“Gak, gak enak disini. Mau pulang aja aku. Enaan di Basam. Basam lah aku nampati nenek seiram bunga. Baik nenek sama aku”. Andre satu
Kedua anak ini sama-sama sulit mengendalikan emosi mereka, kita tidak mengeerti apa yang mereka inginkan. Mereka sangat suka mengulang-ulang
pembicaraan. Raskita dan Andre satu merasa kurang nyaman berada di Alpha Omega, karena menurut mereka kehidupan di kampung lebih seru dan
menyenangkan. Bagi Raskita yang orangnya lemah lembut, sangat tidak suka dengan kekerasan temannya. Di kampung ia di manja dan diperhatikan secara
khusus, namun di asrama itu tidak mungkin karena begitu banyaknya anak yang harus diperhatikan.
4.2.9 Kondisi Alumni Alpha omega
Ketika peneliti sampai untuk pertama kalinya, sedang ada acara adat penguburan untuk seorang anak yang berasal dari juma lingga. Anak ini telah
lama sakit dan berbagai upaya telah dilaksanakan untuk kesembuhannya. Ia tidak memiliki keluarga lagi, sehingga keluarga angkatnyalah yang dipanggil. Di aula
belakang asrama, acara dilangsungkan dan anak tersebut dikebumikan layaknya orang-orang yang memiliki keluarga utuh.
“Anak-anak di yayasan ini banyak yang datang dan banyak juga yang pergi. Mereka terkadang datang tidak jelas asal usulnya, jika pergi pun mereka
terkadang melarikan diri dan harus dicari lagi”.Inganta Begitulah kondisi anak secara umum di yayasan, namun ternyata ada juga
yang datang diantar keluarganya. Terkadang mereka menjemput anaknya kembali, meskipun pendidikan mereka belum selesai. Alasan mereka beraneka ragam.
Mulai dari tidak sanggup membiayai lagi, tidak ada yang menjaga adik mereka di kampung, tidak ada yang membantu orang tua di kampung dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Banyak alasan yang diberikan, sehingga pihak yayasan pun tidak bisa menolak dan mebiarkan mereka pulang bersama orang tuanya. Ada beberapa anak
yang telah dibina dan membuka usaha sendiri antara lain: 1.
Rentina Br Ginting, ia membuka usaha salon di desa Sampun. Modal diberikan oleh yayasan. Sampai sekarang usahanya tetap berjalan.
2. Talenta Br. Purba, membuka usaha ternak di desa Kandibata. Modal
juga dari yayasan. 3.
Herawati Br. Tarigan, Ia juga membuka usaha ternak namun di desa Smpun, desa yang sma dengan Rentina. Modal juga sama dari
yayasan. 4.
Sion Ginting, berkerja di kantor Moderamen GBKP di Kabanjahe. Asal Sion dari desa Simacem. Sion punya kemampuan untuk bekerja
di kantor, sehingga ia di tempatkan di Moderamen. Selanjutnya, mereka akan diawasi secara terus menerus. Pembinaan tetap
dilakukan yayasan, sehingg amereka dapat terus berjalan. Bagi anak yang sudah menyelesaikan pendidikan mereka di sekolah, jika mereka belum juga mampu
membuka usaha sendiri dan belum mampu berhadapan dengan masyarakat, mereka akan di tempatkan di “juma lingga”. Dimana di tempat ini mereka akan
mendapat pelatihan pertanian, dan peternakan. Mereka dilatih menanam jeruk, kopi dan beternak lembu, sapi, babi dan domba.
“Diharapkan dengan sistem yang seperti ini mereka memang benar-benar mandiri dan dapat bertanggung jawab atas diri mereka dan tidak menyusahkan
orang lain”. Mestika Ginting
Universitas Sumatera Utara
Baik guru, pengurus yayasan dan pengasuh berharap sama dengan yang dikatakan oleh direktur. Semua mengingikan anak didik dan anak asuh mereka
mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat.
4.2.10 Kendala Guru dan Yayasan dalam Menjalankan Program Pendidikan