Kendala Guru dan Yayasan dalam Menjalankan Program Pendidikan

Baik guru, pengurus yayasan dan pengasuh berharap sama dengan yang dikatakan oleh direktur. Semua mengingikan anak didik dan anak asuh mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat.

4.2.10 Kendala Guru dan Yayasan dalam Menjalankan Program Pendidikan

Bekerja di lingkungan anak-anak yang berkekurangan pasti memiliki kendala. Seperti kita ketahui anak normalpun terkadang butuh strategi menghadapinya. Demikian juga ABK, banyak kendala yang diahadapi guru dan yayasan dalam mendidik mereka. “Jumlah anak yang terlalu banyak satu kelas nak membuat kami kurang fokus dalam mengajar. Maunya tadi yahhh empat orang itu satu kelas jadi enak ngajarnya bisa satu-satu dia di ajarkan. Tapi udah gitu perarutan yah kita ikutkan”. Ibu Pinem “Anak keseringan malas belajar, merajuk. Itu penyakit orang ini. Apalagi kalau udah ada yang kumat penyakitnya repotlah. Inilah pekerjaan kami, anak kami pun belum tentu sebaik ini kami buat, ini anak orang lain, tapi inilah pelayanan nak we”. Ibu Dameria Hal yang diutarakan kedua guru tersebut adalah beberapa kendala yang mereka hadapi dalam mengajar dan mendidik anak-anak. Mulai dari banyaknya anak dalam satu kelas sampai anak yang malas dan berulah. Berbeda guru, berbeda pula yang dihadapi yayasan. Ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain: a. Internal Mulai dari perekrutan, tidak ada spesifikasi untuk pengasuh yang bekerja, sehingga terkendala dalam kualitas pengasuhan. Apabila guru Universitas Sumatera Utara memang sudah pendidikan dasar mereka mengenai ABK. Pelatihan dari pemerintah juga serasa kurang. b. Eksternal Penerimaan maasyarakat terhadap ABK. Masyarakat masih memandang sebelah mata ABK ini. Mereka kurang menghargai martabat anak dan juag masyarakat menganggap tidak adanya prestise jika bekerja di yayasan ini baik jadi guru dan pengasuh Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa pendidikan di Alpha Omega dibagi menjadi dua yaitu formal dan non-formal yang berorientasi kepada kemandirian anak, terbukti dari pembelajaran ayng diberikan di kelas dan pendidikan untuk menambah keterampilan anak-anak. Kelas tersebut di sebut juga sebagai kelas vokasional 2. Dalam lingkungan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Alpha Omega ini pun fungsi manifest dan fungsi laten memang terbukti ada. Dilihat dari fungsi manifestnya, yayasan ini juga mempersiapkan anak-anak untuk mencari nafkah untuk mereka, karena anak yang telah lulus dan keluar dan dianggap mampu akan diberikan modal oleh yayasan unutuk membuka usaha, sedangkan yang belum mampu dan telah menyelesaikan pendidikannya akan ditempatkan di “juma lingga”. Pembelajaran berupa keterampila juga diberikan. Pada dasarnya ini dilakukan agar anak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. 3. Fungsi laten juga tampak pada pendidikan di yayasan ini, dimana pengawasan orang tua terhadap anak akan diserahkan pada ahlinya yaitu guru-guru di yayasan. Selain itu penundaan usia perkawinan juga tampak disini, dimana secara umur anak-anak telah bisa menikah namun secara Universitas Sumatera Utara