Orang yang turut serta melakukan mede plegermede dader

dipertanggungjawabkan terhadap perbuatannya, dan oleh karena itu tidak dapat dihukum. 112

3. Orang yang turut serta melakukan mede plegermede dader

Dalam Kamus Bahasa Belanda-Indonesia, Indonesia-Belanda, kata mede identik dengan ook yang dalam bahasa Indon sia artinya‖juga‖. Jadi, mede dader berarti ―dader juga‖. Dalam pengertian umum, turut melakukan tindak pidana berarti merupakan tindakan orang yang benar-benar ikut dalam suatu tindak pidana. KUHP tidak menjelaskan maksud dari turut melakukan ini. Prof Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia mengatakan bahwa untuk mementukan seseorang turut melakukan tindak pidana adalah dengan melihat wujud kesengajaan si pelaku, atau kepentingantujuan si pelaku. 113 Antara ―turut melakukan‖ dengan kata ―bersama-sama‖ pada hakikanya tidak ada perbedaan. Namun pada umumnya, dalam pengertian sehari-hari cenderung digunakan istilah ―bersama-sama‖. Prof.Satochid Kartanegara berpendapat bahwa untuk adana mededader harus dipenuhi 2 syarat, yakni: 114 a. Harus ada kerja sama secara fisik; b. Harus ada kesadaran kerja sama. 112 Leden Marpaung, Op.Cit, Hal. 79 113 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986, Hal. 108-112 114 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, Balai Lektur Mahasiswa, Hal. 568 Universitas Sumatera Utara Menurut Loebby Loqman terdapat dua syarat agar dapat dikatakan telah terjadi suatu medeplegen yaitu : 115 a. Harus ada kesadaran kerjasama dari setiap peserta. Artinya mereka sadar bahwa meraka bersama-sama akan melakukan tindak pidana. dalam membentuk kesadaran kerjasama itu tidak harus jauh sebelum dilakukannya tindak pidana, jadi tidak perlu ada sebelumnya suatu perundingan untuk merencanakan suatu tindak pidana. kesadaran kerja sama diantara para peserta dapat terjadi pada saat terjadinya peristiwa. b. Kerjasama dalam melakukan tindak pidana harus secara fisik. Artinya bahwa semua peserta dalam ikut serta harus bersama-sama secara fisik melakukan tindak pidana itu, namun tidak perlu semua peserta memenuhi secara persis seperti apa yang termuat sebagai unsur tindak pidana Selanjutnya Prof. Satochid Kartanegara juga mengutarakan: 116 ―Mengenai syarat kesadaran kerja sama itu dapat diterangkan bahwa kesadaran itu perlu timbul sebagai akibat permufakatan yang diadakan oleh para peserta. Akan tetapi, sudah cukup dan dapat terdapat kesadaran kerja sama apabila para peserta pada saat mereka melakukan kejahatan itu sadar bahwa mereka bekerja sama. ‖ P.A.F Lamintang memberikan penjelasan perbedaan antara ikut serta medeplegen dengan membantu melakukan medeplichtige bahwa medeplegen 115 Mohammad Ekaputra dan Abul Khair, Op.Cit, Hal. 55 116 Satochid Kartanegara, Op.Cit., Universitas Sumatera Utara secara langsung telah ikut mengambil bagian di dalam pelaksanaan suatu tindak pidana yang telah diancam dengan suatu hukuman oleh undang-undang, atau telah secara langsung turut melakukan suatu perbuatan atau turut melakukan perbuatan- perbuatan untuk menyelesaikan tindak pidana yang bersangkutan, sedangkan medeplichtige hanyalah memberikan bantuan untuk melakukan perbuatan. 117 Berikut ini adalah beberapa Yurisprudensi untuk memahami mededader, antara lain: a. Hoge Raad tanggal 9 Juni 1925, N.J. 1925 No. W.11435, berpendapat antara lain: ―Untuk adanya suatu medeplegen, disyaratkan bahwa setiap pelaku itu mempunyai maksud yang diperlukan serta pengetahuan yang diisyaratkan. Untuk dapat menyatakan bersalah turut melakukan itu, haruslah diselidiki dan dibuktikan bahwa pengetahuan dan maksud tersebut memang terdapat pada tiap peserta.” 118 b. Hoge Raad tanggal 29 Oktober 1934, N.J. 1934 No. W.12851, berpendapat antara lain: “Apabila kedua peserta itu secara langsung telah bekerja sama untuk melaksanakan rencana mereka dan kerja sama itu sedemikian lengkap dan sempurnanya sehingga tidak penting siapa diantara mereka yang kemudian telah menyelesaikan kejahatan mereka.” 119 117 P.A.F Lamintang, Op.Cit., Hal. 626 118 Leden Marpaung, Op.Cit., Hal. 82 119 Ibid. Universitas Sumatera Utara c. Hoge Raad tanggal 24 Juni 1935, N.J. 1935 No.12873, berpendapat antara lain: “Didalam tindak pidana yang telah dilakukan oleh beberapa orang pelaku, masing-masing bertanggungjawab atas perbuatan yang telah dilakukan oleh kawan pesertanya.” 120 d. Mahkamah Agung RI berdasarkan Putusan tanggal 26 Juni 1971 No. 15KKr1970 berpendapat antara lain: “Perbuatan beberapa terdakwa mengancam dengan pistol tidak memenuhi semua unsur Pasal 339 KUHP. Terdakwa-I lah yang memukul korban dengan sepotong besi yang mengakibatkan meninggalnya si korban. Oleh karena itu, untuk terdakwa ke-II, kualifikasi yang tepat adalah turut melakukan tindak pidana medeplegen, sedangkan pembuat riilnya adalah terdakwa I.” 121

4. Orang yang sengaja membujuk melakukan uitlokker

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum Di Dalam Kuhp (Studi Putusan Ma No. 1914/K/Pid/2012)

2 116 124

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah (Studi Putusan Hakim No. 945/PID.B/2010/PN.TK)

0 4 71

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum Di Dalam Kuhp (Studi Putusan Ma No. 1914/K/Pid/2012)

0 0 9