61
BAB III PELAKU TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM PIDANA DI
INDONESIA
A. SUBJEK HUKUM PIDANA SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DI HUKUM PIDANA
Subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum berhak atau berwenang untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap
untuk bertindak secara hukum.
90
Didalam hukum pidana sendiri, seiring dengan terjadinya perubahan sosial di berbagai bidang kehidupan manusia, subjek hukum
pidana tidak hanya terbatas pada manusia atau orang naturlijke persoon tetapi juga mencakup kepada korporasi atau badan hukum recht persoon. Hal ini juga
terdapat didalam Konsep KUHP Baru, dimana subjek hukum pidana tidak lagi hanya terbatas pada orang atau manusia saja, tetapi juga korporasi, sesuai dengan
Pasal 47 Konsep KUHP Baru yang menyebutkan korporasi merupakan subjek hukum pidana.
1. Orang Naturlijke Persoon
Menurut KUHP yang dapat menjadi subjek hukum pidana adalah naturlijke persoon atau manusia. Hal ini dapat dilihat dalam tiap-tiap pasal KUHP, Buku II
dan Buku III.
91
Manusia yang dianggap sebagai subjek hukum pidana., hal ini dapat tersimpulkan dari:
92
90
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, Hal. 227
91
Mohammad Ekaputra, Op.Cit.., Hal. 22
92
Ibid., Hal. 23
Universitas Sumatera Utara
1. Perumusan delik yang selalu menentukan subjeknya dengan barang
siapa, warga negara Indonesia, nahkoda, pegawai negeri dan sebagainya. Penggunaan istilah-istilah tersebut selain daripada
yang ditentukan dalam rumusan delik yang bersangkutan, dapat ditemukan dasarnya pada Pasal 2-9 KUHP. Untuk istilah
barangsiapa, dalam Pasal 2, 3 dan 4 KUHP digunakan istilah een ieder
dengan terjemahan ―setiap orang‖;
2. Ketentuan
mengenai pertanggungjawaban
pidana yang
mensyaratkan ―kejiwaan‖ dari petindakpelaku;
3. Ketentuan mengenai pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHP,
terutama mengenai pidana denda. Hanya manusia yang mengerti
nilai uang.
Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia mengatakan bahwa dalam pandangan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana KUHP, yang dapat menjadi subjek tindak pidana adalah seorang manusia sebagai oknum. Ini terlihat pada perumusan-perumusan dari tindak
pidana dalam KUHP yang menampakkan daya berpikir sebagai syarat bagi subjek tindak pidana itu, juga terlihat pada wujud hukumanpidana yang termuat dalam
pasal-pasal KUHP, yaitu hukuman penjara, kurungan, dan denda.
93
Menurut H.B. Vos, subjek tindak pidana dalam KUHP adalah manusia, setidak-tidaknya karena 3 alasan, yaitu:
94
93
http:www.hukumonline.comklinikdetaillt52bdff2508616subjek-hukum-dalam- hukum-perdata-dan-hukum-pidana diakses tanggal 18 Maret 2016
94
Bambang Poernomo, Op.Cit., Hal. 93
Universitas Sumatera Utara
1. Rumusan dari KUHP sendiri, yang dimulai dengan kata ―barangsiapa‖
yang dalam Bahasa Belanda ―hij die‖, yang artinya tidak lain adalah manusia.
2. Jenis-jenis pidana pokok hanya dapat dijalani oleh manusia, misalnya
pidana penjara. 3. Di dalam hukum pidana berlaku asas kesalahan schuld bagi seorang
manusia pribadi.
2.Korporasi recht persoon
Secara epimologis, kata korporasi berasal dari beberapa bahasa yaitu corporatie yang berasal dari Bahasa Belanda, corporation yang berasal dari
Bahasa Inggris, dan corporatio yang berasal dari bahasa Latin. Istilah corporatio sendiri terdiri merupakan kata benda substantivum yang berasal dari kata kerja
―corporare‖ yang berarti memberikan badan atau membadankan dan ―tio”, sehingga ―corporatio‖ berarti hasil dari pekerjaan membadankan, dengan kata lain
badan yang dijadikan orang.
95
Korporasi merupakan kumpulan teroganisasi dari orang danatau kekayaan, baik yang merupakan badan hukum legal persoon
maupun bukan badan hukum.
96
Pengertian korporasi juga diatur didalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu: ―Korporasi
95
Mohammad Ekaputra, Op.Cit., Hal. 25
96
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
adalah sekumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan huku
m maupun bukan badan hukum‖.
97
Satjipto Rahardjo mengungkapkan bahwa korporasi adalah suatu badan hasil ciptaan hukum. Badan yang diciptakannya itu terdiri dari corpus, yaitu
struktur fisiknya dan kedalamnya hukum memasukkan unsur animus yang membuat badan itu mempunyai kepribadian. Oleh karena badan hukum itu
merupakan ciptaan hukum maka kecuali penciptaannya, kematiannya pun juga ditentukan oleh hukum.
Menurut Utrecht, korporasi adalah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai suatu subjek hukum tersendiri
satu personasifikasi. Korporasi adalah badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai hak dan kewajiban sendiri terpisah dari hak kewajiban anggota
masing-masing
98
. Di dalam ―Black‘s Law Dictionary‖ korporasi didefinisikan sebagai
berikut: ―an artificial or legal created by or under the authority of the laws of a state or nation, composed, in some rare instances, of a single person an his
successors, being incumbents of a particular office, but ordinarily consisting of an association of numerous individuals‖, suatu yang disahkantiruan yang diciptakan
oleh atau dibawah wewenang hukum suatu negara atau bangsa, yang terdiri, dalam hal beberapa kejadian, tentang orang tunggal adalah seorang pengganti,
97
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
98
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana,
Sekolah Tinggi Hukum Bandung, Bandung, 1991, Hal. 12
Universitas Sumatera Utara
menjadi pejabat kantor tertentu, tetapi biasanya terdiri dari suatu asosiasi banyak individu.
99
Pengertian korporasi juga dapat dilihat dari segi subjek hukum, yakni apakah yang dimaksud dengan subjek hukum itu. Pengertian subjek hukum pada
pokoknya merupakan manusia dan segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat yang oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan
kewajiban atau yang lazim disebut sebagai badan hukum
100
. Apabila korporasi disejajarkan posisinya dengan manusia sebagai subjek
hukum, maka dalam memberikan pengertian bahwa korporasi juga dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti misalnya dalam hal transaksi
bisnis. Akan tetapi, ada beberapa perbuatan hukum yang tidak dapat dilakukan oleh korporasi dan hanya dapat dilakukan oleh manusia, yakni melakukan
perkawinan, pewarisan, dan lain sebagainya. Ketentuan mengenai korporasi sebagai subjek hukum dapat dilihat dari
ketentuan-ketentuan diluar KUHP. Korporasi didalam hukum pidana memiliki perumusan yang lebih luas daripada koporasi didalam Hukum Perdata, dimana
korporasi hanya terbatas kepada badan hukum saja, sedangkan didalam Hukum Pidana, koporasi bisa berbentuk sebagai badan hukum atau bukan badan hukum.
B. PELAKU TINDAK
PIDANA DALAM
TINDAK PIDANA
PERPAJAKAN B.1 Pelaku Tindak Pidana Pada Umumnya
99
Mahrus Ali, Asas-Asas Hukum Pidana Korporasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, Hal. 2
100
Ibid., Hal. 5
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, yang menjadi unsur pertama dalam suatu tindak pidana adalah adanya suatu perbuatan manusia, sehingga dapat dikatakan yang dapat
melakukan suatu tindak pidana adalah manusia itu sendiri. Hal itu terlihat dari sebagaian besar kaidah-kaidah hukum pidana didalam KUHP dimulai dengan kata
―barang siapa‖ sebagai terjemahan dari kata dalam Bahasa Belanda hij.
101
Namun seiring dengan perkembangannya, mengingat terjadinya perubahan sosial di berbagai bidang kehidupan manusia, maka subjek hukum pidana tidak
lagi dapat dibatasi hanya pada manusia alamiah natuurlijke persoon tetapi mencakup pula badan hukum recht persoon.
Pelaku tindak pidana memiliki arti orangbadan hukum subjek hukum yang melakukan tindak pidana atau melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang
oleh undang-undang pidana. Berdasarkan Pasal 55 KUHP
102
yang menjadi pelaku didalam suatu tindak pidana adalah:
1. Orang yang melakukan tindak pidana plegendader