Isi Media SUARA USU

33 Redaktur adalah anggota bagian redaksi yang bertugas mengedit berita yang akan naik cetak. Hal tersebut dijelaskan oleh pernyataan renti yaitu : “ada yang namanya dewan redaksi di SUARA USU yang tugasnya nanggung jawabin berita dan nyeleksi berita, terus ada redaktur yang ngedit berita, ilustrasi, bahkan poto jugak, jadi berita yang naik itu gak asal-asalan.” SUARA USU memiliki dewan redaksi yang berfokus menjaga originalitas tulisan yang naik cetak sebagai bukti dari idealisme anggota pers. Meskipun semua reporter yang menulis berita dilatih dan diajarkan untuk selalu menjaga keaslian tulisan mereka sendiri diluar sebelum adanya campur tangan anggota dewan redaksi. Anggota SUARA USU masih tetap menanamkan nilai-nilai etik untuk menjaga originalitas tulisan tersebut. Hal tersebut mencerminkan bahwa anggota SUARA USU tetap menjunjung tinggi idealisme nya.

2.1.1 Isi Media SUARA USU

Media merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia hampir setiap saat manusia menggunakan media, baik media cetak ataupun media elektronik. Pada dasarnya, media merupakan sarana komunikasi yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat secara luas, sehingga masyarakat dapat menerima informasi secara serentak. Media sendiri dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang mampu mempengaruhi pola kehidupan manusia. Pihak rektorat kampus USU menjadi pihak yang memegang dan berperan terhadap keberadaan pers mahasiswa SUARA USU, keterkaitan diantara pihak Universitas Sumatera Utara 34 rektorat USU dan SUARA USU menjadi pola hubungan yang dilematis, dimana pihak SUARA USU mengusung kebebasan pers namun juga berada dibawah naungan pihak rektorat. Pola hubungan pihak rektorat USU dan SUARA USU berimbas pada isi pemberitaan SUARA USU, setiap pemberitaan yang berkaitan dengan kebijakan kampus mendapatkan peringatan secara halus maupun keras dari pihak rektorat USU terhadap SUARA USU. Bagi pihak rektorat USU, pers mahasiswa SUARA USU adalah wadah pers mahasiswa setingkat unit kegiatan mahasiswa UKM sebagai wadah menampung aspirasi dan mengasah bakat mahasiswa dalam konteks proses jurnalistik, sedangkan bagi pihak SUARA USU kegiatan jurnalistik yang mereka lakukan merupakan bagian dari kebebasan pers yang terangkum sebagai kebebasan hakiki individu manusia. Isi media pemberitaan yang hadir di SUARA USU merupakan hasil konsolidasi antara pihak rektorat USU dan SUARA USU, hal ini menciptakan kondisi tarik-menarik kepentingan antara kedua belah pihak. Mengutip Hallin Schudson 2005:125 yang mengatakan : ““. . . three domains of reporting, each of which operates by different journalistic rules. In the zone of “legitimate controversy,” recognition of a culturally sanctioned conflict such as anything on which the two leading political parties differ guarantees a professionalism dedicated to presenting both sides. In the zone of deviance, there is coverage of issues, topics, or group beyond the reach of normal reportorial obligations of balance and fairness . . . The third zone is reporting on topics in which values are shared.” Universitas Sumatera Utara 35 “. . . tiga domain pelaporan, yang masing-masing beroperasi dengan aturan jurnalistik yang berbeda. Dalam zona kontroversi yang sah, pengakuan konflik kultural sanksi seperti apa pun di mana dua partai politik terkemuka berbeda menjamin profesionalisme yang didedikasikan untuk menyajikan kedua belah pihak. Di zona sesat, ada cakupan isu, topik, atau kelompok di luar jangkauan kewajiban reportorial normal keseimbangan dan keadilan. . . Zona ketiga melaporkan pada topik di mana nilai-nilai bersama. Isi pemberitaan SUARA USU yang bersinggungan pihak rektorat USU dalam konteks otoritas kampus menjadi bagian dari zona “legitimasi kontroversi” yang memberi ruang pada pers mahasiswa SUARA USU untuk dapat menjalankan tugas jurnalistik melalui pemberitaan mereka sebagai bentuk manifestasi profesionalisme dan dedikasi. Pemberitaan yang dilakukan oleh pers mahasiswa SUARA USU sebagai bagian dari zona “legitimasi kontroversi” juga menjalankan prinsip pemberitaan secara dua sisi cover both sides untuk dapat menjadikan pemberitaan yang dilakukan sebagai bagian dari aspek profesionalme dan dedikasi, sebagaimana diungkapkan oleh Shahnaz Yusuf alumni SUARA USU – Ilmu Komunikasi, 2008, yaitu : “Nyikapinya gimana ya.. Ya sepanjang itu benar, cover all side dan ada verifikasi, dan udah teruji semuanya fakta, ya harus didukung. karena pada dasarnya kita mengkritik kan supaya ada perbaikan di kampus kita, bukan karena kita sentimen. Jadi ya, kita cuma menjalankan fungsi pers untuk menjadi kontrol sosial dan mengedukasi masyarakat, dalam hal ini, adalah mahasiswa.” Universitas Sumatera Utara 36 Pemberitaan yang dilakukan berdasarkan prinsip dua sisi cover both sides yang melakukan silang pembuktian terhadap fenomena pemberitaan menjadi bagian dari ketergantungan jaringan, mengutip pendapat Dahlgreen 2005:319 yang mengatakan : “Moreover, these three dimensions constitute a network of interdependence that both conastrains and enables the functioning of the public sphere. I refer to the dimensions as the structural, the representational, and the interactional.” “Selain itu, tiga dimensi tersebut merupakan jaringan saling ketergantungan yang kedua kendala dan memungkinkan fungsi ruang publik. Mengacu pada dimensi sebagai struktur, representasi, dan interaksional.” Secara lebih lanjut pendapat tersebut mendeksripsikan mengenai isi pemberitaan SUARA USU terhadap sikap rektorat USU sebagai bagian dari tiga bentuk pemberitaan; yaitu struktur rektorat USU – SUARA USU, representasi kehidupan kampus, meliputi : mahasiswa, dosen, rektorat dan lingkungan kampus serta interaksional yang merupakan rangkuman pola keterkaitan diantara kehidupan kampus sebagai bagian dari isi pemberitaan SUARA USU.

2.1.2. Produk SUARA USU