Orang Naturlijke Persoon Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Nomor 1863/Pid.B/2015/Pn.Sby)

61 BAB III PELAKU TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. SUBJEK HUKUM PIDANA SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DI HUKUM PIDANA Subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum berhak atau berwenang untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak secara hukum. 90 Didalam hukum pidana sendiri, seiring dengan terjadinya perubahan sosial di berbagai bidang kehidupan manusia, subjek hukum pidana tidak hanya terbatas pada manusia atau orang naturlijke persoon tetapi juga mencakup kepada korporasi atau badan hukum recht persoon. Hal ini juga terdapat didalam Konsep KUHP Baru, dimana subjek hukum pidana tidak lagi hanya terbatas pada orang atau manusia saja, tetapi juga korporasi, sesuai dengan Pasal 47 Konsep KUHP Baru yang menyebutkan korporasi merupakan subjek hukum pidana.

1. Orang Naturlijke Persoon

Menurut KUHP yang dapat menjadi subjek hukum pidana adalah naturlijke persoon atau manusia. Hal ini dapat dilihat dalam tiap-tiap pasal KUHP, Buku II dan Buku III. 91 Manusia yang dianggap sebagai subjek hukum pidana., hal ini dapat tersimpulkan dari: 92 90 R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, Hal. 227 91 Mohammad Ekaputra, Op.Cit.., Hal. 22 92 Ibid., Hal. 23 Universitas Sumatera Utara 1. Perumusan delik yang selalu menentukan subjeknya dengan barang siapa, warga negara Indonesia, nahkoda, pegawai negeri dan sebagainya. Penggunaan istilah-istilah tersebut selain daripada yang ditentukan dalam rumusan delik yang bersangkutan, dapat ditemukan dasarnya pada Pasal 2-9 KUHP. Untuk istilah barangsiapa, dalam Pasal 2, 3 dan 4 KUHP digunakan istilah een ieder dengan terjemahan ―setiap orang‖; 2. Ketentuan mengenai pertanggungjawaban pidana yang mensyaratkan ―kejiwaan‖ dari petindakpelaku; 3. Ketentuan mengenai pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHP, terutama mengenai pidana denda. Hanya manusia yang mengerti nilai uang. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia mengatakan bahwa dalam pandangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, yang dapat menjadi subjek tindak pidana adalah seorang manusia sebagai oknum. Ini terlihat pada perumusan-perumusan dari tindak pidana dalam KUHP yang menampakkan daya berpikir sebagai syarat bagi subjek tindak pidana itu, juga terlihat pada wujud hukumanpidana yang termuat dalam pasal-pasal KUHP, yaitu hukuman penjara, kurungan, dan denda. 93 Menurut H.B. Vos, subjek tindak pidana dalam KUHP adalah manusia, setidak-tidaknya karena 3 alasan, yaitu: 94 93 http:www.hukumonline.comklinikdetaillt52bdff2508616subjek-hukum-dalam- hukum-perdata-dan-hukum-pidana diakses tanggal 18 Maret 2016 94 Bambang Poernomo, Op.Cit., Hal. 93 Universitas Sumatera Utara 1. Rumusan dari KUHP sendiri, yang dimulai dengan kata ―barangsiapa‖ yang dalam Bahasa Belanda ―hij die‖, yang artinya tidak lain adalah manusia. 2. Jenis-jenis pidana pokok hanya dapat dijalani oleh manusia, misalnya pidana penjara. 3. Di dalam hukum pidana berlaku asas kesalahan schuld bagi seorang manusia pribadi. 2.Korporasi recht persoon Secara epimologis, kata korporasi berasal dari beberapa bahasa yaitu corporatie yang berasal dari Bahasa Belanda, corporation yang berasal dari Bahasa Inggris, dan corporatio yang berasal dari bahasa Latin. Istilah corporatio sendiri terdiri merupakan kata benda substantivum yang berasal dari kata kerja ―corporare‖ yang berarti memberikan badan atau membadankan dan ―tio”, sehingga ―corporatio‖ berarti hasil dari pekerjaan membadankan, dengan kata lain badan yang dijadikan orang. 95 Korporasi merupakan kumpulan teroganisasi dari orang danatau kekayaan, baik yang merupakan badan hukum legal persoon maupun bukan badan hukum. 96 Pengertian korporasi juga diatur didalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu: ―Korporasi 95 Mohammad Ekaputra, Op.Cit., Hal. 25 96 Ibid. Universitas Sumatera Utara adalah sekumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan huku m maupun bukan badan hukum‖. 97 Satjipto Rahardjo mengungkapkan bahwa korporasi adalah suatu badan hasil ciptaan hukum. Badan yang diciptakannya itu terdiri dari corpus, yaitu struktur fisiknya dan kedalamnya hukum memasukkan unsur animus yang membuat badan itu mempunyai kepribadian. Oleh karena badan hukum itu merupakan ciptaan hukum maka kecuali penciptaannya, kematiannya pun juga ditentukan oleh hukum. Menurut Utrecht, korporasi adalah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai suatu subjek hukum tersendiri satu personasifikasi. Korporasi adalah badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai hak dan kewajiban sendiri terpisah dari hak kewajiban anggota masing-masing 98 . Di dalam ―Black‘s Law Dictionary‖ korporasi didefinisikan sebagai berikut: ―an artificial or legal created by or under the authority of the laws of a state or nation, composed, in some rare instances, of a single person an his successors, being incumbents of a particular office, but ordinarily consisting of an association of numerous individuals‖, suatu yang disahkantiruan yang diciptakan oleh atau dibawah wewenang hukum suatu negara atau bangsa, yang terdiri, dalam hal beberapa kejadian, tentang orang tunggal adalah seorang pengganti, 97 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 98 Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana, Sekolah Tinggi Hukum Bandung, Bandung, 1991, Hal. 12 Universitas Sumatera Utara menjadi pejabat kantor tertentu, tetapi biasanya terdiri dari suatu asosiasi banyak individu. 99 Pengertian korporasi juga dapat dilihat dari segi subjek hukum, yakni apakah yang dimaksud dengan subjek hukum itu. Pengertian subjek hukum pada pokoknya merupakan manusia dan segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat yang oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban atau yang lazim disebut sebagai badan hukum 100 . Apabila korporasi disejajarkan posisinya dengan manusia sebagai subjek hukum, maka dalam memberikan pengertian bahwa korporasi juga dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti misalnya dalam hal transaksi bisnis. Akan tetapi, ada beberapa perbuatan hukum yang tidak dapat dilakukan oleh korporasi dan hanya dapat dilakukan oleh manusia, yakni melakukan perkawinan, pewarisan, dan lain sebagainya. Ketentuan mengenai korporasi sebagai subjek hukum dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan diluar KUHP. Korporasi didalam hukum pidana memiliki perumusan yang lebih luas daripada koporasi didalam Hukum Perdata, dimana korporasi hanya terbatas kepada badan hukum saja, sedangkan didalam Hukum Pidana, koporasi bisa berbentuk sebagai badan hukum atau bukan badan hukum. B. PELAKU TINDAK PIDANA DALAM TINDAK PIDANA PERPAJAKAN B.1 Pelaku Tindak Pidana Pada Umumnya 99 Mahrus Ali, Asas-Asas Hukum Pidana Korporasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, Hal. 2 100 Ibid., Hal. 5 Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya, yang menjadi unsur pertama dalam suatu tindak pidana adalah adanya suatu perbuatan manusia, sehingga dapat dikatakan yang dapat melakukan suatu tindak pidana adalah manusia itu sendiri. Hal itu terlihat dari sebagaian besar kaidah-kaidah hukum pidana didalam KUHP dimulai dengan kata ―barang siapa‖ sebagai terjemahan dari kata dalam Bahasa Belanda hij. 101 Namun seiring dengan perkembangannya, mengingat terjadinya perubahan sosial di berbagai bidang kehidupan manusia, maka subjek hukum pidana tidak lagi dapat dibatasi hanya pada manusia alamiah natuurlijke persoon tetapi mencakup pula badan hukum recht persoon. Pelaku tindak pidana memiliki arti orangbadan hukum subjek hukum yang melakukan tindak pidana atau melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang pidana. Berdasarkan Pasal 55 KUHP 102 yang menjadi pelaku didalam suatu tindak pidana adalah:

1. Orang yang melakukan tindak pidana plegendader

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum Di Dalam Kuhp (Studi Putusan Ma No. 1914/K/Pid/2012)

2 116 124

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah (Studi Putusan Hakim No. 945/PID.B/2010/PN.TK)

0 4 71

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum Di Dalam Kuhp (Studi Putusan Ma No. 1914/K/Pid/2012)

0 0 9