avoidance , dan unacceptable tax avoidance. Dengan demikian, dalam praktiknya
sering menimbulkan penafsiran yang berbeda antara wajib pajak dengan aparat pajak. Wajib pajak dan aparat pajak tentu akan memberikan penafsiran sendiri-
sendiri yang menguntungkan mereka, sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. Dari sudut pandang wajib pajak, tentu akan berpendapat sepanjang skema
penghindaran pajak yang mereka lakukan tidak dilarang dalam peraturan perundang-undangan perpajakan tentu sah-sah saja. Akan tetapi, di sisi lain,
pemerintah tentu juga berkepentingan bahwa jangan sampai suatu ketentuan perpajakan disalahgunakan oleh wajib pajak untuk semata-mata tujuan
penghindaran pajak yang akan merugikan negara.
180
Adanya ketentuan transfer pricing yang jelas mendorong wajib pajak untuk melakukan praktik transfer pricing sesuai dengan ketentuan. Dari sisi
otoritas pajak, ketentuan transfer pricing yang jelas memberikan kepastian hukum dan penyelesaian masalah transfer pricing.
181
C. Penyelesaian Sengketa Transfer Pricing
OECD guidelines memberikan beberapa pendekatan administratif, baik yang sifatnya pencegahan maupun penyelesaian terkait dengan sengketa transfer
pricing , yaitu :
182
1. Kepatuhan pada ketentuan transfer pricing transfer pricing complience
practice
180
Darussalam dan Danny Septriadi, Loc.Cit.
181
Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.176.
182
Ibid., hlm.175.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencegah sengketa transfer pricing OECD menyarankan tiap-tiap negara melengkapi undang-undang domestik dengan ketentuan transfer pricing.
Ketentuan tersebut mengatur mengenai misalnya pemeriksaan pajak, beban pembuktian dan sanksi, serta solusi penyelesaian permasalahan transfer pricing.
Tujuan dari adanya ketentuan transfer pricing untuk : a.
Mengurangi kesempatan untuk tidak patuh b.
Memberikan pedoman kepatuhan c.
Mengenakan sanksi bagi yang tidak patuh 2.
Prosedur persetujuan bersama mutual agreement procedure Ketentuan persetujuan penghindaran pajak berganda P3B atau tax treaty,
lazimnya memuat ketentuan prosedur persetujuan bersama Mutual Agreement Procedure
MAP. Pada OECD model, yang merupakan model yang digunakan negara-negara anggota OECD membuat P3B dengan negara lain, ketentuan MAP
diatur di Pasal 25. MAP merupakan sarana bagi wajib pajak maupun otoritas pajak di masing-masing negara untuk menyelesaikan sengketa yang timbul karena
praktik administrasi perpajakan di masing-masing negara. MAP juga sekaligus sebagai sarana untuk mencegah timbulnya pajak berganda akibat koreksi transfer
pricing yang dilakukan negara mitra P3B.
3. Pemeriksaan bersama antarnegara simultaneus tax examination
Transfer pricing umumnya melibatkan transaksi antarnegara. Menurut
OECD guidelines dimungkinkan dilakukan pemeriksaan bersama antarnegara supaya pemeriksaan transfer pricing efektif. Pemeriksaan bersama antarnegara
Universitas Sumatera Utara
dapat dilakukan apabila terdapat permasalahan yang mempunyai dampak internasional yang luas melibatkan beberapa negara.
4. Safe harbour
Safe harbour yaitu memebrikan interval toleransi kewajaran atas suatu
harga atau laba dianggap wajar. Safe harbor diberikan dalam bentuk interval atas dan bawah, jika harga atau laba berada di antara interval tersebut, maka dianggap
wajar. Misalnya interval harga suatu barang ditetapkan Rp.10.000.000,- sampai dengan Rp.20.000.000,-. PT A perusahaan di Indonesia mengimpor barang
tersebut dari B Ltd induk perusahaan dengan harga Rp15.000.000,-, maka harga impor tersebut dianggap wajar karena masih dalam batas interval. Penerapan safe
harbor harus mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya kepatuhan,
kepastian, dan administrasi yang sederhana. 5.
Kesepakatan harga transfer advance pricing agreement Advance Pricing Agreement
APA merupakan kesepakatan antara wajib pajak dan otoritas pajak mengenai harga atau laba wajar atas transaksi yang
dipengaruhi hubungan istimewa. Dengan APA dibuat kesepakatan, diantaranya mengenai transfer pricing, harga wajar, laba wajar atau rentang harga wajar dan
rentang laba wajar untuk setiap jenis barangjasa atau transaksi, sehingga mengurangi kemungkinan sengketa di kemudian hari.
6. Arbitrase
Apabila suatu sengketa tidak dapat diselesaikan melalui pendekatan- pendekatan lain, maka alternatif terakhir adalah diselesaikan melalui arbitrase.
Sarana arbitrase ini dimuat dalam persetujuan penghindaran pajak bergandaP3B
Universitas Sumatera Utara
tax treaty. Pada OECD model ketentuan arbitrase diatur di Pasal 25 ayat 3, dimana dalam ketentuan tersebut diatur jika terdapat sengketa yang tidak dapat
diselesaikan melalui prosedur persetujuan bersama mutual agreement procedur, maka masalahnya dapat dibawa ke arbitrase. Namun, tidak semua P3B mengatur
sarana arbitrase, contoh P3B Indonesia yang memuat ketentuan arbitrase adalah P3B Indonesia dengan Mexico.
Pada praktik perpajakan di Indonesia, penyelesaian sengketa transfer pricing
dapat ditempuh melalui upaya hukum dan mengajukan prosedur persetujuan bersama mutual agreement procedure. Upaya hukum ditempuh
dengan beberapa cara, yaitu :
183
1. Mengajukan keberatan
Produk dari pemeriksaan pajak adalah dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak SKP. Bila wajib pajak tidak setuju dengan surat ketetapan pajak tersebut
wajib pajak dapat mengajukan keberatan. Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada direktur jenderal pajak atas suatu :
184
a. surat ketetapan pajak kurang bayar;
b. surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan;
c. surat ketetapan pajak nihil;
d. surat ketetapan pajak lebih bayar; atau
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
183
Ibid., hlm.178.
184
Pasal 25 ayat 1 UU KUP.
Universitas Sumatera Utara
Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi atau isi dari ketetapan pajak, yaitu jumlah rugi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, jumlah besarnya pajak, atau pemotongan atau pemungutan pajak. Yang dimaksud dengan “suatu” pada ayat ini adalah 1 satu keberatan harus
diajukan terhadap 1 satu jenis pajak dan 1 satu Masa Pajak atau Tahun Pajak.
185
Pengajuan keberatan harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan
jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan wajib pajak dengan disertai alasan yang
menjadi dasar penghitungan. Yang dimaksud dengan “alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan” adalah alasan-alasan yang jelas dan dilampiri dengan
fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemungutan, atau bukti pemotongan.1 surat keberatan diajukan hanya untuk 1 surat ketetapan pajak, untuk 1 pemotong pajak,
atau untuk 1 pemungutan pajak.
186
Bila wajib pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, wajib pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah
yang telah disetujui wajib pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.Selain itu, harus diajukan dalam jangka
waktu 3 tiga bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga kecuali apabila wajib pajak
dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena
185
Penjelasan Pasal 25 ayat 1 UU KUP.
186
Disarikan dari Pasal 25 UU KUP.
Universitas Sumatera Utara
keadaan diluar kekuasaannya.
187
Terakhir, surat keberatan ditandatangani oleh wajib pajak dan dalam hal surat keberatand itandatangani oleh bukan wajib pajak,
surat keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU KUP.
188
Direktur jenderal pajak harus memberi keputusan atas keberatan paling lama 12 dua belas bulan sejak tanggal surat keberatan diterima. Keputusan atas
keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar. Apabila jangka
waktu 12 dua belas bulan telah terlampaui dan direktur jenderal pajak tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap
dikabulkan.
189
Bila keberatan wajib pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50 lima puluh persen dari
jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.Contoh: Untuk tahun pajak 2008, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar
Sebesar Rp.1.000.000.000,00 diterbitkan terhadap PT A.
Padapembahasan akhir hasil pemeriksaan, wajib pajak hanya menyetujui pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 200.000.000.00. Wajib Pajak telah melunasi
sebagian SKPKB tersebut sebesar Rp200.000.000,00 dan kemudian mengajukan keberatan atas koreksi lainnya. Direktur jenderal pajak mengabulkan sebagian
keberatan wajib pajak dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi
187
Disarikan dari Pasal 25 UU KUP.
188
Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.180.
189
Disarikan dari Pasal 26 UU KUP.
Universitas Sumatera Utara
sebesar Rp750.000.000,00. Dalam hal ini, wajib pajak tidak dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 Pasal 19 UU KUP, tetapi dikenai sanksi
berupa denda, yaitu sebesar 50 x Rp750.000.000.00-Rp200.000.000,00 = Rp275.000.000,00.
190
2. Banding
Apabila wajib pajak tidak puas dengan keputusan keberatan, bisa mengajukan upaya hukum berikutnya, yaitu banding ke pengadilan pajak.Banding
adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding, berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakaan yang berlaku.
191
Pengajuan banding harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3
tiga bulan sejak surat keputusan keberatan diterima dan dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang dibanding serta dilampiri dengan salinan keputusan
yang dibanding.Jangka waktu 3 bulan tersebut tidak mengikat apabila jangka waktu yang dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan
pemohon banding. Selain itu, wajib pajak hanya diperbolehkan mengajukan 1 surat banding terhadap 1 keputusan.
192
Putusan pengadilan pajak atas banding yang diajukan oleh wajib pajak dapat berupa :
193
a. menolak.
190
Pasal 25 ayat 9 UU KUP beserta penjelasannya.
191
Pasal 1 angka 6 UU Pengadilan Pajak.
192
Disarikan dari Pasal 35 dan 36 UU Pengadilan Pajak.
193
Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.181.
Universitas Sumatera Utara
b. mengabulkan.
c. menambah pajak yang harus dibayar.
d. membetulkan kesalahan tulis dan atau kesalahan hitung.
e. membatalkan.
Terhadap putusan tersebut tidak dapat lagi diajukan gugatan, banding, atau kasasi. Sebagai putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, maka
putusan pengadilan Pajak tersebut tidak dapat diajukan gugatan ke peradilan umum, peradilan tata usaha negara, atau badan peradilan lain, kecuali putusan
berupa “tidak dapat diterima” yang menyangkut kewenangankompetensi.
194
Apabila permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100 seratus persen dari
jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
195
Apabila permohonan banding wajib pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pajak yang
telah dibayar sebelum mengajukan keberatan harus dilunasi paling lama 1 satu bulan sejak tanggal penerbitan putusan banding, dan penagihan dengan surat
paksa akan dilaksanakan apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajak tersebut. Disamping itu, wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
100 seratus persen sebagaimana dimaksud pada ayat ini.
196
3. Peninjauan kembali
194
Ibid.
195
Pasal 27 ayat 5d UU KUP.
196
Penjelasan Pasal 27 ayat 5 huruf d UU KUP.
Universitas Sumatera Utara
Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan pengadilan pajak kepada mahkamah agung.
197
Peninjauan kembali merupakan upaya hukum luar biasa yang dapat diajukan oleh wajib pajak dan
merupakan upaya hukum terakhir dalam ketentuan perpajakan. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan satu kali kepada Mahkamah Agung
melalui :
198
a. pengadilan pajak
b. pengadilan tata usaha negara, yaitu dalam hal di tempat tinggal atau
tempat kedudukan permohonan peninjauan kembali tidak terdapat pengadilan pajak, maka permohonan dapat diajukan kepada pengadilan
tata usaha negara tempat tinggal atau tempat kedudukan pemohon. c.
pengadilan negeri, yaitu dalam hal di tempat tinggal atau tempat kedudukan permohon peninjauan kembali tidak terdapat pengadilan tata
usaha negara, permohonan dapat diajukan kepada pengadilan negeri tempat tinggal atau tempat kedudukan pemohon.
Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan pajak.
199
197
Pasal 77 ayat 3 UU Pengadilan Pajak.
198
Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.182.
199
Pasal 89 ayat 2 UU Pengadilan Pajak.
Jadi, misalnya dalam putusan pengadilan pajak menyebabkan timbulnya pajak yang masih harus dibayar, maka
jumlah tersebut harus dilunasi oleh wajib pajak dalam jangka waktu satu bulan sejak diterbitkan putusan, meskipun wajib pajak mengajukan peninjauan kembali.
Dengan kata lain, pengajuan peninjauan kembali tidak menunda utang pajak. Dirjen pajak berwenang untuk melakukan penagihan aktif mulai dari penerbitan
Universitas Sumatera Utara
surat teguran, surat paksa, penyitaan sampai dengan lelang, meskipun wajib pajak mengajukan peninjnauan kembali. Sebaliknya, apabila putusan pengadilan pajak
menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, dirjen pajak berdasarkan permohonan wajib pajak harus mengembalikan kelebihan pembayaran pajak
tersebut, meskipun dirjen pajak mengajukan peninjauan kembali atas putusan banding pengadilan pajak.
200
Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan berdasarkan alasan- alasan sebagai berikut :
201
a. Apabila putusan pengadilan pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau
tipu muslihat pihak lawanyang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakimpidana dinyatakan
palsu; b.
apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila diketahui padatahap persidangan di pengadilan pajak akan
menghasilkan putusan yang berbeda; c.
apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada yang dituntut, kecuali terhadap putusan yang ditolak, dikabulkan sebagian
atau seluruhnya, atau menambah pajak yang harus dibayar. d.
apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belumdiputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;atau
e. apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
200
Anang Mury Kurniawan, Loc.Cit.
201
Pasal 91 UU Pengadilan Pajak.
Universitas Sumatera Utara
4. Mutual Agreement Procedure
MAP Wajib pajak dapat mengajukan permohonan prosedur persetujuan bersama
Mutual Agreement ProcedureMAP kepada direktur jenderal pajak, sesuai ketentuan dalam persetujuan penghindaran pajak berganda atau P3B untuk
menyelesaikan perpajakan yang menyangkut penerapan ketentuan dalam P3B sesuai dengan ketentuan yang berlaku, termasuk dalam hal wajib pajak tidak
menyetujui penyesuaian yang dilakukan oleh otoritas pajak di negara mitra P3B terhadap wajib pajak yang menjadi lawan transaksinya.
202
Permintaan untuk melaksanakan MAP disampaikan dengan permohonan secara tertulis kepada direktur jenderal pajak melalui kepala kantor pelayanan
pajak tempat wajib pajak terdaftar dengan menyampaikan informasi sekurang- kurangnya mengenai :
203
a. nama, nomor pokok wajib pajak, alamat, dan jenis usaha wajib pajak
dalam negeri indonesia yang mengajukan permintaan; b.
nama, nomor identitas wajib pajak, alamat, dan jenis usaha wajib pajak di negara mitra P3B yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib
pajak yang mengajukan permintaan, khusus dalam hal terkait dengan transaksi transfer pricing;
c. tindakan yang telah dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri negara mitra
P3B atau otoritas pajak negara mitra P3B, yang telah dianggap tidak sesuai dengan ketentuan P3B oleh wajib pajak dalam negeri indonesia;
202
Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.183.
203
Pasal 4 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER - 48PJ2010.
Universitas Sumatera Utara
d. penjelasan apakah wajib pajak dalam negeri indonesia telah mengajukan
atau akan mengajukan permohonan pembetulan, keberatan, permohonan banding kepada badan peradilan pajak, atau permohonan pengurangan
atau pembatalan surat ketetapan pajak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1, Pasal 25 ayat 1, Pasal 27 ayat 1, atau Pasal 36 ayat
1 huruf b UU KUP, atas hal-hal yang dimintakan MAP; e.
tahun pajak sehubungan dengan permintaan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri Indonesia;
f. penjelasan mengenai transaksi yang telah dilakukan koreksi oleh otoritas
pajak negara mitra P3B, yang meliputi substansi transaksi, nilai koreksi, dan dasar dilakukannya koreksi;
g. pendapat wajib pajak dalam negeri indonesia sehubungan dengan koreksi
yang telah dilakukan oleh otoritas negara mitra P3B indonesia; h.
pihak yang dapat dihubungi oleh direktorat jenderal pajak dalam rangka tindak lanjut atas permintaan untuk melaksanakan MAP yang telah
disampaikan oleh wajib pajak dalam negeri indonesia; i.
nama kantor pajak negara mitra P3B, jika memungkinkan nama unit vertikal kantor pajak negara mitra P3B yang terkait dalam hal diketahui
oleh wajib pajak dalam negeri indonesia yang mengajukan permintaan MAP; dan
j. ketentuan dalam P3B yang menurut wajib pajak dalam negeri indonesia
tidak diterapkan secara benar dan pendapat wajib pajak dalam negeri
Universitas Sumatera Utara
indonesia atas penerapan dari ketentuan P3B tersebut, apabila permintaan MAP berkaitan dengan penerapan ketentuan P3B yang tidak semestinya.
Permintaan MAP wajib ditandatangani oleh wajib pajak dalam negeri indonesia atau wakilnya yang sah berdasarkan ketentuan UUKUP, dan dalam hal
ditandatangani oleh kuasa, wajib dilampiri surat kuasa khusus. Permintaan tersebut harus dilampiri dengan dokumen-dokumen pendukung dan disampaikan
dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam P3B yang berlaku, yang dihitung setelah wajib pajak dalam negeri indonesia dikenakan atau akan dikenakan pajak
yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam P3B. Kepala kantor pelayanan pajak wajib meneliti kelengkapan permintaan dan melengkapi dengan dokumen-
dokumen perpajakan yang terkait yang terdapat dalam administrasi kantor pelayanan pajak, untuk selanjutnya diteruskan kepada direktur peraturan
perpajakan II paling lama dalam jangka waktu tiga puluh hari kalender sejak permintaan untuk melaksanakan MAP diterima lengkap.
204
Apabila permintaan MAP disampaikan tidak lengkap, kepala kantor pelayanan pajak memberikan surat pemberitahuan kepada wajib pajak paling lama
dalam jangka waktu lima belas hari kalender sejak permintaan untuk melaksanakan MAP diterima, yang menyatakan bahwa permintaan untuk
melaksanakan MAP tidak lengkap dan meminta wajib pajak untuk melengkapi hal-hal yang belum lengkap. direktur peraturan perpajakan II meneliti dan
mempertimbangkan permintaan untuk melaksanakan MAP tersebut. Apabila permintaan MAP dapat diproses lebih lanjut untuk dikonsultasikan dengan pejabat
204
Disarikan dari Pasal 4 ayat 2, 3, dan 4 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER - 48PJ2010.
Universitas Sumatera Utara
yang berwenang di negara mitra P3B, direktur peraturan perpajakan II mengirimkan permintaan map secara tertulis kepada pejabat yang berwenang di
negara mitra P3B.
205
a. permintaan MAP disampaikan setelah melewati batas waktu
penyampaian; Direktur peraturan perpajakan II atas nama direktur jenderal pajak
menolak permintaan untuk melaksanakan MAP, dalam hal :
b. wajib pajak dalam negeri indonesia mengajukan permohonan keberatan
kepada direktur jenderal pajak atas permasalahan yang dimintakan MAP dan tidak mencabut permohonan keberatan dimaksud; atau
c. wajib pajak dalam negeri indonesia mengajukan permohonan banding
kepada badan peradilan pajak atas permasalahan yang dimintakan MAP dan tidak mencabut permohonan Banding dimaksud;
Paling lama dalam jangka waktu lima belas hari kalender sejak permintaan untuk melaksanakan MAP diterima dari kepala kantor pelayanan pajak atau sejak
diketahui wajib pajak yang bersangkutan mengajukan permohonan keberatan kepada direktur jenderal pajak atau permohonan banding kepada badan peradilan
pajak.
206
Direktur jenderal pajak menghentikan pelaksanaan MAP dalam hal :
207
205
Disarikan dari Pasal 4 ayat 5, 6, dan 7 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER - 48PJ2010.
206
Pasal 8 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 48PJ2010.
207
Pasal 8 ayat 1 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER - 48PJ2010.
Universitas Sumatera Utara
a. wajib pajak dalam negeri indonesia atau warga negara indonesia yang
telah menjadi wajib pajak dalam negeri negara mitra P3B yang menyampaikan permintaan untuk melaksanakan MAP :
1 menyampaikan surat pembatalan permintaan MAP kepada
direktur jenderal pajak ; 2
tidak menyetujui isi rancangan persetujuan bersama ; 3
tidak memenuhi seluruh permintaan data, informasi, atau dokumen yang diperlukan oleh direktur jenderal pajak ;
4 menyampaikan informasi yang tidak benar kepada direktur
jenderal pajak ; atau b.
wajib pajak dalam negeri indonesia yang menyampaikan permintaan untuk melaksanakan MAP mengajukan permohonan keberatan kepada
direktur jenderal pajak atau permohonan banding kepada badan peradilan pajak .
Direktur jenderal pajak menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Wajib Pajak mengenai penghentian pelaksanaan MAP, paling lama dalam
jangka waktu lima belas hari kalender sejak penghentian diputuskan.
208
208
Pasal 8 ayat 2 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER - 48PJ2010.
Universitas Sumatera Utara
112
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan