Hubungan Istimewa Penghindaran Pajak Penghasilan Melalui Transfer Pricing Dalam Perspektif Hukum Perpajakan Di Indonesia

Harga transfer adalah penentuan dari harga pertukaran pada saat unit- unit bisnis yang berbeda di dalam suatu perusahaan bertukar produk atau jasa. Produk-produk tersebut mungkin merupakan produk akhir yang dapat dijual pada pelanggan luar atau produk menengah yang merupakan komponen produk akhir. 2. Pengertian peyoratif a. Charles T. Horngen dan Gary L. Sundem Transfer prices are the amount charged by one segment of an organization for a product that it supplies to another segment of the same organization in multinational companies, transfer prices are used to minimize worldwide income taxes and import duties. b. Gunadi Harga transfer adalah suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara. c. Rochmat Soemitro Harga transfer adalah suatu perbuatan pemberian harga faktur invoice pada barang-barang juga jasa-jasa yang diserahkan antar bagian cabang suatu perusahaan multinasional.

B. Hubungan Istimewa

Perlakuan transfer pricing relevan jika para pihak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. Diperlukan suatu kehati-hatian ketika otoritas pajak Universitas Sumatera Utara melakukan enforcement dalam kasus transfer pricing. Otoritas pajak harus punya alasan kuat untuk mengatakan bahwa para pihak telah melakukan transfer pricing untuk tujuan penghindaran. Sebelum membuktikan adanya transfer pricing untuk penghindaran pajak, pertama harus dibuktikan terlebih dahulu bahwa para pihak terdapat hubungan istimewa. 84 Hubungan istimewa dapat dibagi menjadi : 85 1. Hubungan istimewa menurut UU PPh Hubungan istimewa diatur dalam Pasal 18 ayat 3, 3a, dan 4 UU PPh, yang menyatakan sebagai berikut : 86 a. Direktur jenderal pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya. Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadi penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya. Bila demikian, 84 Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.17. 85 Ibid. 86 Erly Suandy, Op.Cit., hlm.64. Universitas Sumatera Utara direktur jenderal pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan danatau biaya sesuai dengan keadaan seandainya di antara para wajib pajak tersebut tidak terdapat hubungan istimewa. Penentukan kembali jumlah penghasilan danatau biaya tersebut menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen comparable uncontrolled price method , metode harga penjualan kembali resale price method , metode biaya-plus cost-plus method, atau metode lainnya seperti metode pembagian laba profit split method dan metode laba bersih transaksional transactional net margin method. Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan menyatakan penyertaan modal tersebut sebagai utang maka direktur jenderal pajak berwenang untuk menentukan utang tersebut sebagai modal perusahaan. Penentuan tersebut dapat dilakukan, misalnya melalui indikasi mengenai perbandingan antara modal dan utang yang lazim terjadi di antara para pihak yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa atau berdasar data atau indikasi lainnya. 87 b. Direktur jenderal pajak berwenang melakukan perjanjian dengan wajib pajak dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat 4, yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir. 87 Penjelasan Pasal 18 ayat 3 UU PPh. Universitas Sumatera Utara Kesepakatan harga transfer Advance Pricing AgreementAPA adalah kesepakatan antara wajib pajak dan direktur jenderal pajak mengenai harga jual wajar produk yang dihasilkannya kepada pihak- pihak yang mempunyai hubungan istimewa related parties dengannya. Tujuan diadakannya APA adalah untuk mengurangi terjadinya praktik penyalahgunaan transfer pricing oleh perusahaan multinasional. Persetujuan antara wajib pajak dan direktur jenderal pajak tersebut dapat mencakup beberapa hal, antara lain harga jual produk yang dihasilkan, dan jumlah royalti dan lain-lain, tergantung pada kesepakatan. 88 Keuntungan dari APA selain memberikan kepastian hukum dan kemudahan penghitungan pajak, fiskus tidak perlu melakukan koreksi atas harga jual dan keuntungan produk yang dijual wajib pajak kepada perusahaan dalam grup yang sama. APA dapat bersifat unilateral, yaitu merupakan kesepakatan antara direktur jenderal pajak dengan wajib pajak atau bilateral, yaitu kesepakatan direktur jenderal pajak dengan otoritas perpajakan negara lain yang menyangkut wajib pajak yang berada di wilayah yurisdiksinya. 89 Kondisi yang menyebabkan direktur jenderal pajak dapat meninjau atau membatalkan APA atau kondisi lainnya harus dicantumkan dalam APA. APA tidak menghalangi direktur jenderal pajak melaksanakan pemeriksaan pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Buku, catatan, dokumen, atau informasi yang 88 Penjelasan Pasal 18 ayat 3 huruf a UU PPh. 89 Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara disampaikan oleh wajib pajak dalam pembentukan APA merupakan kerahasiaan wajib pajak yang tidak dapat diungkapkan kepada pihak lain sebagaimana dimasud dalam Pasal 34 UU KUP. 90 c. Hubungan istimewa dianggap ada, apabila : 1 wajib pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25 dua puluh lima persen pada wajib pajak lain; hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan paling rendah 25 dua puluh lima persen pada dua wajib pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua wajib pajak atau lebih yang disebut terakhir; 2 wajib pajak menguasai wajib pajak lainnya atau dua atau lebih wajib pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau 3 terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus danatau ke samping satu derajat. Hubungan istimewa di antara wajib pajak dapat terjadi karena ketergantungan atau keterikatan satu dengan yang lain yang disebabkan oleh kepemilikan atau penyertaan modal, adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi, dan adanya hubungan darah atau perkawinan. 91 90 Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.128. 91 Penjelasan Pasal 18 ayat 4 UU PPh. Universitas Sumatera Utara Hubungan istimewa dianggap ada apabila terdapat hubungan kepemilikan yang berupa penyertaan modal sebesar 25 dua puluh lima persen atau lebih secara langsung ataupun tidak langsung. Misalnya, PT A mempunyai 50 lima puluh persen saham PT B. Pemilikan saham oleh PT A merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya, apabila PT B mempunyai 50 lima puluh persen saham PT C, PT A sebagai pemegang saham PT B secara tidak langsung mempunyai penyertaan pada PT C sebesar 25 dua puluh lima persen. Bila demikian, antara PT A, PT B, dan PT C dianggap terdapat hubungan istimewa. Apabila PT A juga memiliki 25 dua puluh lima persen saham PT D, antara PT B, PT C, dan PT D dianggap terdapat hubungan istimewa. Hubungan kepemilikan seperti di atas dapat juga terjadi antara orang pribadi dan badan. 92 Hubungan istimewa di antara wajib pajak dapat juga terjadi karena penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi walaupun tidak terdapat hubungan kepemilikan. Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan berada di bawah penguasaan yang sama. Demikian juga hubungan di antara beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan yang sama tersebut. 93 92 Penjelasan Pasal 18 ayat 4 huruf a UU PPh. 93 Penjelasan Pasal 18 ayat 4 huruf b UU PPh. Misalnya, Mr X menjabat sebagai direktur H Ltd dan PT J. Walaupun antara H Ltd dan PT J dianggap tidak ada faktor kepemilikan atau penyertaan modal, tetapi antara H Ltd dan PT J Universitas Sumatera Utara dianggap ada hubungan istimewa karena Mr X menjadi manajemen direktur di kedua perusahaan tersebut. 94 Hubungan istimewa karena faktor teknologi dapat terjadi, misalnya PT P bergerak dalam bidang industri mobil. Walaupun PT P dapat memproduksi mobil, tetapi komponen utama berupa mesin hanya diproduksi oleh Q Ltd. Dengan demikian, secara teknologi antara PT P dan Q Ltd terdapat hubungan istimewa karena faktor teknologi, yaitu mobil yang diproduksi oleh PT P sangat terpengaruh dengan mesin yang dihasilkan Q Ltd. 95 Yang dimaksud dengan “hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat” adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan “hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan ke samping satu derajat” adalah saudara. Yang dimaksud dengan “keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat” adalah mertua dan anak tiri, sedangkan “hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan ke samping satu derajat” adalah ipar. 96 2. Hubungan istimewa menurut persetujuan penghindaran pajak berganda Pajak berganda dapat dibedakan menjadi pajak berganda nasional dan pajak berganda internasional. Pajak berganda nasional national double taxation adalah pajak yang dikenakan lebih dari satu kali terhadap objek yang sama oleh suatu negara. Pajak berganda internasional international double taxation adalah pajak yang dikenakan lebih dari satu kali terhadap objek yang sama oleh lebih dari 94 Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.19. 95 Ibid. 96 Penjelasan Pasal 18 ayat 4 huruf c UU PPh. Universitas Sumatera Utara satu negara. Untuk menghindari pajak berganda internasional maka diadakan perjanjian penghindaran pajak berganda. 97 Apabila suatu negara mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda P3B dengan negara lain, maka pengertian hubungan istimewa associated enterprises mengacu pada definisi hubungan istimewa yang diatur dalam P3B tersebut. Organisation for Economic Co-operation and Development selanjutnya disebut sebagai OECD Model dan United Nationselanjutnya disebut sebagai UN Model, sebagai model yang sering dijadikan acuan negara- negara di dunia dalam membuat P3B mengatur mengenai hubungan istimewa di Pasal 9. 98 Pada intinya kedua model P3B tersebut menyatakan bahwa hubungan istimewa timbul dalam hal berikut : 99 a. suatu perusahaan dan suatu negara pihak pada persetujuan, baik secara langsung maupun tidak langsung turut serta dalam manajemen, pengawasan atau modal suatu perusahaan dari negara pihak pada persetujuan lainnya. b. Orang dan badan yang sama, baik secara langsung ataupun tidak langsung turut serta dalam manajemen, pengawasan atau modal suatu perusahaan di negara pihak pada persetujuan dan suatu perusahaan serta negara pihak lainnya pada persetujuan model P3B tidak menyebut secara jelas besarnya penyertaan modal. Dengan demikian, besarnya 97 Erly Suandy, Op.Cit., hlm.255. 98 Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.20. 99 Ibid. Universitas Sumatera Utara penyertaan modal yang dianggap menimbulkan hubungan istimewa tunduk pada undang-undang domestik masing-masing negara. 3. Hubungan istimewa menurut standar akuntansi keuangan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK Nomor 7, pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Pengendalian dapat terjadi melalui kepemilikan langsung anak perusahaan dengan lebih dari setengah hak suara dari suatu perusahaan, atau adanya kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian. 100 Lebih lanjut dalam PSAK Nomor 7 disebutkan pula cakupan hubungan istimewa meliputi pula : 101 a. perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara intermediaries, mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor termasuk holding companies, subsidiaries, dan fellow subsidiaries. b. perusahaan asosiasi associated company. c. perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di eprusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari 100 Ibid. 101 Ibid., hlm.21 Universitas Sumatera Utara perorangan tersebut yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan memengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor. d. karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris,direksi, dan manajer dari perusahaan, serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut. e. perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam c datau d, atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.

C. Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha