu Wawancara : 2 Maret 2015, pukul 13.45 WIB

17 Maret 2015, pukul 12.00 WIB Tempat Wawancara : Ruang Redaksi Pers Mahasiswa Pijar FISIP USU Peneliti mewawancari Lucky Andriansyah, sebanyak dua kali. Peneliti mendapati akun facebook atas nama Lucky Andriansyah di daftar teman facebook peneliti. Hasil yang diperoleh selama proses pengamatan yaitu Lucky merupakan pengguna aktif media sosial facebook, memiliki 2.200 teman facebook dan hingga tanggal 8 Maret 2015. Lucky cukup aktif mengunggah status. Kami berteman di media sosial facebook sebab kami merupakan satu organisasi di kampus FISIP USU. Meskipun kami satu organisasi namun kami belum pernah bertemu sebelumnya. Sehingga, untuk mencari informasi tentang Lucky peneliti bertandang ke Ruang Redaksi Pers Mahasiswa Pijar. Pukul 11.00 WIB tiba di Universitas Sumatera Utara 79 Universitas Sumatera Utara ruangan tersebut dan bertemu dengan beberapa orang pengurus persma tersebut. Salah seorang pengurus bernama Mutia mahasiswi Ilmu Komunikasi 2012 menyampaikan bahwa Lucky Andriansyah merupakan anggota aktif di organisasi tersebut. Mutia juga memberi informasi terkait jadwal kuliah dan jadwal piket Lucky sebagai anggota persma tersebut. Tanpa disengaja tiba-tiba seorang laki- laki bertubuh mungil mengucap salam dari balik pintu. Ternyata lelaki itu adalah Lucky Andriansyah yang dimaksud oleh Mutia. Kemudian Mutia memperkenalkan peneliti kepada informan. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 17 Maret 2015 jam 12.00 WIB di Ruang Redaksi Pers Mahasiswa Pijar yang terletak di Kampus FISIP USU. Peneliti memperkenalkan diri kepada Lucky dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti terkait penelitian ini. Kemudian Lucky setuju atas keterlibatannya dalam penelitian ini. Laki-laki berkulit hitam manis ini merupakan warga kota Bandung yang hijrah ke Kota Medan. Sang Ayah telah meninggal dunia pada tahun 2008 sehingga Lucky bersama ibu dan adik-adiknya pindah ke Kota Medan dimana sang ibu merupakan warga kota Medan. Meskipun saat ini ia tinggal di Medan, namun ia masih sering berkomunikasi dengan keluarganya atau rekan-rekannya yang berdomisili di Bandung. Jejaring sosial merupakan saluran yang digunakannya untuk menjalin komunikasi dengan mereka. Lucky mengatakan jika ia merupakan pengguna sejumlah media sosial seperti facebook, path, instagram, line dan twitter. Namun, untuk menjaga silaturahim dengan kerabatnya yang berada diluar kota, informan lebih sering menggunakan facebook sebagai salah satu sarana komunikasi. “ Awalnya, Lucky menggunakan media sosial facebook dan twitter karena ikut-ikutan teman supaya dibilang gaul. Lalu, Lucky coba membuat akun facebook terlebih dahulu dan ternyata asyik. Hingga saat ini Lucky masih aktif menggunakan facebook. Lucky bisa punya banyak teman lewat facebook, mulai dari teman-teman yang lama tidak pernah terhubung bertemu kembali di facebook hingga orang-orang tidak Lucky kenal pun jadi berteman lewat facebook.”. Lucky mengatakan jika ia sangat gemar menulis di facebook dan mengaku senang jika banyak orang yang mengapresiasi tulisannya tersebut. Ada banyak hal yang Lucky bagikan lewat akun facebook miliknya diantaranya yaitu menulis Universitas Sumatera Utara 80 Universitas Sumatera Utara status, menulis puisi, berbagi infromasi, mengunggah foto kegiatan-nya, terkadang ia juga suka mengunggah foto selfie sebagai bentuk narsis. Sebelum menutup pertemuan pertama kami, Lucky menuturkan bahwa ia bergabung dengan facebook sejak tahun 2010 dan memiliki teman sebanyak 2500-an dan menggunakan twitter sejak tahun 2012 dengan jumlah pengikut sebanyak 150 orang dan megikuti 177 orang. Kemudian kami menentukan tanggal yang tepat untuk kembali bertemu melanjutkan proses wawancara tersebut. Pertemuan kedua terjadi pada tanggal 17 Maret 2015 pada pukul 12.00 WIB di Ruang Redaksi Pijar. Pada pertemuan kedua ini peneliti melanjutkan pertanyaan yang belum diajukan kepada Lucky pada pertemuan sebelumnya. Peneliti mulai menanyakan hal-hal apa saja yang ia lakukan selama mengakses media sosial facebook. Lucky mengatakan jika ia sering mencurahkan isi hati-nya lewat status di facebook yang ditujukan untuk mantan kekasihnya. Ia sering mempersembahkan puisi dan kata-kata manis untuk perempuan tersebut. “Facebook itu bisa mewakili perasaan Lucky untuk menyampaikan apa yang Lucky rasakan hahaha....Jujur sih, terkadang ada perasaan yang tidak bisa Lucky kontrol sendiri dan hal itu harus Lucky curahkan salah satunya dengan menulis status di facebook. Biasanya perasaan itu muncul karena perasaan Lucky terhadap seseorang yaitu mantan Lucky. Kebetulan dia berteman dengan Lucky di facebook jadi, Lucky upload aja di facebook dan berharap dia baca tulisan- tulisan Lucky”. Selain itu, Lucky juga sering bercerita lewat status di facebook tentang keadaan keluarganya atau tentang perasaan terhadap sesuatu yang tidak dapat dikendalikannya. Ia seakan mendapatkan ketenangan setiap kali mengungkapkan isi hatinya di- facebook sebab teman-temannya di dunia maya sering memberikan solusi untuk setiap permasalahannya tersebut. “ Tidak semua hal pribadi Lucky share ke facebook hanya untuk hal-hal tertentu saja. Misal untuk masalah yang terkadang Lucky tidak mendapat solusi. Lucky curhat lewat facebook, meskipun tidak terang-terangan Lucky mengungkapkan masalah Lucky tapi sering teman-teman memberikan solusi Jadi, Lucky senang kak karena bisa menambah kedewasaan Lucky juga”. Lucky menyadari bahwa terkadang ia melampaui batas ketika mengunggah sesuatu di media sosial facebook. Apalagi banyak keluarganya yang dapat melihat setiap unggahan status atau foto yang diunggah. Meskipun keluarganya tidak Universitas Sumatera Utara 81 Universitas Sumatera Utara pernah mencampuri urusannya atau menegur Lucky jika melampaui batas, namun ia memiliki kesadaran sendiri bahwa hal tersebut tidak baik. Sejak bergabung dengan Pers Mahasiswa Pijar dan sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, Lucky memperoleh pemahaman tentang bagaimana menjadi seorang komunikator yang baik. Meskipun Orang tua Lucky, khususnya sang ibu mengetahui anaknya menggunakan media sosial namun sang ibu tidak memberi reaksi apapun terhadap aktivitas yang dilakukan Lucky di facebook. Bahkan akun facebook milik Riko digunakan sang ibu sebagai media komunikasi dengan keluarganya yang ada di Bandung. Selama menggunakan media sosial facebook, Lucky mengingat bahwa ia pernah mengalami kegagalan dalam komunikasi dan setelah ia memiliki wawasan , Lucky seakan mendapatkan solusi tentang permasalahan komunikasi yang pernah dialaminya ketika berkomunikasi dengan orang lain. “ Pengalaman Lucky, Lucky pernah bertengkar sama pengguna facebook dimana dia adalah teman Lucky. Waktu itu Lucky komentar di statusnya, niat Lukcy pada awalnya bercanda. Lucky menggunakan hurup kapital semua kak, bagi Lucky enggak ada makna khusus ketika kita mengetik tulisan di internet pake huruf besar semua. Waktu itu, Lucky masih belum mengerti sehingga terjadi konflik antara Lucky sama kawan itu. Dia pun enggak menjelaskan alasannya. Nah, setelah Lucky kuliah terus bergabung di pers mahasiswa banyak waktu yang digunakan untuk saling berbagi ilmu. Sejak saat itulah Lucky tau bahwa penggunaan huruf kapital disetiap huruf ketika berkomunikasi di media sosial, artinya huruf itu seakan-akan menekankan sesuatu dan menggambarkan bahwa Lucky lagi marah. Jadi, dari diskusi dengan senior lah Lucky jadi tau kalau penekanan-penekanan di tulisan dengan dunia nyata itu berbeda. Bisa saja kita anggap menulis dengan huruf kapital dalam suasana bercanda adalah hal yang biasa, namun bagi orang belum tentu. Apalagi Lucky dari Bandung dan temen Lucky itu”. Ketika peneliti bertanya tentang aturan yang berlaku di media sosial yaitu Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, Lucky mengaku tidak mengetahuinya. Ia juga tidak mengetahui tentang informasi pelanggaran yang dilakukan oleh para pengguna media sosial yang terlibat kasus hukum. Hal tersebut disebabkan oleh kesibukan Lucky yang tidak punya banyak waktu untuk menonton televisi atau mendengarkan radio. Ia juga tidak suka membaca selain membaca informasi yang dimuat di website pers mahasiswa Pijar. Sehingga ia tidak mengetahui tentang adanya aturan tersebut. Universitas Sumatera Utara 82 Universitas Sumatera Utara “Lucky tidak pernah tahu itu kak, emang ada ya pengguna media sosial yang masuk penjara gara- gara nulis status di media sosial?”. Lucky juga tidak mengetahui informasi tentang netiket. Sehingga untuk mengetahui pengetahuan informan, peneliti menjelaskan tentang sejumlah contoh kasus yang menimpa sejumlah netizen yang disebabkan oleh kelalaian pengguna dalam mengelola konten yang diunggah di media sosial. Setelah peneliti menjelaskan sejumlah kasus tersebut, tiba-tiba Lucky memotong pembicaraan peneliti. “Oh, kalo itu menurut Lucky sih tergantung masing-masing pengguna ya kak. Meskipun kadang-kadang Lucky suka marah-marah di media sosial tapi Lucky tidak sebut nama oranginstansi yang Lucky maksud. Pernah ada diskusi dengan teman-teman organisasi yang membahas etika juga. Lucky sih enggak tahu apakah etika yang pernah dibahas tersebut berlaku disegala bidang atau khusus untuk bidang komunikasi saja. Lucky ingat kalau ada salah seorang senior di organisasi mengatakan kalau kita menulis sesuatu di ruang publik kita enggak boleh menulis sesuatu yang informasinya tidak jelas, tidak boleh memfitnah orang atau lembaga resmi jadi kita harus benar-benar menulis informasi yang berasal dari sumbernya langsung. Kita tidak boleh melakukan pencemaran nama baik, pokoknya kita harus sopan dan beretika ketika menulis maupun berbicara dengan orang secara langsung. Sekarang,Lucky lebih sering nulis status tentang kata-kata indah, puisi dan semacamnya. Sebisa mungkin Lucky menghindari mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan ketika berinteraksi dengan teman facebook. Enggak enak jika dilihat oleh guru dan keluarga. Jadi, kalo buka facebook lebih sering membaca status orang aja atau berkomunikasi dengan keluarga yang di Bandung”. 4.1.4 Penyajian Data 4.1.4.1 Motif Remaja Menggunakan Media Sosial Facebook dan Twitter