D. Pembahasan ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

61 signifikansi kecil dari nilai yaitu .001 .05 dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 3.247 1.960 df = 198, .05. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan skor self-image antara remaja laki-laki dan remaja perempuan ditinjau dari aspek attitudional component. Tabel 20 Statistik Skor Self-Image Pada Remaja Laki-Laki dan Remaja Perempuan Ditinjau dari Aspek Attitudional Component Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Self- Image Laki-Laki 100 36.06 5.325 .533 Perempuan 100 33.48 5.896 .590 Berdasarkan tabel 20, maka dapat diketahui bahwa mean untuk remaja laki- laki adalah 36.06 SD= 5.325, mean untuk remaja perempuan adalah 33.48 SD=5.896. Remaja laki-laki dalam penelitian ini memiliki skor self-image yang lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan ditinjau dari aspek attitudional component.

IV. D. Pembahasan

Hasil utama penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan self- image penderita acne vulgaris remaja laki-laki dan perempuan. Analisa data pada penelitian ini menggunakan t-test 2-tailed, yang mengasumsikan bahwa ada Universitas Sumatera Utara 62 perbedaan skor self-image penderita acne vulgaris antara remaja laki-laki dan perempuan. Hipotesa nol pada penelitian ini ditolak dan hipotesa alternatif diterima t = 4.515, df = 198, p .05. Rata-rata skor self-image remaja laki-laki lebih tinggi daripada remaja perempuan M rml = 123.08; M rmp = 112.71. Hasil penelitian ini sesuai dengan asumsi sebelumnya, bahwa self-image antara remaja laki-laki dan remaja perempuan dengan acne vulgaris berbeda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dunn dkk 2011 di University of California, didapatkan bahwa remaja perempuan dengan acne vulgaris akan cenderung merasa malu ketika berada dalam situasi sosial dibandingkan remaja laki-laki. Hal ini disebabkan oleh kecemasan jika penampilannya diejek oleh orang lain dan merupakan manifestasi dari self-image negatif. Hadisubrata 1997 mengatakan bahwa, individu dengan self-image negatif akan mengembangkan watak-watak yang akan menghambatnya dalam pergaulan sosial, seperti rendah diri, membenci diri sendiri, serta pemalu. Individu dengan self-image negatif juga akan merasa cemas jika penampilannya dievaluasi negatif oleh orang lain. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa acne vulgaris akan mempengaruhi self-image remaja, dimana remaja dengan acne vulgaris cenderung memiliki self-image rendah. Remaja dengan self-image rendah akan memiliki masalah dengan interaksi sosialnya Uhlenhake dkk, 2010. Berbeda dengan remaja perempuan, remaja laki-laki dengan acne vulgaris tidak terlalu memperdulikan penilaian orang lain terhadap penampilannya dan adanya acne tidak mengurangi keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat dari Papalia Olds 2008 yang Universitas Sumatera Utara 63 menyatakan bahwa remaja perempuan akan memiliki perhatian yang besar terhadap penampilan fisiknya dibanding remaja laki-laki. Pada penelitian ini ditemukan bahwa remaja laki-laki memiliki self-image lebih tinggi dibanding remaja perempuan M lk, 123.08 M pr , 112.71. Hal ini menunjukkan bahwa remaja laki-laki dengan acne vulgaris memilili self-image yang lebih positif dibanding remaja perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Akyazi dkk 2011 menunjukkan bahwa remaja perempuan lebih banyak mengeluh tentang penampilan fisik, wajah, kulit, tubuh, rambut mereka dibandingkan remaja laki-laki. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa remaja perempuan lebih banyak menyebutkan ketidaksukaan mereka terhadap karakteristik fisiknya dibanding apa yang mereka suka dari fisiknya. Hal ini menunjukkan bahwa remaja perempuan memiliki perhatian yang sangat besar terhadap penampilan dibanding remaja laki-laki. Sejalan dengan hal tersebut, Ibrahim 2002 menyatakan bahwa remaja perempuan sangat memperhatikan penampilan fisiknya serta menghabiskan waktu yang lama dan usaha yang sungguh-sungguh untuk mempercantik dirinya dibandingkan remaja laki-laki. Silverman dalam Hurlock, 1980 menjelaskan bahwa, remaja perempuan sangat memperhatikan penampilan fisiknya dikarenakan keinginan mereka untuk menjadi sama dengan kelompok sebayanya. Selain keinginan untuk diterima dalam kelompok, perhatian yang sangat besar terhadap penampilan fisik bagi remaja putri juga disebabkan oleh kepuasan dari dalam diri mereka jika terlihat cantik dan menarik serta disebabkan oleh ketertarikan seksual terhadap lawan jenis. Remaja perempuan selalu ingin terlihat cantik dan menarik dihadapan lawan Universitas Sumatera Utara 64 jenis mereka. Sedangkan pada remaja laki-laki, pola ini tidak begitu terlihat Papalia Olds, 2008. Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pruthi dkk 2011 yang menyatakan bahwa remaja perempuan memberikan perhatian yang sangat besar terhadap penampilan disebabkan oleh ketertarikan seksual terhadap lawan jenis. Remaja perempuan mulai memikirkan untuk menjadi menarik dihadapan lawan jenisnya lebih awal dibanding remaja laki-laki. Oleh sebab itu, adanya acne akan merusak penampilan fisik mereka dan dianggap sebagai kecacatan. Acne vulgaris bagi remaja perempuan akan menyebabkan penampilan mereka menjadi tidak sempurna. Sehingga keinginan untuk tampil dihadapan orang lain menjadi berkurang karena takut penampilannya akan diejek oleh orang lain. Ibrahim 2002 menjelaskan bahwa remaja perempuan sangat mementingkan menjadi “cantik” dikarenakan harapan dari orang tua mereka. Memiliki putri yang cantik bagi orang tua dan keluarga adalah suatu penghargaan. Oleh sebab itu, remaja perempuan akan sangat mementingkan penampilan fisik mereka dibanding kepribadian. Remaja laki-laki akan mendapat penghargaan jika mereka memiliki kekuatan fisik yang mengagumkan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu pria juga menjadi peduli pada penampilannya. Kepedulian tersebut dilakukan dengan cara memakai parfum, facial, menggunakan pembersih wajah, serta pelembab. Berbagai macam produk perawatan wajah khusus pria pun telah banyak beredar di pasaran. Saat ini juga kita bisa melihat anak laki-laki mengunjungi klinik kecantikan untuk melakukan Universitas Sumatera Utara 65 perawatan wajah. Hal ini memang menunjukkan bahwa remaja laki-laki juga menjadi peduli dengan penampilannya seiring dengan berjalannya waktu. Munculnya pria metroseksual dipengaruhi oleh cepatnya arus informasi melalui media massa yang menampilkan pria dengan kulit putih bersih tanpa jerawat. Hal ini menunjukkan adanya peralihan gaya hidup tradisional ke arah modern yang biasa disebut sebagai masyarakat urban. Budaya urban sering ditemukan pada masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, salah satunya adalah kota Medan. Budaya urban sering dikaitkan dengan perilaku konsumtif masyarakatnya, gaya hidup glamour serta fasilitas serba modern. Dalam budaya urban, pria berpenampilan menarik merupakan hal yang sangat penting. Anggapan masyarakat dulu bahwa pria harus perkasa, jantan dan tidak terlalu memperdulikan penampilan bergeser ke arah pria metroseksual Kompasiana, 2011. Sebuah penelitian mengenai fenomena pria yang merawat kulitnya di klinik kecantikan dilakukan oleh Yuliani 2013. Penelitian dilakukan terhadap sejumlah pria di klinik kecantik di Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria memang mulai memperhatikan penampilannya. Tetapi tidak sebesar pada wanita. Jumlah pria yang merawat penampilannya masih minoritas bila dibandingkan wanita. Berdasarkan hasil tambahan dalam penelitian ini, didapatkan bahwa distribusi sampel berdasarkan kategorisasi skor self-image 59 orang masuk dalam kategori rendah dengan perbandingan 40 orang remaja perempuan dan 19 orang remaja laki-laki. Dari perbandingan tersebut kita dapat melihat bahwa yang Universitas Sumatera Utara 66 menjadi mayoritas dalam kategori rendah tersebut adalah remaja perempuan. Hal ini sesuai dengan penjelasan di awal bahwa remaja perempuan dengan acne vulgaris akan merasa lebih cemas dan malu serta masalah pada interaksi sosialnya yang merupakan manifestasi dari self-image yang negatif. Sementara itu, subjek yang masuk dalam kategori tinggi berjumlah 77 orang dengan perbandingan 55 orang remaja laki-laki dan 22 orang remaja perempuan. Hal ini tidak mengherankan karena yang menjadi mayoritas dalam kategorisasi ini adalah remaja laki-laki. Sesuai dengan pendapat tokoh-tokoh yang telah diuraikan diatas, bahwa remaja laki-laki tidak terlalu memperdulikan penilaian orang lain terhadap penampilannya Dunn dkk, 2011. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akyazi dkk 2011 dalam Dicle Medical Journal didapatkan bahwa remaja laki-laki akan mengunjungi klinik dokter untuk mencari pengobatan bila acne mereka masuk dalam tingkat keparahan berat. Hasil tambahan lain dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada aspek perceptual, conceptual, maupun attitudional, remaja laki-laki mendapat skor yang lebih tinggi dibanding remaja perempuan. Artinya, bagi remaja perempuan karakteristik fisik menarik dan penilaian orang lain terhadap penampilannya merupakan hal yang penting. Adanya acne akan dianggap mengganggu penampilan mereka menjadi tidak sempurna. Sehingga mereka cenderung menolak untuk berinteraksi sosial karena takut bila penampilannya diejek oleh orang lain dan ini menunjukkan self-image yang negatif Hadisubrata, 1997. Universitas Sumatera Utara 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN