Kesimpulan Saran Penghindaran Pajak Penghasilan Melalui Transfer Pricing Dalam Perspektif Hukum Perpajakan Di Indonesia

112 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hukum pajak penghasilan di Indonesia diatur dalam undang-undang nomor 7 tahun 1983 yang diubah terakhir dengan undang-undang nomor 36 tahun 2008. Dalam perkembangannya, hukum pajak di Indonesia terus mengalami penyempurnaan baik dari segi pengaturan maupun substansinya, diantaranya terhadap subjek pajak, objek pajak, penghasilan tidak kena pajak, dan fasilitas perpajakan bagi UMKM. Bahkan, UU PPh terbaru telah mengatur mengenai pencegahan praktik penghindaran pajak. 2. Mekanisme penghindaran pajak melalui transfer pricing dilakukan dengan mengalihkan penghasilan atau biaya dengan tidak wajar. Ketidakwajaran tersebut dapat terjadi pada harga penjualan, harga pembelian, alokasi biaya administrasi dan umum, pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham, pembayaran royalti, pembayaran komisi, imbalan atas jasa manajemen dan jasa lainnya, pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham, penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang tidak mempunyai substansi usaha, hingga penjualan atau pembelian saham. 3. Penghindaran pajak penghasilan melalui transfer pricing dalam perspektif hukum perpajakan di Indonesia adalah tidak dibenarkan.UU PPh, UU KUP, Universitas Sumatera Utara hingga peraturan-peraturan dirjen pajaktelah memberikan banyak pedoman terkait pencegahan penghindaran pajak melalui transfer pricing. Peraturan- peraturan dalam OECD sebagai organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan juga telah banyak diadopsi demi meminimalisir terjadinya praktik penghindaran pajak melalui tramsfer pricingdi Indonesia.

B. Saran

Melihat berbagai kondisi yang ada, melalui tulisan ini diajukan beberapa saran, yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 telah banyak mengalami perubahan dari versi terdahulunya, salah satunya mengenai penurunan tarif pajak PPh badan menjadi 25. Namun, sebagian kalangan menganggap bahwa penurunan tarif pajak PPh badan tidak signifikan dan dianggap kurang menarik minat investor untuk mau berinvestasi di Indonesia. Bila dibandingkan dengan Singapura yang hanya 17, jelas tarif pajak PPh badan di Indonesia masih tergolong tinggi sehingga diharapkan untuk dapat menurunkan tarif pajak PPh badan di kemudian hari demi meningkatkan iklim investasi di Indonesia. 2. Skema penghindaran pajak yang dikenal saat ini terus berkembang setiap waktu, sehingga diperlukan peraturan yang dinamis yang dapat dengan cepat mengantisipasi dan memberikan solusi. Diharapkan kepada aparat terkait untuk terus meningkatkan pengawasan terhadap praktik penghindaran Universitas Sumatera Utara pajakagar tidak terjadi kelengahan terhadap upaya wajib pajak dalam mengurangi pajak yang harus dibayarkan kepada negara. 3. Perlu adanya perbaikan dalam peraturan perundang-undangan kita yang belum memberikan definisi yang jelas mengenai tax planning, aggressive tax planning , acceptable tax avoidance, dan unacceptable tax avoidance. Diharapkan dengan pengaturan yang lebih konkrit, tidak terjadi penafsiran yang berbeda antara wajib pajak dengan aparat pajak. Selain itu, baik UU PPh, UU KUP, maupun peraturan-peraturan dirjen pajak belum mengatur secara eksplisit mengenai sanksi terhadap praktik penghindaran pajak, yang ada hanyalah pencegahannya. Oleh karena itu, perlu kiranya untuk memperbaiki maupun menambah peraturan terkait sanksi penghindaran pajak di Indonesia. Universitas Sumatera Utara 18 BAB II HUKUM PAJAK PENGHASILAN DI INDONESIA

A. Asas-Asas Hukum dalam Perpajakan