TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Pelaku Tindak Pidana

D. KEASLIAN PENULISAN Penulisan skripsi dengan judul Pertanggungjawaban Pidana Pelaku

Tindak Pidana Perpajakan Studi Putusan Nomor 1863Pid.B2015PN.Sby belum pernah dilakukan sebelumnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara USU. Hal ini didukung dengan hasil pemeriksaan dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara USU. Oleh karena itu, tujuan serta permasalahan yang diangkat didalam penulisan skripsi ini merupakan karya asli dari Penulis. Penulisan skripsi ini murni berasal dari hasil pemikiran Penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum yang ada, serta mengutip data dari buku, literatur, pendapat-pendapat ahli, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu apabila kemudian ditemukan skripsi dengan judul dan permasalahan yang sama, dapat dipertanggungjawabkan oleh Penulis.

E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Pelaku Tindak Pidana

Pelaku adalah orang yang melakukan suatu tindak pidana, dalam arti orang yang dengan suatu kesengajaan atau suatu ketidaksengajaan seperti yang diisyaratkan oleh Undang-Undang telah menimbulkan suatu akibat yang tidak dikehendaki oleh Undang-Undang, baik itu merupakan unsur-unsur subjektif maupun unsur-unsur objektif, tanpa memandang apakah keputusan untuk Universitas Sumatera Utara melakukan tindak pidana tersebut timbul dari dirinya sendiri atau karena gertakan oleh pihak ketiga. 9 Didalam KUHP sendiri, mengenai pelaku tindak pidana telah diatur didalam Pasal 55. Didalam pasal 55 KUHP, dikatakan bahwa: 1 Dihukum sebagai pelaku-pelaku dan suatu tindak pidana yaitu 1 Mereka yang turut melakukan, menyuruh melakukan atau yang turut melakukan. 2 Mereka yang dengan pemberian-pemberian, janji-janji dengan menyalahgunakan kekuasaan atau keterpandangan dengan kekerasan, ancaman atau dengan menimbulkan kesalahpahaman atau dengan memberikan kesempatan, sarana-sarana atau keterangan- keterangan, dengan sengaja telah menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana bersangkutan. 2 Mengenai mereka yang disebutkan terakhir ini, yang daat dipertanggungjawabkan kepada mereka itu hanyalah tindakan-tindakan yang dengan sengajar telah mereka gerakkan unutk dilakukan oleh orang lain berikut akibat-akibatnya. Berdasarkan Pasal 55 diatas, yang merupakan pelaku dalam suatu tindak pidana meliputi: 1 Orang yang melakukan dader plagen, yakni orang yang melaksanakan serta mewujudkan sendiri segala maksud dari suatu tindak pidana. 2 Orang yang menyuruh melakukan doen plagen, yakni orang yang menyuruh orang lain untuk melaksanakan serta mewujudkan maksud dari suatu tindak pidana. 3 Orang yang turut melakukan mede plagen, yakni orang yang ikut serta dalam melaksanakan serta mewujudkan maksud dari suatu 9 P.A.F Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,1997, Hal. 594 Universitas Sumatera Utara tindak pidana, dimana pelaku terdiri dari 2 orang atau lebih, yang terdiri dari orang yang melakukan dader plagen serta orang yang menyuruh melakukan doen plagen 4 Orang yang dengan memberikan upah, dengan perjanjian, dengan menyalahgunakan wewenang atau martabat, memakai pemaksaan, dan dengan sengaja membujuk orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana.

2. Pertanggungjawaban Pidana

Didalam bahasa asing, pertanggungjawaban pidana disebut ―toerekenbaarheid‖, ―criminal responsibilty‖ atau “criminal liablity‖. Pertanggungjawaban pidana adalah suatu perbuatan yang tercela oleh masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan kepada pelaku atas perbuatan yang dilakukannya 10 . Pertanggungjawaban pidana bertujuan untuk menunjukkan apakah seorang tersangka atau terdakwa dapat bertanggungjawab terhadap kejahatan yang dilakukannya atau tidak. Jika ia harus mempertanggunjawabkan perbuatannya, maka ia akan dipidana, harus dibuktikan dahulu apakah perbuatan yang dilakukan olehnya merupakan perbuatan yang bersifat melawan hukum serta ia memiliki kemampuan untuk bertanggungjawab atas perbuatannya. Apabila ia tidak terbukti melakukan suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum atau ia tidak memiliki kemampuan untuk bertanggungjawab, maka tersangka atau terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana. 10 Ruslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana, GHal.ia Indonesia, Jakarta, 1982, Hal. 75 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum Di Dalam Kuhp (Studi Putusan Ma No. 1914/K/Pid/2012)

2 116 124

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah (Studi Putusan Hakim No. 945/PID.B/2010/PN.TK)

0 4 71

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum Di Dalam Kuhp (Studi Putusan Ma No. 1914/K/Pid/2012)

0 0 9