Perbedaan Antara Penghindaran Pajak dan Penggelapan Pajak

83 BAB IV PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN MELALUI TRANSFER PRICING DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA

A. Perbedaan Antara Penghindaran Pajak dan Penggelapan Pajak

Wajib pajak selalu menginginkan pembayaran pajak yang kecil. Adanya keinginan wajib pajak untuk tidak mematuhi peraturan perpajakan, membuat adanya perlawanan pajak yang mereka berikan. Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi, sedangkan perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan secara langsung ditujukan kepada pemerintah fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Perusahaan akan mengupayakan cara untuk meminimumkan pembayaran pajaknya baik secara legal maupun ilegal. Penghindaran pajak secara legal disebut dengan tax avoidance, sedangkan penghindaran pajak secara ilegal disebut dengan tax evasion. 140 Pada buku-buku perpajakan, istilah tax avoidance biasanya diartikan sebagai suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan loophole ketentuan perpajakan 140 Elsa Marcelliana, “Pengaruh Cost Of Debit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012”, http:e- journal.uajy.ac.id61103EA216953.pdf, 2014. Universitas Sumatera Utara suatu negara. 141 Erly Suandy mengatakan bahwa tax avoidance adalah rekayasa tax affairs yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan. 142 Sophar Lumbantoruan mengatakan bahwa tax avoidance adalah penghindaran pajak dengan menuruti aturan yang ada. Oleh karena itu, pengelakan pajak dengan cara ini legal dan tidak perlu merasa berdosa. 143 Sedangkan menurut Christine tax avoidance merupakan no illegal action. 144 Dengan demikian, banyak ahli pajak menyatakan tax avoidance sah-sah saja legal karena tidak melanggar ketentuan perpajakan. The Asprey Comitte of Australia , seperti yang dikutip oleh Indrayagus Slamet menyatakan bahwa tax avoidance umumnya menyangkut perbuatan yang masih dalam koridor hukum tapi tidak berdasarkan “bonafide dan adequate consideration” 145 atau berlawanan dengan maksud dari pembuat undang-undang the intention of parliament. 146 Lebih lanjut A.A.Shenfield mengatakan bahwa arti kalimat “maksud dari pembuat undang-undang intension of parliament” adalah bahwa kalimat tersebut tidak bisa disimpulkan secara harfiah dari kata-kata yang ada di dalam undang- undang, karena kata-kata tersebut dapat berbeda artinya dari yang dimaksud oleh parliament . Menurut A.A.Shenfield, memang sulit untuk memahami spirit of a law sehingga kita disarankan untuk sangat berhati-hati. 147 141 James Kessler, “Tax Avoidance Purpose and Section 741 of the Taxes Act 1988”, dalam British Tax Review, 4 November 2004, hlm.377. 142 Erly Suandy, Perencanaan Pajak Jakarta: Salemba Empat, 2003, hlm.8. 143 Sophar Lumbantoruan, Akuntansi Pajak Edisi Revisi Jakarta: Grasindo, 1996, hlm.493. 144 Christine, “Tax Fraud : An Emerging Issue For Concern”, dalam Economic Business and Accounting Review Jurnal and Prosiding Volume 2, Nomor 1, Jan-Apr 2007. 145 Indrayagus Slamet, “Tax Planning, Tax Avoidance, dan Tax Evasion di Mata Perpajakan Indonesia”, dalam Inside Tax, Edisi Perkenalan, September 2007, hlm.8. 146 James Kessler, Loc.Cit. 147 Ibid., hlm.387. Universitas Sumatera Utara Menurut James Kessler pengertian tax avoidance ada dua jenis sebagaimana ditegaskan juga oleh Roy Rohatgi, yang dikutip oleh Danny Septriadi dan Darussalam, bahwa di banyak negara penghindaran pajak dibagi menjadi penghindaran pajak yang diperbolehkan acceptable tax avoidancetax planning tax mitigation dan yang tidak diperbolehkan unacceptable tax avoidance . 148 Komentar yang sama juga datang dari Brian J. Arnold dalam artikelnya berjudul The Canadian Anti Avoidance Rule mengatakan bahwa apabila tujuan utamanya semata-mata hanya untuk menghindari pajak, dan transaksi tersebut tidak akan dilakukan jika bukan untuk menhindari pajak, maka itu disebut sebagai unacceptable tax avoidance. 149 Judith Freedman juga mengatakan bahwa kadang-kadang unacceptable tax avoidance tersebut dilakukan dengan cara merekayasa transaksi-transaksi yang sedemikian kompleksnya dan tidak memiliki tujuan usaha yang baik no commercial business purpose , maka itulah yang disebut sebagai aggressive tax avoidance yang dilarang oleh hakim pengadilan pajak dan otoritas pajak. 150 Berbeda dengan unacceptable tax avoidance,acceptable tax avoidance mempunyai karakteristik sebagai berikut : 151 a. memiliki tujuan usaha yang baik b. bukan semata-mata untuk menghindari pajak c. sesuai dengan spirit intention of parliament 148 John Hutagaol, Darussalam, dan Danny Septriadi, Kapita Selekta Perpajakan Jakarta: Salemba Empat, 2006, hlm.271. 149 Indrayagus Slamet, Op.Cit., hlm.10. 150 Judith Freedman, “Defining Tax Payer Responsibility : In Support of a General-Anti Avoidance Principle”, dalam British Tax Review, 2004, hlm.334. 151 Indrayagus Slamet, Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara d. tidak melakukan transaksi yang direkayasa. Istilah penghindaran pajak tax avoidance berbeda dengan penggelapan pajak tax evasion. Padatax evasion, upaya wajib pajak untuk mengurangi pembayaran pajak yang terutang dilakukan dengan melanggar ketentuan pidana dalam undang-undang di bidang perpajakan. 152 Paulus Merks mendefinisikan tax evasion sebagai “… the general term for efforts by taxpayers to migitate taxes by illegal means”. 153 Michael J. Mclntyre dalam International Tax Primer mendefinisikan tax evasion sebagai upaya mengurangi beban pajak dengan cara yang illegal, yang biasanya dengan cara tidak melaporkan Lebih lanjut, dokumen OECD Report on International Tax Avoidance and Evasion tahun 1987 menyebutkan ruang lingkup tax evasion, yaitu: An action by the taxprayer which entails breaking the law and which moreover can be shown to have been taken with the intention of escaping payment of tax.… Within tax evasion, a distinction is sometimes made between the less serious offence of mission, such as the failure to submit complete returns of income and more serious offense such as false declaration or fake invoices. 152 Ketentuan pidana untuk jenis pajak PPh dan PPN diatur dalam UU KUP. Sementara itu, untuk jenis Pajak Bumi dan Bangunan PBB, ketentuan pidananya terdapat dalam UU PBB. Selanjutnya, ketentuan pidana untuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur dalam UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 153 Paulus Merks, “Defining International Tax Planning, Avoidance and Evasion”, dalam Fundamentals of International Tax Planning, 2007, hlm.49. Universitas Sumatera Utara penghasilan atau penipuan yang disengaja willful deceit. 154 Frans Vanistendael memberikan definisi tax evasion sebagai tindakan melanggar hukum dan dikenakan sanksi pidana, yang kegiatannya meliputi pemalsuan dokumen, membuat pembukuan ganda keeping parallel accounts , tidak melaporkan penghasilan, menyelundupkan atau menyembunyikan barang atau kekayaan smuggling or dissimulating goods or assets . 155 Menurut McGee, tax evasion akan membawa akibat, dana pajak yang seharusnya diterima negara untuk membangun fasilitas umum, membiayai kegiatan pemerintahan tidak sampai pada negara, sehingga akan menghambat pembangunan, hak rakyat miskin untuk memperoleh subsidi dari negara tidak bisa wujudkan. Banyak hal yang terhambat karena dana dari pembayaran pajak tidak masuk keuangan negara. 156 Dari pengertian di atas, dapat disarikan bahwa yang membedakan tax avoidance dan tax evasion adalah apakah upaya penghematan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak bertentangan dengan undang-undang atau tidak. 157 154 Michael J. Mclntyre dan Brian J. Arnold, International Tax Primer Den Haag: Kluwer Law International, 2000, hlm.1167. 155 Frans Vanistendael, “Tax Avoidance and The Rule of Law”, dalam Graeme S. Cooper, IBFD, 1997, hlm.131. 156 Robert McGee,“Is tax Evasion Unethical”, dalam Kansas Law Review, Volume 42,No.2, 1994, hlm.411–435. 157 John Hutagaol dan Wilson Tobing, “SAAR dan GAAR Dalam Menangkal Penghindaran Pajak”, dalam Inside Tax, Edisi Perkenalan, September 2007, hlm.16. Tax avoidance bukan merupakan pelanggaran karena menggunakan celah-celah hukum yang bisa digunakan untuk mengurangi Universitas Sumatera Utara pajak. Tax evasion merupakan kegiatan yang melanggar hukum, khususnya undang-undang pajak, undang-undang pidana serta perdata. 158

B. Sanksi Penghindaran Pajak Melalui Transfer Pricing