a. Delik formil, pelakunya adalah barang siapa yang telah memenuhi perumusan delik dalam undang-undang;
b. Delik materiil, pelakunya adalah barang siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang dalam perumusan delik;
c. Delik yang memuat unsur kualitas atau kedudukan, pelakunya adalah barang siapa yang memiliki unsur kedudukan atau kualitas sebagaimana
yang dirumuskan, misalnya, didalam kejahatan jabatan, pelakunya adalah pegawai negeri.
Sedangkan dader dalam pengertian luas adalah yang dimuat dalam Memori Penjelasan atau Memorie van Toelichting MvT WvS Belanda tahun 1886
pembentukan Pasal 55 KUHP, yang antara lain mengutarakan: ―Yang harus dipandang sebagai dader itu bukan saja mereka yang telah
menggerakkan orang lain untuk melakukan delik, melainkan juga mereka yang telah menyuruh melakukan dan mereka yang turut melakukan.‖
108
2. Orang yang menyuruh melakukan doenplegermanus domina
Undang-undang tidak menerangkan tentang siapa yang dimaksud yang menyuruh melakukan. Untuk mencari pengertian dari orang yang menyuruh
melakukan doenpleger ahli hukum merujuk kepada keterangan yang ada didalam Memorie van Toelichting MvT, yang menyatakan bahwa:
―Pelaku buka saja ia yang melakukan tindak pidana, melainkan juga ia yang melakukannya tidak in persona tetapi melalui orang yang seolah sekedar alat
108
P.A.F Lamintang, Op.Cit., Hal. 565
Universitas Sumatera Utara
bagi kehendaknya, yakni bila orang tersebut [karena ketidaktahuan yang ada pada dirinya, kekhilafan atau kesesatan yang sengaja ditimbulkan baginya,
atau sebab ancaman kekerasan yang menghalangi kehendak bebasnya], ternyata bertindak tanpa kesengajaan, kesalahan dalam arti kelalaian atau
keteledoran atau tanpa dimintai pertanggungjawaban.
‖
109
Yang dimaksud sebagai orang yang menyuruh melakukan adalah orang yang menyuruh si pelaku melakukan tindak pidana.si pelaku seolah-olah menjadi
alat belaka yang dikendalikan oleh si penyuruh.
110
Orang yang menyuruh disebut sebagai manus domina, sedangkan orrang yang disuruh disebut sebagai manus
ministra yang oleh Prof. Satochid Kartanegara disebut onmiddelijk dader. Terdapat tiga konsekuensi logis terhadap tindak pidana yang dilakukan dengan
cara memperalat orang lain, yakni:
111
a. Terwujudnya tindak pidana bukan disebabkan langsung oleh pemuat penyuruh, tetapi oleh perbuatan orang lain manus ministra;
b. Orang lain tersebut tidak bertanggungjawab atas perbuatannya yang pada perbuatannya melahirkan tindak pidana;
c. Manus ministra ini tidak boleh dijatuhi pidana, yang dipidana adalah perbuatan penyuruh.
Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 137KKr1956 tanggal 1 Desember 2012 menyatakan bahwa seseorang yang disuruh tidak dapat
109
Mohammad Ekaputra dan Abul Khair, Op.Cit., Hal. 47
110
Soeparman, Op.Cit., Hal. 68
111
Adam Chazawi, Op.Cit, Hal. 17
Universitas Sumatera Utara
dipertanggungjawabkan terhadap perbuatannya, dan oleh karena itu tidak dapat dihukum.
112
3. Orang yang turut serta melakukan mede plegermede dader