mencapai 85 atau lebih. Fokus improvement ditujukan untuk meningkatkan performance peralatan produksi dan mengurangi reject di dalam proses.
Jonsson dan Lesshammar 1999 menyatakan bahwa kontribusi terbesar OEE adalah sederhana, namun tetap komprehensif, mengukur efisiensi internal
dan dapat bekerja sebagai indikator proses perbaikan berkelanjutan. Kemudian Ljungberg 1998 menambahkan bahwa OEE juga merupakan cara efektif
menganalisis efisiensi sebuah mesin tunggal atau sebuah sistem permesinan terintegrasi Tangen, 2004, p. 64. Bagaimanapun suatu perusahaan menginginkan
peralatan produksinya dapat beroperasi 100 tanpa ada downtime, pada kinerja 100 tanpa ada speed losses, dengan output 100 tanpa ada reject. Dalam
kenyataannya, hal ini sangat sulit tapi bukan tidak mungkin hal ini dapat dicapai. Menghitung OEE merupakan salah satu komitmen untuk mengurangi kerugian-
kerugian dalam peralatan produksi maupun proses melalui aktivitas TPM.
2.3.6. Analisis Produktivitas : Six Big Losses Enam Kerugian Besar
Rendahnya produktivitas mesinperalatan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan sering diakibatkan oleh penggunaan mesinperalatan yang tidak efektif
dan efisiensi terdapat dalam enem faktor yang disebut enam kerugian besar Six Big Losses. Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya
sumbersumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi merupakan karakteristik proses yang mengukur performansi aktual dari
sumber daya relatif terhadap standar yang ditetapkan. Sedangkan efektivitas mesin merupakan karakteristik dari proses yang mengukur derajat pencapaian output
mesin dalam suatu sistem produksi. Efektivitas diukur dari rasio output actual terhadap output yang direncanakan.
Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya mengacu pada kuantitas output semata akan dapat menyesatkan
Misleading, karena pengukuran ini tidak memperhatikan karakateristik utama dari proses yaitu : kapasitas, efisiensi dan efektivitas. Menggunakan
mesinperalatan seefisien mungkin artinya adalah memaksimalkan fungsi dari kinerja mesinperalatan produksi dengan tepat guna dan berdaya guna. Untuk
Universitas Sumatera Utara
dapat meningkatkan produktivitas dan mesinperalatan yang digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efisiensi mesinperalatan pada Six Big Losses.
Adapun enam kerugian besar Six Big Losses tersebut adalah sebagai berikut : 1.Kerugian Waktu Downtime
Downtime losess adalah kerugian waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin
equipment failures mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan proses produksi sebagaimana semestinya. Dalam perhitungan Overal equipment
effectiveness OEE, equipment failures dan waktu setup and adjustment dikategorikan sebagai kerugian waktu downtime downtime losses.
a. Kerusakan peralatan Equipment Failure
Equipment failure ataupun breakdown adalah kegagalan mesin melakukan proses produksi ataupun kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba serta yang tidak
diharapkan terjadi sehingga menyebabkan kerugian yang terlihat jelas, yaitu tidak menghasilkan output. Untuk mencari besarnya persentase efektivitas mesin yang
hilang akibat dari faktor breakdown loss dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
EF= b.
Persiapan peralatan Set-up and Adjustment Karena adanya pemeliharaan serta kerusakan-kerusakan yang pemeliharaan
serta kerusakan-kerusakan maupun trip Generator Diesel yang sehingga mesin harus diberhentikan dahulu. Saat mesin dioperasikan kembali, mesin akan
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap fungsi mesin tersebut dan proses tersebut disebut Setup and Adjustment mesin. Di dalam perhitungan setup and
Adjustment mempergunakan data waktu setup mesin yang dibagikan dengan waktu loading time dari Generator Diesel.
Untuk mengetahui besar persentase setup and Adjustment loss Generator Diesel oleh waktu setup Generator Diesel tersebut dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
SA=
2. Kehilangan Kecepatan Speed Losses Adapun speed loss terjadi oleh karena mesin tidak beropersi sesuai dengan
kecepatan maksimum yang telah ditentukan saat perancanagan mesin. Faktor- faktor yang mempengaruhi speed loss adalah Idling and Minor Stoppages dan
Reduce Speed. a.
Gangguan kecil dan waktu nganggur Idling and Minor Stoppages Idling and Stoppages terjadi jika Generator Diesel berhenti secara berulang- ulang atau
mesin tidak menghasilkan produk, kemungkinan besar Idling and Minor Stoppages yang terjadi pada Generator Diesel tidak sepenuhnya terekam. Saat
Idling and Minor Stoppages sering terjadi maka akan dapat mengurangi keefektivitas mesin.
Untuk dapat mengetahui besarnya faktor efektivitas yang hilang akibat dari terjadinya Idling and Minor Stoppages digunakan rumus sebagai berikut :
IMS=
b. Kecepatan rendah Reduced Speed Losses
Reduce Speed adalah selisih antar waktu kecepatan produksi aktual dengan kecepatan produksi mesin yang ideal. Untuk mengetahui besarnya persentase faktor
reduce speed yang hilang, maka digunakan rumus sebagai berikut : RS=
RS= Result Processed = Total Processed Amount – Product Used........................2.16
Universitas Sumatera Utara
3. Produk Cacat Defect Defect loss adalah keadaan mesin pada saat tidak menghasilkan produk yang
sesuai dengan spesifikasi dan standar kualitas produk yang telah ditetapkan dan scrap yaitu kerugian yang timbul selama proses produksi belum mencapai keadaan
produksi yang stabil pada saat proses produksi mulai dilakukan sampai terjadinya keadaan proses yang stabil. Faktor yang tergolongkan kedalam Defect Loss adalah
Rework Loss dan Yield Scrap Loss.
a. Cacat produk dalam proses Process Defect Losses
Rework loss adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi standar kualitas yang telah ditentukan walaupun masih dapat diperbaiki ataupun
dikerjakan ulang. Untuk mengetahui persentase faktor rework loss yang mempengaruhi efektivitas penggunaan mesin, digunakan rumus sebagai berikut :
RL=
b. Hasil rendah Reduced Yield Losses
Yieldscrap loss merupakan kerugian yang timbul selama proses produksi belum mencapai keadaan produksi yang stabil pada saat proses produksi mulai
dilakukan sampai sampai tercapainya keadaan proses yang stabil, sehingga produk yangdihasilkan pada awal proses sampai keadaan proses stabil dicapai tidak
memenuhi spesifikasi kualitas yang diharapkan. Untuk mengetahui persentase faktor yieldscrap loss yang mempengaruhi efektivitas penggunaan mesin
digunakan rumus sebagai berikut: YS=
2.3.7.Diagram Sebab Akibat Cause and Effect Diagram
Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan fishbone diagram di perkenalkan pertama kalinya pada tahun 1943 oleh Prof. Kaoru Ishikawa
Universitas Sumatera Utara
Tokyo University. Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap penentuan
karakteristik kualitas output kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya
penyimpangan kerja secara detail. Gaspersz 2001:58 mendefinisikan diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antar sebab dan
akibat. Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut :
• Membantu mengidentifikasikan akar penyebab dari suatu masalah.
• Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
• Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja maka, ada lima faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu di
perhatikan yaitu : 1.
Manusia man. 2.
Metode kerja work method. 3.
Mesin atau peralatan kerja machineequipment. 4.
Bahan baku raw material. 5.
Lingkungan kerja work environment. Adapun gambar diagram dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini:
Gambar 2.4 Diagram sebab akibat. Sumber: Faure, M at al., implementing total quality 1992: 244
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terhentinya suatu proses pada lantai produksi sering kali disebabkan adanya masalah dalam mesinperalatan produksi, misalnya mesin berhenti secara
tiba-tiba, menurunnya kecepatan produksi mesin, lamanya waktu setup dan adjusment, mesin menghasilkan produk yang cacat dan mesin beroperasi tetapi
tidak menghasilkan produk. Hal ini akan menimbulkan kerugian pada perusahaan karena selain dapat
menurunkan tingkat efisiensi dan efektifitas mesin peralatan mengakibatkan adanya biaya yang harus dikeluarkan akibat kerusakan tersebut.
PT. PP LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk BAGERPANG POM merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi Crude Palm Oil CPO
yang tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan efektivitas mesinperalatan. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah untuk mencegah atau
mengatasi masalah tersebut. Total productive maintenance TPM merupakan pengembangan ide dari
productive maintenance adalah metode pemeliharaan mesin dan peralatan. TPM berkembang dari sistem maintenance tradisional yang melibatkan semua
departemen dan semua orang untuk ikut berpartisipasi dan mengemban tanggung jawab dalam pemeliharaan mesinperalatan. Langkah untuk mencegah atau
mengatasi masalah tersebut dalam usaha peningkatan efisiensi produksi dilakukan dengan TPM yang menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness OEE
sebagai alat yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui kinerja mesinperalatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian faktor-faktor yang menentukan kebutuhan penerapan total productive maintenance
dengan kondisi perusahaan dan melihat faktor mana dari six big losses tersebut yang dominan mempengaruhi terjadinya penurunan efektivitas mesinperalatan.
Dengan demikian penulisan ini akan memberikan usulan perbaikan efektivitas
Universitas Sumatera Utara