pajak. Tax evasion merupakan kegiatan yang melanggar hukum, khususnya undang-undang pajak, undang-undang pidana serta perdata.
158
B. Sanksi Penghindaran Pajak Melalui Transfer Pricing
Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundangan perpajakan norma perpajakan akan ditaati atau dipatuhi. Dengan kata lain,
sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Pada undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi,
yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma dapat dikenai sanksi administrasi, sanksi pidana, atau sanksi administrasi
dan sanksi pidana.
159
Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya berupa bunga dan kenaikan. Menurut ketentuan dalam undang-undang
perpajakan terdapat tiga macam sanksi administrasi, yaitu denda, bunga, dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan. Sanksi
pidana merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.
160
Terdapat tiga macam sanksi pidana yaitu denda pidana, kurungan, dan penjara.
161
Terhadap penghindaran pajak, upaya pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan pajak tax compliance, seperti penerapan sunset policy, tidak
diimbangi dengan pengaturan yang komprehensif terhadap skema-skema
158
Darussalam dan Danny Septriadi, “Tax Avoidance, Tax Planning, Tax Evasion, dan Anti Avoidance Rule”, dalam Danny Darussalam Tax Center, Januari 2009.
159
Erly Suandy, Op.Cit., hlm.155.
160
Ibid.
161
Ibid., hlm.157.
Universitas Sumatera Utara
penghindaran pajak. Perlu dicatat bahwa UU PPh amandemen ke IV undang- undang nomor 36 tahun 2008, memang menambah beberapa ayat pada Pasal 18
yang mengidentifikasi beberapa skema penghindaran pajak baru. Namun, anti- avoidancerules
yang telah lebih dulu ada, seperti thin capitalization dan CFC tidak mengalami perubahan. Hal yang sama juga terjadi terhadap definisi
hubungan istimewa. Hal ini dapat menimbulkan kerugian bagi negara, karena pengaturan-pengaturan tersebut dapat dengan mudah diantisipasi oleh wajib
pajak.
162
Anti avoidance rules yang terdapat dalam Pasal 18 UU PPh antara lain :
163
1. Thin capitalization
Thin capitalization adalah pengaturan mengenai penentuan rasio modal
dan hutang untuk kepentingan perpajakan. Pengaturan mengenai thin capitalization
dilakukan pertama kali dalam Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983. Pasca amandemen ke-IV UU PPh, pengaturannya tetap
tidak berubah.Pasal 18 ayat 1 UU PPh mengatur bahwa :
164
Undang-undang ini memberi wewenang kepada menteri keuangan untuk memberi keputusan tentang besarnya perbandingan antara utang dan modal
perusahaan yang dapat dibenarkan untuk keperluan penghitungan pajak. menteri keuangan
berwenang mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan pajak berdasarkan
undang-undang ini.
162
Adrianto Dwi Nugroho, “Anti-Avoidance Rules Di Indonesia Pasca Amandemen UU Pajak Penghasilan”, dalam Mimbar Hukum, Volume 21, Februari 2009, hlm.109.
163
Ibid., hlm.112.
164
Pasal 18 ayat 1 UU PPh.
Universitas Sumatera Utara
Padadunia usaha terdapat tingkat perbandingan tertentu yang wajar mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal debt to equity ratio. Apabila
perbandingan antara utang dan modal sangat besar melebihi batas-batas kewajaran, pada umumnya perusahaan tersebut dalam keadaan tidak sehat. Bila
demikian, untuk penghitungan penghasilan kena pajak, udang-undang ini menentukan adanya modal terselubung.
165
2. Controlled Foreign Corporation
CFC Pengaturan mengenai CFC dimaksudkan untuk memberikan kewenangan
kepada negara untuk memungut pajak atas penghasilan yang diterima wajib pajaknya melalui badan asing yang berada dibawah kontrol wajib pajak tersebut,
dimana pelaksanaan kontrol tersebut memungkinkan wajib pajak tersebut untuk menunda pendistribusian penghasilan oleh badan asing tersebut, sehingga akan
menunda pula pembayaran pajaknya, bahkan sampai waktu yang tidak ditentukan.
166
Di Indonesia, pengaturan tentang CFC pertama kali dilakukan pada amandemen ke-II UU PPh UU Nomor 10 tahun 1994. Sama seperti pengaturan
thin capitalization , pengaturannya pasca amandemen ke-IV UU PPh tidak
berubah.
167
UU PPh mengatur bahwa:
168
165
Penjelasan Pasal 18 ayat 1 UU PPh.
166
Adrianto Dwi Nugroho,Loc.Cit.
167
Ibid.,, hlm.115.
168
Pasal 18 ayat 2 UU PPh.
menteri keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen oleh wajib pajak dalam negeri atas
penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek, dengan ketentuan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. besarnya penyertaan modal wajib pajak dalam negeri tersebut paling
rendah 50 lima puluh persen dari jumlah saham yang disetor; atau b.
secara bersama-sama dengan wajib pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan modal paling rendah 50 lima puluh persen dari jumlah
saham yang disetor. 3.
Interest stripping Pengaturan interest stripping ini serupa dengan thin capitalizationrule.
Kedua skema tersebut dilakukan secara lintas batas dan dipicu oleh perbedaan perlakuan pajak atas dividen dan bunga. Namun demikian, interest stripping lebih
menekankan pada adanya dugaan penyertaan modal yang teselubung oleh pihak- pihak yang mempunyai hubungan istimewa, yang diindikasikan dengan adanya
pembayaran bunga yang eksesif dan tidak lazim terjadi antara para pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.
Pengaturan interest stripping pertama kali dilakukan dalam UU Nomor 7 Tahun 1983 dan tidak mengalami perubahan sampai amandemen ke-IV. UU PPh
mengatur bahwa :
169
169
Pasal 18 ayat 3 UU PPh.
direktur jenderal pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal
untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya sesuai dengan
kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen,
metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Apabila
terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadi penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya melebihi dari yang
seharusnya. Bila demikian, direktur jenderal pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan danatau biaya sesuai dengan keadaan seandainya
di antara para wajib pajak tersebut tidak terdapat hubungan istimewa. Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan
menyatakan penyertaan modal tersebut sebagai utang maka direktur jenderal pajak berwenang untuk menentukan utang tersebut sebagai modal perusahaan. Dengan
demikian, bunga yang dibayarkan sehubungan dengan utang yang dianggap sebagai penyertaan modal itu tidak diperbolehkan untuk dikurangkan, sedangkan
bagi pemegang saham yang menerima atau memperoleh bunga tersebut dianggap sebagai dividen yang dikenai pajak.
170
4. Conduit company
Pembentukan conduit company dilakukan untuk memperoleh manfaat yang terdapat dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Beganda P3Btax treaties.
Perlu dicatat bahwa umumnya tax treaties memberikan pengurangan tarif pajak pemotongan atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti. Sebagai contoh,
pembayaran dividen atas penyertaan saham yang dilakukan wajib pajak dalam negeri pada perusahaan yang juga wajib pajak dalam negeri dengan presentase
penyertaan kurang dari 25 dan dividen tersebut tidak berasal dari cadangan laba
170
Penjelasan Pasal 18 ayat 3 UU PPh.
Universitas Sumatera Utara
yang ditahan akan dikenai withholding tax sebesar 15 dari jumlah bruto dividen.
171
Sementara itu, tarif yang terdapat dalam tax treaties, sebagai contoh, antara Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda ditetapkan sebesar 10.
172
Di Indonesia, pengaturan mengenai conduit company baru pertama kali dilakukan pada amandemen ke-IV UU PPh. UU PPh mengatur bahwa :
Hal ini memicu wajib pajak dalam negeri tersebut membentuk perusahaan di Belanda atau menggunakan perusahaan lain yang sudah ada selama ada
hubungan istimewa dengan maksud untuk membeli saham atau aktiva lain di perusahaan wajib pajak dalam negeri lainnya, agar tarif yang lebih rendah 10
dapat dicapai.
173
5. International hiring-out of labor
wajib pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain
atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian special purpose company, dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut
sepanjang wajib pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga.
Berbeda dengan skema-skema penghindaran pajak seelumnya, international hiring-out of labor
ditujukan khusus kepada wajib pajak badan yang memberikan kontrak pekerjaan. Namun demikian, di Indonesia, pengaturan ini
ditujukan kepada wajib pajak orang pribadi dalam hal ini karyawan, walaupun
171
Pasal 23 ayat 1 huruf a angka 1UU PPh.
172
Pasal 10 ayat 2 Agreement between the Government of the Kingdom of the Netherlands and the Government of the Republic of Indonesia for the Avoidance of Double
Taxation and the Prevention of Fiscal Evasion with respect to Taxes and Income, 2002, IBFD.
173
Pasal 18 ayat 3b UU PPh.
Universitas Sumatera Utara
menggunakan skema yang sama. Sama seperti skema conduit company, penghindaran pajak ini bertujuan untuk memperoleh manfaat tax treaties semata.
UU PPh mengatur bahwa :
174
6. Hubungan istimewa
Besarnya penghasilan yang diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi kerja yang memiliki hubungan
istimewa dengan perusahaan lain yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja
mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan
kepada perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.
Pengaturan mengenai interest stripping, conduit company, dan international hiring-out of labour
mensyaratkan adanya hubungan istimewa. Pengaturan mengenai hubugan istimewa pertama kali dilakukan pada Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 dan tidak mengalami perubahan substansial sampai dengan amandemen ke-IV.
175
Peraturan diatas merupakan upaya-upaya pencegahan terhadap praktik penghindaran pajak. Sebagai praktik yang tidak melanggar kaidah hukum apapun,
memang sulit untuk menetapkan sanksi bagi pelaku penghindaran pajak. Bila dikaji dari kasus PT Adaro Energy Tbk,
176
174
Pasal 18 ayat 3 huruf d UU PPh.
175
Mengenai hubungan istimewa dapat dirujuk pada Bab III huruf b.
176
Dibahas pada Bab III subbab ke-V.
pada akhirnya penyelidikankasus tersebut dihentikan oleh Kejagung karena kurangnya bukti dan lolos pula dari
penyelidikan DPR setelah sembilan fraksi di DPR menolak penyelidikan dugaan
Universitas Sumatera Utara
transfer pricing yang dilakukan PT Adaro Indonesia. Padahal, jelas PT Adaro
Energy Tbk melakukan penjualan dengan harga yang rendah kepada perusahaan afliasinya di Singapura untuk dijual kembali dengan harga yang tinggi. Hal ini
telah diatur dalam UU PPh tentang hubungan istimewa bahwa direktur jenderal pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan danatau biaya
sesuai dengan keadaan. Namun, terhadap pihak-pihak yang dengan jelas mencoba melakukan praktik tersebut, tidak diatur secara jelas sanksinya. Berbeda halnya
dengan penghindaran pajak, ketentuan penggelapan pajak beserta sanksinya telah diatur jelas pada UU KUP yang mencakup :
177
a. tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak atau PKP Pengusaha Kena
Pajak dan penyalahgunaan NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
b. kesengajaan tidak menyampaikan SPT, atau menyampaikan tetapi tidak
benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang tidak benar; c.
kealfaan tidak menyampaikan SPT, atau atau menyampaikan tetapi tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang tidak benar,
kecuali untuk yang pertama kali; d.
menolakmenghambat proses pemeriksaan; e.
Pemalsuan dokumen perpajakan; f.
tidak menyelenggarakan pembukuan; g.
penggelapan pajak; h.
penyertaan dan percobaan tindak pidana pajak.
177
Disarikan dari Pasal 39-44B UU KUP.
Universitas Sumatera Utara
Semua perbuatan tersebut harus memenuhi unsur menimbulkan kerugian pada keuangan negara. Berdasarkan uraian diatas, jenis tindak pidana pajak yang
diatur di Indonesiatidak mencakup perbuatan penghindaran pajak sehingga penghindaran pajak melalui transfer pricing sesungguhnya tidak dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana. Apalagi bila dihubungkan dengan pendapat Y. Sri Pudyatmoko terhadap unsur-unsur dari tindak pidana perpajakan, yaitu
tidak dilaksanakannya perbuatan yang diwajibkan, berada dalam kaitannya dengan masalah pajak, dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, secara
melawan hukum, dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
178
Meskipun beberapa ahli perpajakan berpendapat bahwa transaksi transfer pricing
bukanlah suatu tindak pidana, namun menurutJun Cai, oleh karena transfer pricing
terebut dilakukan dengan berbagai modus dan menimbulkan penurunan pendapatan negara yang dapat diartikan merugikan negara, maka
perbuatan tersebut dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam Pasal 38 dan Pasal 39 ayat 1 UU KUP. Transfer pricing yang masuk ranah
hukum pajak tersebut diatur secara khusus lex specialis, sehingga akan tidak relevan jika dijerat dengan ketentuan umum dalam KUHP, demikian pula jika
dijerat dengan undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi. perbuatan penghindaran pajak tidak memenuhi unsur “secara melawan hukum”
sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai suatu tindak pidana.
179
Pada peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, belum ada definisi yang jelas mengenai tax planning, aggressive tax planning, acceptable tax
178
Simon Nahak, Op.Cit., hlm.118.
179
Penyalahgunaan Transfer Pricing, http:baltyra.com20100526penyalahgunaan- transfer-pricing diakses pada tanggal 7 Januari 2016.
Universitas Sumatera Utara
avoidance , dan unacceptable tax avoidance. Dengan demikian, dalam praktiknya
sering menimbulkan penafsiran yang berbeda antara wajib pajak dengan aparat pajak. Wajib pajak dan aparat pajak tentu akan memberikan penafsiran sendiri-
sendiri yang menguntungkan mereka, sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. Dari sudut pandang wajib pajak, tentu akan berpendapat sepanjang skema
penghindaran pajak yang mereka lakukan tidak dilarang dalam peraturan perundang-undangan perpajakan tentu sah-sah saja. Akan tetapi, di sisi lain,
pemerintah tentu juga berkepentingan bahwa jangan sampai suatu ketentuan perpajakan disalahgunakan oleh wajib pajak untuk semata-mata tujuan
penghindaran pajak yang akan merugikan negara.
180
Adanya ketentuan transfer pricing yang jelas mendorong wajib pajak untuk melakukan praktik transfer pricing sesuai dengan ketentuan. Dari sisi
otoritas pajak, ketentuan transfer pricing yang jelas memberikan kepastian hukum dan penyelesaian masalah transfer pricing.
181
C. Penyelesaian Sengketa Transfer Pricing