Kehamilan F
P F
P F
P F
P Trimester 1
Trimester 2 Trimester 3
12 29
22 85,7
70,7 66,7
2 5
8 14,3
12,2 24,2
- 7
3 -
17,1 9,1
14 41
33 100
100 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada responden mayoritas trimester 2 sebanyak 70,7 berpengetahuan baik, 12,2 berpengetahuan cukup dan
17,1 berpengetahuan kurang. Sedangkan pada responden minoritas trimester 1
sebanyak 85,7 berpengetahuan baik dan 14,3 berpengetahuan cukup.
Tabel 5.2.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Menurut Informasi
Informasi Baik
Cukup Kurang
Total F
P F
P F
P F
P Pernah
Tidak pernah 24
33 96
61,9 1
14 4
22,2 -
10 -
15,9 25
63 100
100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada mayoritas responden tidak
pernah mendapat informasi tentang asupan zat gizi mikro selama kehamilan sebanyak 61,9 berpengetahuan baik, 22,2 berpengetahuan
cukup dan 15,9 berpengetahuan kurang. Sedangkan pada responden yang pernah mendapat informasi sebanyak 96 berpengetahuan baik dan
4 berpengetahuan cukup.
5.3 Pembahasan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan yaitu
kemampuan individu untuk menghafal, mengingat, mendefinisikan atau
Universitas Sumatera Utara
mengidentifikasi informasi tertentu. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil tentang asupan zat gizi mikro selama kehamilan di wilayah
kerja Pusksesmas Helvetia Medan secara keseluruhan yaitu memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 63 orang responden 71,6, responden yang berpengetahuan
cukup sebanyak 15 orang 17 dan berpengetahuan kurang sebanyak 10 orang 11,4. Faktor
– faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang tersebut adalah umur, riwayat obstetri, pendidikan, pekerjaan, usia kehamilan dan sumber
informasi. Pada pertanyaan definisi zat gizi mikro, sebanyak 25 orang menjawab benar,
sedangkan 32 orang responden menjawab salah dan 31 orang responden menjawab tidak tahu. Menurut Path 2004 zat gizi mikro adalah zat gizi yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Dari hasil jawaban responden, peneliti berasumsi bahwa pada umumnya responden tidak mengetahui apa itu zat gizi
mikro. Pada pertanyaan jenis, sebanyak 34 orang responden menjawab benar,
sedangkan 40 orang responden menjawab salah dan 14 orang responden menjawab tidak tahu. Menurut Path 2004, jenis zat gizi mikro adalah vitamin
dan mineral. Dari hasil jawaban responden, peneliti berasumsi bahwa pada umumnya responden tidak mengetahui yang dimaksud dengan jenis zat gizi
mikro. Pada pertanyaan jumlah, mayoritas responden menjawab benar pada
pertanyaan jumlah sayuran yang dianjurkan dikonsumsi per hari. Menurut Grodner, Anderson dan Deyoung 2000 jumlah sayuran yang dianjurkan
Universitas Sumatera Utara
dikonsumsi per hari adalah 1 – 2 mangkok per hari. Dari hasil jawaban responden
peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden mengetahui berapa jumlah sayuran yang dianjurkan dikonsumsi per hari. Mayoritas responden menjawab
salah pada pertanyaan jumlah tablet besi yang harus dikonsumsi ibu selama hamil. Menurut Susiloningtyas 2004 jumlah tablet besi yang harus dikonsumsi ibu
selama hamil adalah 90 buah tablet besi. Dari hasil jawaban responden, peneliti berasumsi tidak mengetahui berapa jumlah tablet besi yang harus dikonsumsi ibu
selama hamil. Pada pertanyaan sumber, mayoritas responden menjawab benar pada
pertanyaan sumber makanan yang mengandung asam folat yaitu sebanyak 71 orang. Menurut Dinkes DKI 2011, sumber makanan yang mengandung asam
folat adalah susu, buah segar dan sayuran berwarna hijau tua. Dari hasil jawaban responden, peneliti berasumsi sebagian besar responden mengetahui sumber
makanan yang mengandung asam folat. Mayoritas responden menjawab salah pada pertanyaan sumber makanan yang mengandung vitamin E. menurut
Almatsier 2004, sumber makanan yang mengandung vitamin E adalah minyak, tumbuh-tumbuhan, kecambah, gandum, dan biji-bijian. Dari hasil jawaban
responden, peneliti berasumsi sebagian besar responden tidak mengetahui bahwa kecambah adalah sumber makanan yang mengandung vitamin E.
Pada pertanyaan fungsi, mayoritas responden menjawab benar pada pertanyaan fungsi wortel. Menurut FKM UI 2008, fungsi vitamin A dalam masa
kehamilan adalah untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Dari hasil jawaban responden, peneliti berasumsi responden mengetahui bahwa wortel dapat
Universitas Sumatera Utara
membantu fungsi pertumbuhan dan perkembangan janin karena adanya kandungan vitamin A didalamnya. Mayoritas responden menjawab salah pada
pertanyaan vitamin yang dapat membantu penyerapan kalsium. Menurut Musbikin 2008 vitamin D berperan sangat penting dalam metabolisme kalsium
dan fosfor tubuh. Dari hasil jawaba responden, peneliti berasumsi sebagian besar responden menjawab dengan salah bahwa vitamin D dapat membantu penyerapan
kalsium dalam tubuh, jika kulit mendapat sinar matahari. Mayoritas responden menjawab tidak tahu pada pertanyaan fungsi vitamin K dalam kehamilan.
Menurut Aritonang 2010, vitamin K berfungsi dalam sintesis protrombin dan faktor pembekuan darah. Dari hasil jawaban responden, peneliti berasumsi bahwa
sebagian besar responden tidak tahu tentang pentingnya vitamin K sebagai faktor pembekuan darah.
Pada pertanyaan akibat kekurangan, mayoritas responden menjawb benar pada akibat kekurangan kalsium. Menurut Aritonang 2010, kekurangan kalsium
saat kehamilan dapat menyebabkan ostopenia, penurunan densitas tulang pada ibu. Dari hasil jawaban responden, peneliti berasumsi bahwa sebagian besar
responden sudah mengetahui bahwa pentingnya kalsium dalam masa kehamilan. Mayoritas responden menjawab salah pada pertanyaan akibat kekurangan asam
folat. Menurut Dinkes DKI 2011, kekurangan asam folat berkaitan dengan berat badan lahir rendah, ablasio plasenta, cacat lahir akibat tidak sempurnanya
pertumbuhan dan perkembangan sistem tabung saraf pada masa janin. Mayoritas responden menjawab tidak tahu pada pertanyaan akibat kekurangan zat zink dan
yodiu. Menurut Aritonang 2010, dampak kekurangan kadar zink pada kehamilan
Universitas Sumatera Utara
dan kelahiran adalah hipertensi, proses kelahiran lama dan sulit, perdarahan hebat saat melahirkan sedangkan kekurangan yodium pada ibu selama hamil merupakan
penyebab dari lahir mati, aborsi, cacat congenital, kretin endemik, defisiensi mental, tuli dan dan lemah syaraf. Dari hasil jawaban responden, peneliti
berasumsi bahwa sebagian besar responden jarang mendengar tentang zat zink dan yodium sehinggan tidak mengetahui akibat kekurangan zat zink dan yodium
selama hamil. Pada pertyanyaan teknik penyimpanan, pengolahan dan penyajian, mayoritas
responden menjawab benar pada pertanyaan cara pengkonsumsian makanan yang mengandung zat besi. Menurut Aritonang 2010, dalam meningkatkan absorbso
besi selama hamil dapat mengkonsumsi makanan seperti daging, sayur, dan buah yang kaya akan vitamin C, sedangkan penghambat absorbsi besi seperti teh dan
kopi. Dari hasil jawaban responden, peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden mengtahui cara pengkonsumsian makanan yang mengandung zat besi
dengan cara benar yaitu mengkonsumsi dngan air putih, bukan dengan teh. Mayoritas responden menjawab salah pada pertanyaaan cara penyimpanan pisang
agar kandungan vitamin B di dalamnya tidak rusak. Menurut Saptoningsih 2013, cara penyimpanan pisang yang benar adalah disimpan di lemari pendingin.
Mayoritas responden menjawab tidak tahu pada pertanyaan cara menyimpan sayur agar kandungan asam folat tidak rusak dan cara pengolahan yang dapat
merusak vitamin B-Kompleks. Menurut Saptoningsih 2013, cara penyimpanan sayur agar kandungan asam folat agar tidak rusak dengan cara disimpan di lemari
pendingin dan tidak dicampur dengan buah dan sayuran lain. sedangkan menurut
Universitas Sumatera Utara
UPI 2012, cara pengolahan yang dapat merusak vitamin B-Kompleks adalah direbus dalam suhu yang tinggi.
Dalam penelitian ini mayoritas responden berada pada rentang umur 20-35 sebanyak 79,1 berpengetahuan baik sedangkan pada responden minoritas
dengan umur dibawah 20 tahun sebanyak 75 berpengetahuan kurang dan tidak ada yang berpengetahuan baik. Dapat disimpulkan responden yang berada di
rentang usia dewasa awal berpengetahuan lebih baik dibanding responden yang berada di rentang usia remaja. Ini dapat dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo
2003 yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melvitha
2012 bahwa semakin bertambah umur maka pengetahuan pun semakin bertambah. Peneliti berpendapat bahwa umur adalah suatu keadaan yang menjadi
dasar kematangan dan perkembangan seseorang, semakin bertambah umur pengalaman pun makin luas, dan jika pengalaman luas maka pengetahuan pun
akan semakin baik. Dari hasil penelitian pengetahuan diketahui pengetahuan responden
multigravida lebih baik dibanding dengan pengetahuan responden primigravida. Pada ibu multigravida sebanyak 79,7 berpengetahuan baik sedangkan pada ibu
primigravida sebanyak 50 berpengetahuan baik. . Ini dapat dikaitkan dengan pendapat Sukmadinata 2003 bahwa pengalaman seseorang tentang berbagai hal
dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya. Ini sejalan dengan penelitian Melvitha 2012 yang menyatakan bahwa jumlah
kehamilan juga berpengaruh pada pengetahuan tentang asupan zat gizi mikro
Universitas Sumatera Utara
selama kehamilan. Ibu yang lebih sering hamil mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam pengaturan makanan selama kehamilan, sehingga
pengetahuannya tentang hal itu juga akan semakin baik. Pengetahuan responden dengan lulusan Perguruan Tinggi sebanyak 97,4
berpengetahuan yang baik dan tidak ada yang berpengetahuan kurang, sedangkan responden dengan lulusan SD sebanyak 100 berpengetahuan kurang. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sukmadinata 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan juga mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka
makin mudah seseorang tersebut untuk menerima informasi, sehingga seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung akan mendapatkan informasi yang baik dari
yang kurang berpendidikan. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ganda Singgalingging 2009 bahwa dalam pendidikan itu terjadi sebuah proses
pertumbuhan, perkembangan, perubahan ke arah yang lebih dewasa, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga ilmu pengetahuan
dimilikinya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan responden yang
bekerja lebih baik dari responden yang tidak bekerja. Ini dapat dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo 2003 yang menyatakan bahwa pekerjaan merupakan
faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan
dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain. Dari hasil penelitian, responden yang mendapat informasi sebanyak 96,6
berpengetahuan baik dan tidak ada yang berpengetahuan kurang, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
respoden yang
belum pernah
mendapat informasi
sebanyak 61,9
berpengetahuan baik dan 15,9 berpengetahuan kurang. Ini dapat dikaitkan dengan pendapat Sukmadinata 2003 yang menyatakan bahwa sumber informasi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang terpapar media akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan
dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi. Sesuai dengan penelitian informasi tentang asupan zat gizi mikro selama kehamilan ini bisa didapat dari
media massa, media elektronik dan petugas kesehatan. Sejalan dengan penelitian Martina Sitompul 2012 bahwa pengetahuan responden yang sudah pernah
mendapat informasi akan lebih baik dari pengetahuan responden yang belum pernah mendapat informasi.
5.3 Keterbatasan Penelitian