13
2.1.2 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Ide pendirian bank syariah di Indonesia sudah ada sejak tahun 1970-an. Dimana pembicaraan bank syariah muncul pada seminar hubungan Indonesia-
Timur Tengah pada tahun 1974 dan 1976 dalam seminar yang diadakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan LSIK dan Yayasan Bhineka Tunggal
Ika. Perkembangan pemikiran tentang perlunya umat Islam Indonesia memiliki perbankan Islam sendiri mulai behembus sejak saat itu, seiring munculnya
kesadaran kaum intelektual dan cendikiawan muslim dalam memberdayakan
ekonomi masyarakat.
Perbankan syariah pertama kali di indonesia pada tahun 1992 berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan Peraturan Pemerintah
PP No.72 Tahun 1992 Tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Prinsip syariah adalah suatu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpaan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lain yang sesuai dengan prinsip syariah, diantaranya pembiayaan dengan
prinsip bagi hasil mudharabah, pembiayaan dengan prinsip penyertaan modal musyarakah, prinsip jual beli barang dengan keuntungan murabahah,dan
pembiayaan barang modal dengan prinsip sewa murni tanpa pilihan ijarah atau dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak oleh
pihak lain ijarah wa iqtina. Menurut Perwataatmadja dan Antonio 1992, bank syariah memiliki
sistem operasi yang tidak mengendalikan pada bunga karena berlandaskan pada Al-
Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain,bank syariah merupakan
Universitas Sumatera Utara
14
lembaga keuangan yang memberikan jasa pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariat islam. Sistem ekonomi islam memiliki beberapa ciri berikut :
1. Mengakui hak milik individu terhadap kapital property right
2. Tidak ada transaksi berbasis bunga riba
3. Berfungsinya institusi zakat
4. Mengakui adanya mekanisme pasar market mechanism
5. Mengakui motif untuk mencari keuntungan
6. Dan mengakui adanya kebebasan berusaha
Di Indonesia,bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamaalat Indonesia BMI. Walaupun perkembangannya agak terlambat
bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada
satu unit Bank Syariah,maka pada tahun 2005, jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit usaha
syariah. Sementara itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS hingga akhir tahun 2004 bertambah menjadi 88 buah.
Berdasarkan data Bank Indonesia, prospek perbankan syariah pada tahun 2005 diperkirakan cukup baik. Industri perbankan syariah diprediksi masih akan
berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Jika pada posisi November 2004, volume usaha perabankan syariah telah mencapai 14,0 triliun
rupaih, dengan tingkat pertumbuhan yang terjadi pada tahun 2004 sebesar 88,6,
Universitas Sumatera Utara
15
volume usaha perbankan syariah diakhir tahun 2005 diperkirakan akan mencapai sekitar 24 triliun rupiah. Pertumbuhan volume usaha perbankan syariah tersebut
ditopang oleh pembukaan unit usaha syariah yang baru dan pembukaan jaringan kantor yang lebih luas.
Dan hingga sekarang prospek perkembangan perbankan syariah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut berdasarkan laporan dari
Bank Indonesia bahwa pada April 2013, Indonesia memiliki 11 bank umum syariah, 24 unit usaha syariah, 159 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS
dengan 2.664 jaringan kantor di seluruh Indonesia. Dengan total aset perbankan syariah Indonesia pada akhir April 2013 mencapai Rp207,79 triliun atau tumbuh
44,0 secara year on year yoy. Pertumbuhan perbankan syariah yang tinggi itu mampu meningkatkan pangsanya menjadi 4,7 persen dari total aset perbankan
nasional. Dari sisi pembiayaan tumbuh 50,52 mencapai Rp163,4 triliun dan penghimpunan dana masyarakat yang dihimpun mengalami peningkatan sebesar
39 sebesar Rp158,5 triliun. Pertumbuhan rata-rata 41,66 per tahun dalam lima tahun terakhir, di atas rata-rata pertumbuhan perbankan nasional yang hanya
sebesar 17. Sehingga Bank Indonesia menargetkan bahwa pangsa perbankan syariah tersebut terus meningkat sehingga mencapai sekira 15-20 persen dalam
sepuluh tahun ke depan. Berikut ini merupakan Perkembangan jumlah Perbankan Syariah di Indonesia :
Universitas Sumatera Utara
16
Tabel 2.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Indonesia
KETERANGAN TAHUN
2010 2011
2012 2013
2014 PERBANKAN SYARIAH
Bank Umum Syariah
- Jumlah Bank 11
11 11
11 12
- Jumlah Kantor 1.215 1.401 1.745 1.998 2.151
Unit Usaha Syariah - Jumlah Bank
23 24
24 23
22 - Jumlah Kantor
262 336
517 590
320
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
- Jumlah Bank 150
155 158
163 163
- Jumlah Kantor 286
364 401
402 439
Sumber : Statistik Perbankan Syariah oleh Otoritas Jasa Keuangan,Periode Desember 2014
.
Terbitnya UU No.10 tahun 1998 memiliki hikmah tersendiri bagi dunia perbankan nasional dimana pemerintah membuka lebar kegiatan usaha perbankan
dengan berdasarkan pada prinsip syariah. Hal ini guna menampung aspirasi dan kebutuhan yang berkembang di masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk mendirikan bank berdasarkan prinsip Bank Syariah ini, termasuk juga kesempatan konversi dari bank umum yang kegiatan usahanya
berdasarkan pola konvensional menjadi pola syariah. Selain itu dibolehkan pula bagi pengelola bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang atau
mengganti kantor cabang yang sudah ada menjadi kantor cabang khusus syariah dengan persyaratan yang tentunya melarang pada pencampuran modal kerja dan
akuntansinya.
Universitas Sumatera Utara
17
Pengembangan bank syariah di Indonesia memiliki peluang besar karena peluang pasarnya yang luas sejalan dengan mayoritas penduduk negeri ini.
Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh sumber daya manusia yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Namun, realitas yang ada menunjukkan bahwa masih banyak sumber daya manusia yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman
akademis maupun praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan syariah itu
sendiri. Inilah yang memang harus mendapatkan perhatian dari kita semua, yakni membentuk sumber daya manusia yang mampu mengamalkan ekonomi syariah
disemua lini karena sistem yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang baik pula.
2.1.3 Perkembangan Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara