Financing to Deposit Ratio FDR Non Performing Financing NPF

20 Bank Syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor yang menempatkan dananya akan mendapatkan imbalan dari bank dalam bentuk bagi hasil atau bentuk lainnya yang disahkan dalam syariah Islam. Bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam akad jual beli dan kerjasama usaha. Imbalan yang diperoleh dalam margin keuntungan, bentuk bagi hasil, danatau bentuk lainnya sesuai dengan syariah Islam.

2.1.5 Financing to Deposit Ratio FDR

FDR adalah rasio antara jumlah pinjaman yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR ditentukkan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka deposito, dan tabungan. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar pinjaman maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba juga akan mengalami kenaikan. Menurut Dendawijaya 114:2005, batas maksimum untuk Financing to Deposit Ratio FDR adalah sebesar 110 ,dimana apabila melebihi batas tersebut berarti likuiditas bank sudah termasuk dalam kategori buruk. Sedangkan untuk batas aman FDR adalah sebesar 80 dengan batas toleransi 85-110. Universitas Sumatera Utara 21 Sehingga jika rasio FDR suatu bank berada dibawah 80 misalnya 65 dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya menyalurkan dananya sebesar 65 dari seluruh dana yang dihimpun. Karena fungsi utama bank adalah sebagai intermediasi,berarti 35 dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan dana,sehingga dapat dikatakan bank tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Selanjutnya jika FDR melebihi 110 berarti dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit,sehingga dalam hal ini bank juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik.

2.1.6 Non Performing Financing NPF

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah di perjanjikan dalam akad pembiayaan. Dalam perbankan syariah, return atas pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad-akad yang disediakan di bank syariah. Sifat pembiayaan dalam bank syariah merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha. Pembiayaan tidak boleh mengandung riba bunga, bersifat gharar dan maysir. Sebagai pengganti bunga, bank syariah memfokuskan diri pada perolehan keuntungan dari transaksi bersama nasabahnya. Universitas Sumatera Utara 22 Keuntungan dari usaha tidak ditetapkan di muka, tetapi tergantung pada realisasi nominal yang sesungguhnya. Setiap dana yang disalurkan atau diinvestasikan oleh bank syariah selalu mengandung resiko tidak kembalinya dana atau yang disebut dengan istilan Non performing Financing NPF. NPF merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang disalurkan tidak dapat kembali. Non Performing Financing atau NPF timbul karena masalah yang terjadi dalam proses persetujuan pembiayaan di internal bank, atau setelah pembiayaan diberikan. Menurut Mahmoeddin 51:2010 Penyebab terjadinya NPF dari segi internal bank, yaitu kebijakan pemberian pembiayaan terlalu ekspansif, penyimpangan pemberian pembiayaan, dan kadar spiritualitas dari pejabat nya,dan lemahnya sistem administrasi dan pengawasan serta informasi pembiayaan. Dari segi proses, perlu melakukan pengecekan reputasi calon konsumen, dan pengawasan pembiayaan internal. Sedangkan penyebab eksternal terjadinya NPF adalah kegagalan usaha debitur,menurunnya kegiatan ekonomi, pemanfaatan iklim persaingan perbakan yang tidak sehat oleh debitur,atau musibah yang terjadi pada kegiatan usahanya.

2.1.7 Dana Pihak Ketiga DPK