21
Likuiditas perusahaan, menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan
ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan.
Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas Neraca, Laporan rugi- laba, laporan perubahan modal Sartono, 2001:116.
Rasio likuiditas antara lain terdiri dari brigham dan housten, 2010:134: a.
Rasio Lancar : Aset lancar meliputi kas, efek yang dapat di perdagangkan, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas utang usaha,
wesel tagih jangka pendek, utang lancar jangka panjang, pajak dan gaji yang harus di bayar. Rasio lancar adalah membandingkan antara total aktiva
lancar dengan kewajiban lancar current assetscurrent liabilities. Current assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus
operasi usaha yang normal yang lebih besar. Current liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam satu tahun atau siklus operasi yang normal
dalam usaha. Tersedianya sumber kas untuk memenuji kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar.
b. Quick Ratio : Persediaan pada umumnya merupakan asset lancar perusahaan
yang paling tidak likuid sehingga persediaan asset, dimana kemngkinan besar akan terjadi kerugian jika terjadi likuidasi. Quick ratio adalah
membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Persediaan terdiri dari alat-alat kantor, bahan baku,
persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Tujuan manajemen persediaan dalam mengadakan persediaan yang dibutuhkan
untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. Suatu perusahaan yang mempunyai rasio cepat kurang dari 1:1 atau 100
dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.
2.1.5. Kepemilikan Institusional
Tarjo 2008 menerangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi,
bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
22
Kepemilikan institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga keberadaannya memiliki arti penting bagi pemonitoran
manajemen. Dengan adanya monitoring tersebut maka pemegang saham akan semakin terjamin kemakmurannya, pengaruh kepemilikan instutisional yang
berperan sebagai agen pengawas ditekan oleh investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal Permanasari, 2010.
Beberapa kelebihan dari struktur kepemilikan institusional disebutkan oleh Permanasari 2010 sebagai berikut :
1. Profesionalisme dalam analisis informasi yang berdampak pada keterandalan informasi,
2. Motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas perusahaan.
2.1.6 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah
kesempatan investasi yang tersedia, ketersediaan dan baya modal alternative, dan preferensi pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau
menerimanya di masa datang Sartono, 2001:282.
Universitas Sumatera Utara
23
Dalam bagian ini kita menelaah tiga teori dari preferensi investor: 1 teori ketidak relevanan dividen, 2 teori “bird-in-the-hand”, 3 teori preferensi pajak.
Brigham dan houston, 2001: 66. 1.
Teori Ketidakrelevanan Dividen Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller
dan Franco Modigliani MM, MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk
menghasilkan laba dan resiko bisnisnya 2. Teori the Bird- in- the- hand
Menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan
bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat resiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya
ditentukan oleh tingkat resio arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.
3. Teori Preferensi Pajak Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa
investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi: 1 bahwa keuntungan modal dikenakan pajak
dengan dengan tarif maksimum 28 persen, sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6 persen 2 Pajak atas
keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya efek nilai waktu, satu dolar pajak yang harus dibayarkan di masa mendatang
Universitas Sumatera Utara
24
mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini 3 Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang
sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang-ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai
saham pada hari kematian sebagian dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.
Kebijakan dividen penting karena dua alasan, yaitu: 1. pembayaran dividen akan mempengaruhi hargasaham.
2. pendapatan yang ditahan retained earning biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan
perusahaan. Kebijakan dividen yang dipilih oleh perusahaan sudah tentu harus
melewati pertimbangan yang matang agar tidak timbul masalah bagi perusahaan dikemudian hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan antara lain:
1. Posisi Solvabilitas Perusahaan
Apabila perusahaan dalam keadaan insolvensi atau solvabilitinya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini
disebabkan karena laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya.
2. Posisi Likuiditas Perusahaan Dividen kas merupakan arus kas keluar bagi perusahaan. Karena itu bila
Universitas Sumatera Utara
25
perusahaan membayarkan dividen berarti harus menyediakan uang kas yang cukup banyak dan hal ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan.
Perusahaan dengan likuiditas kurang baik cenderung membagikan dividen yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang likuiditas lebih baik.
3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang Semakin banyak hutang yang harus dibayar, maka semakin besar dana
yang harus disediakan. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang
tersebut bisa dengan cara mencari hutang baru ataupun dengan sumber dana internal dengan cara memperbesar laba ditahan.
4. Rencana Perluasan Semakin pesat perluasan yang dilakukan, maka semakin besar dana yang
dibutuhkan. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri, ataupun dari sumber dana internal dengan cara
memperbesar laba ditahan yang akhirnya akan memperkecil Dividend Payout Ratio DPR.
5. Kesempatan Investasi Semakin terbuka kesempatan investasi, maka semakin kecil dividen yang
dibayarkan sebab dananya akan digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi tersebut.
6. Stabilitas Pendapatan Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang
banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya
Universitas Sumatera Utara
26
tidak stabil harus menyediakan kas yang cukup tersedia untuk berjaga-jaga. Hal ini mengakibatkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil akan
memperkecil Dividend Payout Ratio-nya. 7. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Terkadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Oleh karena itu perusahaan cenderung mencari sumber dana dari modal
sendiri. Kemungkinan akan masuk investor baru tentunya akan mengurangi kendali pemilik lama atas perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang
risikonya cukup besar. Hal itulah yang menyebabkan perusahaan akan cenderung tidak membagi dividen.
2.2 Kerangka Konseptual