22
Keuntungan dari usaha tidak ditetapkan di muka, tetapi tergantung pada realisasi nominal yang sesungguhnya.
Setiap dana yang disalurkan atau diinvestasikan oleh bank syariah selalu mengandung resiko tidak kembalinya dana atau yang disebut dengan istilan Non
performing Financing NPF. NPF merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang disalurkan tidak dapat kembali. Non Performing
Financing atau NPF timbul karena masalah yang terjadi dalam proses persetujuan pembiayaan di internal bank, atau setelah pembiayaan diberikan.
Menurut Mahmoeddin 51:2010 Penyebab terjadinya NPF dari segi internal bank, yaitu kebijakan pemberian pembiayaan terlalu ekspansif,
penyimpangan pemberian pembiayaan, dan kadar spiritualitas dari pejabat nya,dan lemahnya sistem administrasi dan pengawasan serta informasi
pembiayaan. Dari segi proses, perlu melakukan pengecekan reputasi calon konsumen, dan pengawasan pembiayaan internal. Sedangkan penyebab eksternal
terjadinya NPF adalah kegagalan usaha debitur,menurunnya kegiatan ekonomi, pemanfaatan iklim persaingan perbakan yang tidak sehat oleh debitur,atau
musibah yang terjadi pada kegiatan usahanya.
2.1.7 Dana Pihak Ketiga DPK
Dana Pihak Ketiga DPK merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasionalnya dari sumber dana ini , meliputi simpanan masyarakat yang berupa :
Universitas Sumatera Utara
23
a. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan. b. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. c. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
d. Surat berharga yang diterbitkan maupun berbagai jenis deposito dan modal yang dimaksud termasuk modal inti dan modal pinjaman.
Adapun dana
pihak ketiga
dalam bank
syariah menurut
Muhammad,266:2005 berupa : 1.
Titipan Wadi’ah simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya tapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.
2. Partisipasi modal berbagi hasil dari berbagai resiko untuk investasi umum.
3. Investasi khusus dimana bank hanya berlaku sebagai manajer investasi untuk
memperoleh fee dan investor sepenuhnya mengambil resiko atas invstasi tersebut.
2.1.8 Inflasi di Sumatera Utara
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga- harga secara umum dan terus-menerus continue berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
Universitas Sumatera Utara
24
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah Inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan kelebihan
likuiditasuangalat tukar dan yang kedua adalah desakan tekanan produksi danatau distribusi kurangnya produksi. Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi
dari peran negara dalam kebijakan moneter Bank Sentral, sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang
dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah Government seperti fiskal perpajakanpungutan insentif disinsentif , kebijakan pembangunan infrastruktur
, regulasi, dll. Tingkat inflasi di Sumatera Utara secara umum juga kondisinya lebih baik
dari nasional, di mana rata-rata capaian angka inflasi di bawah nilai 2 digit. Hal ini mengindikasikan bahwa peran pemerintah dan otoritas moneter dalam hal ini
Bank Indonesia di Medan melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah telah berjalan dengan baik. Adapun perkembangan nilai inflasi Sumatera Utara dibandingkan
dengan tingkat nasional disajikan pada Tabel 2.3.
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel 2.3 Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2008-2012
INFLASI Tahun
2008 2009
2010 2011
2012
Indonesia 11,06
2,78 6,96
3,79 4,30
Sumatera Utara 10,72
2,61 8,00
3,67 3,86
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012 data diolah
Secara umum, laju inflasi Sumatera Utara masih dalam kondisi yang rendah kecuali pada tahun 2008 yang mencapai 10,72. Hal ini sebagai akibat
kontraksi ekonomi di seluruh dunia, dan bahkan capaiannya selalu di bawah capaian nasional kecuali pada tahun 2010 Sumatera Utara capaian tingkat
inflasinya di atas nasional, di mana capaian nasional sebesar 6,96. Tetapi hal ini akan
terus diupayakan
untuk menstabilkannya
dalam rangka
tetap mempertahankan tingkat daya beli masyarakat.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu