Orang yang melakukan tindak pidana plegendader

Pada dasarnya, yang menjadi unsur pertama dalam suatu tindak pidana adalah adanya suatu perbuatan manusia, sehingga dapat dikatakan yang dapat melakukan suatu tindak pidana adalah manusia itu sendiri. Hal itu terlihat dari sebagaian besar kaidah-kaidah hukum pidana didalam KUHP dimulai dengan kata ―barang siapa‖ sebagai terjemahan dari kata dalam Bahasa Belanda hij. 101 Namun seiring dengan perkembangannya, mengingat terjadinya perubahan sosial di berbagai bidang kehidupan manusia, maka subjek hukum pidana tidak lagi dapat dibatasi hanya pada manusia alamiah natuurlijke persoon tetapi mencakup pula badan hukum recht persoon. Pelaku tindak pidana memiliki arti orangbadan hukum subjek hukum yang melakukan tindak pidana atau melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang pidana. Berdasarkan Pasal 55 KUHP 102 yang menjadi pelaku didalam suatu tindak pidana adalah:

1. Orang yang melakukan tindak pidana plegendader

Didalam ilmu pengetahuan hukum pidana ada dibedakan antara pelaku dalam arti sempit dan pelaku dalam arti luas. Pelaku dalam arti sempit adalah 101 Mohammad Ekaputra, Op.Cit., Hal. 23 102 Pasal 55 KUHP 3 Dipidana sebagai pelaku tindak pidana : 3. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan; 4. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. 4 Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sejarah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya. Universitas Sumatera Utara hanya mereka yang melakukan tindak pidana. Sedangkan pelaku dalam arti luas meliputi keempat klasifikasi pelaku, yaitu yang melakukan, mereka yang menyuruh melakukan, mereka yang ikut serta melakukan dan mereka yang mengggerakkanmembujuk. 103 Orang yang melakukan tindak pidana secara sempit tunggal disebut dader sedangkan secara luas jamak disebut plegen. Kamus Bahasa Belanda mengartikan kata dader sebagai ―pembuat‖. Orang yang melakukan tindak pidana adalah orang yang karena perbuatannyalah yang melahirkan tindak pidana itu, tanpa adanya perbuatan-perbuatan pembuat pelaksana pleger ini tindak pidana itu tidak akan terwujud. 104 Lebih sederhana lagi bahwa yang dimaksud dengan orang yang melakukan dader adalah orang yang memenuhi semua unsur delik sebagaimana dirumuskan oleh undang-undang, baik unsur subjektif maupun unsur objektif. 105 Perbedaaan pleger dengan dader adalah terhadap pleger masih diperlukan keterlibatan orang lain ini harus sedemikian rupa sehingga perbuatan tersebut tidak sebagai penentu dalam mewujudkan tindak pidana yang dilakukan. 106 Pada umumnya, pelaku dapat diketahui dari jenis delik, yakni: 107 103 Loebby Loqman, Percobaan, Penyertaan, dan Gabungan Tindak Pidana, Jakarta, Universitas Tarumanegara, 1996, Hal. 62-63 104 Mohammad Ekaputra dan Abul Khair, Percobaan dan Penyertaan, USU Press, Medan, 2014, Hal. 44 105 Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hal. 78 106 Adam Chazawi, Percobaan Penyertaan Pelajaran Hukum Pidana 3, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, Hal. 83 107 Ibid. Universitas Sumatera Utara a. Delik formil, pelakunya adalah barang siapa yang telah memenuhi perumusan delik dalam undang-undang; b. Delik materiil, pelakunya adalah barang siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang dalam perumusan delik; c. Delik yang memuat unsur kualitas atau kedudukan, pelakunya adalah barang siapa yang memiliki unsur kedudukan atau kualitas sebagaimana yang dirumuskan, misalnya, didalam kejahatan jabatan, pelakunya adalah pegawai negeri. Sedangkan dader dalam pengertian luas adalah yang dimuat dalam Memori Penjelasan atau Memorie van Toelichting MvT WvS Belanda tahun 1886 pembentukan Pasal 55 KUHP, yang antara lain mengutarakan: ―Yang harus dipandang sebagai dader itu bukan saja mereka yang telah menggerakkan orang lain untuk melakukan delik, melainkan juga mereka yang telah menyuruh melakukan dan mereka yang turut melakukan.‖ 108

2. Orang yang menyuruh melakukan doenplegermanus domina

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum Di Dalam Kuhp (Studi Putusan Ma No. 1914/K/Pid/2012)

2 116 124

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah (Studi Putusan Hakim No. 945/PID.B/2010/PN.TK)

0 4 71

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum Di Dalam Kuhp (Studi Putusan Ma No. 1914/K/Pid/2012)

0 0 9