“Nantikan kami ada ujian, trus siapa yang lulus dapat sertifikat dan dibayar sama pemerintah. Dana nya tiga bulan sklai keluar” Inganta Sembiring
Seperti yang dilaksanakan pada pertengahan bulan Juni kemarin, pada saat anak didik mereka libur sekolah, para guru mengadakan pelatihan ke Medan
selama dua hari. Pelatihan tersebut berupa pengembangan cara mengajar guru, bagaimana mengaplikasikan kurikulum yang ditetapkan pemerintah ke dalam
kegiatan belajar mengajar. Pelatihan dilakukan secara bertahap dan tidak semua guru berangkat sekaligus. Setelah selesai pelatihan mereka melanjutkan perjalanan
mereka untuk berlibur ke Bali. Hal ini merupakan strategi yayasan dalam membangkitkan semangat mengajar gruru.
c. Alpha Omega Terakreditasi B
Alpha Omega merupakan lembaga pendidikan ABK yang mendapat akreditasi B dari pemerintah. Hal ini mencerminkan kemampuan lembaga ini dalam
menangani kasus anak-anak yang ada di dalamnya. Mulai dari pendidikan anak, pengasuhan anak, serta tetap adanya pengembangan diri untuk guru. Ketika
peneliti melihat ke kantor tata usaha, tidak sedikit piala dan piagam penghargaan yang diterima lembaga ini. Mulai dari kegiatan olahraga sampai seni.
4.2.8 Pendapat ABK mengenai Alpha Omega
Setiap harinya ada saja kegiatan yang dilakukan anak-anak di yayasan ini, kegiatan yang menjadi rutinitas harus dilakukan seperti sekolah, membersihkan
asrama, membersihkan diri sendiri dan adik mereka, membersihkan tempat tidur dan lain-lain. Kita tidak tau bagaimana sebenarnya yang dirasakan oleh anak-anak
disini. Apakah mereka senang, sedih, nyaman atau bahkan bosan tinggal di asrama dan diharuskan mengikuti kegiatan asrama dan peraturannya.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah pendapat beberapa anak menegenai kehidupan asrama dan sekolah yang mereka jalani.
“Aku sukanya disini kak, tiap hari minggu datang cina bawa makanan. Mandikan adek-adek kerjaku. Trus kalau di suka makmur lalap aku dimarahi kan
gak mau lagi lah aku disana. Gak sayang orang itu sama aku, kalau disini main sama kawan, nyayi-nyayi trus baik-baik ibuknya”. Meilani
“Meriah lah disini buk... Nanti datang mamak sama bapak bawa makanan, bawakiya kalung ku tohh. Lebih enak sekolah pun nulis, baca, nyayi.
Kalau dikampung kena marah slaluuu. Masak jaga adek lalap”. Rini “hmmmm.. apa tadi kam bilang buk??? disini enaknya kurasa, main-main
lalap, cuman kan gak bisa jajan disini gak ada duit dikasi. Enak sama buk Pinem. Gak pernah dia jahat, makanya sayang aku sama dia. Sama ndu pun sayang aku
buk. bawakndu bon-bon sama aku. Tapi kan rindu aku sama bibik kuuu... Devi
Meilani mengalami kecacatan dalam hal penanganan emosi, ia sulit mengendalikan emosinya. Ia masuk ke kategori debil, Rini adalah anak yang
mengalami kesulitan berbicara dan mendengar namun ia masih mengerti jika kita mengulangi pertanyaan kita terus menerus. Ia masuk ke kategori tunarungu
wicara, sedangkan Devi masuk ke kategori imbisil dimana ia sulit mengekspresikan perasaannya, proses berfikirnya sangat lambat. Ketiga anak ini
merasa senang tinggal di asrama dan sekolah disini. Banyak hal yang membuat mereka senang, mulai dari teman yang banyak untuk bermain, guru yang baik,
suasanan sekolah yang menyenangkan selain itu mereka juga bisa belajar membaca, menulis, dan bernyayi tanpa harus selalu dimarahi.
Disamping itu ada juga anak yang berpendapat bertolak belakang dengan ketiga anak diatas seperti yang diutarakan Raskita dan Andre satu.
“Mau pulang pun aku kak, di sekolah enak tapi di asrama gak. Kampung lah aku, kan kujaga adek ku. Jaga adek dapat uang. Disini lalap berantam. Kyak
tadi si Juan pukulinya slalu aku. Gak takut dia itu sama buk guru”. Raskita
Universitas Sumatera Utara
“Gak, gak enak disini. Mau pulang aja aku. Enaan di Basam. Basam lah aku nampati nenek seiram bunga. Baik nenek sama aku”. Andre satu
Kedua anak ini sama-sama sulit mengendalikan emosi mereka, kita tidak mengeerti apa yang mereka inginkan. Mereka sangat suka mengulang-ulang
pembicaraan. Raskita dan Andre satu merasa kurang nyaman berada di Alpha Omega, karena menurut mereka kehidupan di kampung lebih seru dan
menyenangkan. Bagi Raskita yang orangnya lemah lembut, sangat tidak suka dengan kekerasan temannya. Di kampung ia di manja dan diperhatikan secara
khusus, namun di asrama itu tidak mungkin karena begitu banyaknya anak yang harus diperhatikan.
4.2.9 Kondisi Alumni Alpha omega