39
Universitas Sumatera Utara
Untuk kebutuhan ruang bagi kelompok penghuni dan pengunjung hotel resort dikelompokkan berdasarkan kelompok pengguna dan ruang-ruang tersebut dibagi
berdasarkan zona yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.2.5. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
Banyak hotel yang sudah berdiri di semua daerah pada era sekarang ini. Maka dari itu semakin banyak persaingan yang timbul sehingga pemerintah membuat
persayaratan untuk hotel-hotel tersebut agar layak disewakan untuk para wisatawan yang berlibur ke Indonesia terutama hotel-hotel yang letaknya di
kawasan pariwisata. Jenis hotel berdasarkan kelas atau bintangnya terbagi dua, yaitu, hotel non
bintang dan hotel berbintang. Tingkatan atau kelas hotel berbintang dibedakan atas tanda bintang . Semakin banyak jumlah bintang, maka persyaratan,
fasilitas, dan pelayanan yang dituntut semakin banyak dan baik. Persyaratan, fasilitas, dan pelayanan itu sendiri secara umum sudah tertera di dalam banyak
peraturan pemerintah. Pemerintah membuat persyaratan-persyaratan umum terhadap hotel yang
berbintang untuk membuat standarisasi yang layak dan standar minimum semua hotel berbintang agar serupa dengan hotel-hotel internasional yang ada di seluruh
dunia. Standarisasi tersebut bernama Standar Usaha Hotel. Semua Standar Usaha Hotel itu disusun ke dalam Lampiran I Peraturan Menteri Pariwisata Dan
Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor Pm. 53Hm.001Mpek 2013 Tentang Standar Usaha Hotel. Dalam peraturan tersebut kriteria Standar Usaha
Hotel terbagi atas dua yaitu kriteria mutlak dan tidak mutlak Standar Usaha Hotel lihat pada Lampiran 4.
Pada Lampiran 4 telah dipaparkan apa saja yang harus ada dalam hotel yang sudah berbintang. Persyaratan minimal hotel berbintang harus memiliki
pelayanan dan pengelolaan yag sangat baik dan terjamin yang harus dipenuhi sesuai dengan peraturan pemerintah tersebut. Jika tidak memenuhi persyaratan
pada Lampiran 4 maka hotel yang dikelola tidak masuk pada kategori berbintang
40
Universitas Sumatera Utara
melainkan hotel non bintang. Untuk ukuran, jumlah kamar dan jumlah minimal fasilitas yang disediakan hotel berbintang berdasarkan banyak bintangnya lebih
lengkap akan dijelaskan pada Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata, 1988 Tentang Kriteria Hotel Berbintang lihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Tabel Persyaratan Hotel Berbintang
NO. FASILITAS
BINTANG I
BINTANG II
BINTANG III
BINTANG IV
BINTANG V
1. Kamar Tidur
Min. 15 Min 20
Min. 30 Min. 50
Min.100 Suite
- Min. 1
Min. 2 Min. 3
Min. 4 Luas kamar
m
2
18-20 18-24
18-26 18-28
20-28 2.
Restaurant Perlu min.
1 Perlu min.
1 Perlu min. 1
Perlu min. 2
Perlu min. 2
Bar Coffee Shop
Wajib Wajib min.
1 Wajib min.
1 Wajib min.
1 Wajib min.
1
3. Function
Room -
Wajib min. 1
Dianjurkan pre-
function room
Wajib min. 1
Dianjurkan pre-function
room Wajib min.
1 Dianjurkan
pre- function
room Wajib min.
1 Dianjurkan
pre- function
room
4. Rekreasi dan
olahraga Dianjurkan
min. 1 jenis sarana lain
Dianjurkan kolam
renang Dianjurkan
+2 jenis sarana lain
Perlu kolam renang
Dianjurkan +2 jenis
sarana lain Wajib
kolam renang
Dianjurkan +2 jenis
sarana lain Wajib
kolam renang
Dianjurkan +2 jenis
sarana lain 5.
Ruang yang disewakan
Perlu min. 1
Perlu min. 1
Perlu min. 1 Perlu min.
3 Perlu min.
3 6.
Lounge -
- Wajib
Wajib Wajib
7. Taman
Perlu Perlu
Perlu Perlu
Wajib
Selanjutnya untuk kriteria tidak mutlak Standar Usaha Hotel lihat pada Lampiran 5 akan membahas tentang fasilitas-fasilitas minimal apa yang harus
dipenuhi berdasarkan banyak bintangnya. Semakin banyak bintang hotel maka semakin banyak dan semakin bagus fasilitas yang akan disediakan bagi para
penghuni dan pengunjung hotel tersebut. Fasilitas yang akan disediakan tidak boleh kurang dari persyaratan tersebut tetapi boleh dibuat lebih oleh pihak hotel
agar lebih menarik.
41
Universitas Sumatera Utara
2.3. Elaborasi Tema 2.3.1.
Pengertian
Istilah Arsitektur Organik diciptakan oleh arsitek besar, Frank Lloyd Wright. Frank Lloyd Wright menggunakan kata organik untuk menggambarkan
filosofi arsitektur yang merupakan lanjutan dari ajaran mentornya, Louis Sullivan, yang slogannya bentuk mengikuti fungsi. Wright mengubah frase ini menjadi
bentuk da n fungsi yang satu” yang membuat alam sebagai model utama.
Meskipun kata organik telah menjadi kata kunci untuk sesuatu yang terjadi secara alami, ketika terhubung ke arsitektur itu membuat makna baru. Arsitektur
organik bukanlah gaya imitasi, melainkan, reinterpretasi dari prinsip-prinsip alam untuk membangun bentuk yang lebih alami dari alam itu sendiri.
Arsitektur organik adalah sebuah filosofi arsitektur yang mengangkat keselarasan antara tempat tinggal manusia dan alam melalui desain yang
mendekatkan dengan harmonis antara lokasi bangunan, perabot, dan lingkungan menjadi bagian dari satu komposisi, dipersatukan dan saling berhubungan Freed,
2012. Bidang dan garis horizontal pada bangunan yang sejajar dengan permukaan
tanah memberikan kesan bangunan dekat atau serasi dengan tanah bumi dimana garis horizontal merupakan garis paling utama dalam arsitektur. Arsitektur
horisontal lebih memberi kesan keserasian harmoni dengan alam, menunjukkan kecintaan manusia dengan alam Sidharta dalam Frick, 1988.
Jadi kesimpulannya, arsitektur organik adalah arsitektur yang menyelaraskan massa bangunan maupun interior dengan alam yang menunjukkan kecintaan
manusia terhadap alam. 2.3.2.
Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Tema Sejenis Arsitektur Organik
Dalam merancang sebuah hotel resort dengan tema Arsitektur Organik perancang sangat membutuhkan referensi studi banding dari bangunan yang juga
42
Universitas Sumatera Utara
menggunakan tema Arsitektur Organik yang sudah dibangun untuk mendapatkan bentuk, prinsip, dan teori dari Arsitektur Organik tersebut. Studi banding tema
Arsitektur Organik yang digunakan perancang adalah The Falling Water dan One Ortakoy. Dengan dilakukannya studi banding tema Arsitektur Organik ini
diharapkan perancang dapat menghasilkan konsep, ide, dan desain baru yang menarik untuk merancang hotel resort di Sipiso-piso sehingga dapat menarik para
wisatawan untuk menginap di hotel resort tersebut. 2.3.2.1.The Falling Water
Gambar 2.21. Tampak Rumah The Falling Water dari Sungai Sumber: Google Picture
The Falling Water adalah rumah yang dirancang oleh arsitek yang bernama
Frank Lloyd Wright. Dalam bangunan ini Gambar 2.21 Wright menerapkan prinsip tradisional bangunan Jepang yang menghubungkan manusia dan alam.
Dan juga Wright mencoba meingterpretasikan alamlansekap ke dalam rumah, baik interior maupun eksterior. Ide arsitektur organiknya berakar dari bentuk
natural dimana ada kesederhanaan, keharmonisan, dan integrasi. Rancangan Frank Lloyd Wright ini telah membuktikan penggunaan arsitektur
organiknya yang penuh dengan keharmonisan. Dapat dilihat dari bentuk bangunannya yang mengikuti garis alam sekitarnya serta memberikan bentukan
alam yang indah misalnya bentukan konturnya.
43
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.22. Interior Rumah The Falling Water Sumber: Google Picture
Berbagai macam cara yang dapat digunakan untuk membuat bangunan menganut arsitektur organik. Misalnya pada interior gambar 2.22 , warna
gambar 2.22, fasad bangunan gambar 2.23, dan lansekap gambar 2.23. Untuk The Falling Water
ini, sang arsitek menggunakan semua aspek yang disentuh arsitektur organik.
Gambar 2.23. Detail Bangunan The Falling Water Sumber: Google Picture
44
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan studi banding The Falling Water, sebuah bangunan dapat dikatakan sudah menerapkan tema arsitektur organik jika bentuk bangunan
tersebut selaras dan menyatu dengan alam dan tidak merusak bentuk kontur yang ada melainkan bangunan tersebut didesain karena bentuk dari kontur tersebut.
Kemudian bangunan yang didesain dengan tema ini menggunakan material dan finishing
yang sederhana tetapi tetap mencerminkan keindahan dari bangunan tersebut.
2.3.2.2.One Ortakoy
Gambar 2.24. Zona Lahan Apartemen One Ortakoy Sumber: Google Picture
One Ortakoy merupakan bangunan mix-used yaitu berupa bangunan apartemen dan bangunan komersil Gambar 2.24. Lokasi site berada di samping
lokasi lereng bukit, proyek ini dianggap sebagai langkah besar menuju modernisasi di daerah tersebut yaitu Instanbul.
Gambar 2.25. Tampak Gedung Bangunan Mix-used One Ortakoy Sumber: Google Picture
45
Universitas Sumatera Utara
Letaknya yang berada pada lereng bukit yang sangat berhubungan dengan alam membuat arsitek berpikir untuk merancang bangunan dengan menerapkan
prinsip arsitektur organik Gambar 2.25. Bentuknya yang sederhana dan unik membuat bangunan ini menyatu dengan alam yang hijau. Banyak bukaan pada
bangunan tidak menghalangi interaksi antara ruang dalam dan ruang luar Gambar 2.26.
Gambar 2.26. Tampak Gedung dari Atas dan Detail Fasad Bangunan Sumber: Google Picture
Berdasarkan studi banding One Ortakoy, sebuah bangunan dapat dikatakan sudah menerapkan tema arsitektur organik jika bentuk bangunan tersebut
memiliki bentuk yang dinamis seperti melengkung. Kemudian bangunan yang didesain dengan tema ini menggunakan material dan finishing yang sederhana
tetapi tetap mencerminkan keindahan dari bangunan tersebut misalnya menggunakan batu alam dan warna yang netral.
2.3.3. Interpretasi Tema
Frank Lloyd Wright telah membangun ide arsitektur organiknya berdasarkan dari bentuk natural dan alam. Wujud dari pekerjaannya adalah kesederhanaan,
keharmonisan, keterpaduan dan integrasi. Wright menghubungkan arsitekturnya dengan tanaman organik tumbuhan dan hewan serta melihat hubungan dari tiap
bagian secara keseluruhan yang akan dijelaskan sebagai berikut: