Pendekatan metode terserah gurunya masing-masing, karena anak-anak aksel itu cepat, maka pendekatan metodenya dipilih
yang tepat, supaya mereka nyambungnya cepat, gurunya sendiri yang memilih metode yang akan digunakan.
Masih berkenaan dengan metode mengajar, Hj. Eni Subekti, M.Pd mengungkapkan:
Metode yang digunakan selama ini ya mengikuti apa yang diinginkan siswa, jika anak yang cepat ya kita ikuti cepat, jadi
jangan sampai menghambat kemauan mereka. Kemudian kita pelayanannya ekstra, karena memang anak itu harus diikuti
sampai dimana dia, jadi kita tidak boleh marah jika bilang belum jelas ya belum jelas, dan mereka boleh kok mengganti
guru, misalnya bunda aku tidak suka diajar oleh bapakibu itu, nanti dengan pertimbangan guru lain, kalau masih bisa ya kita
arahkan supaya dia masih tetap mengkuti pelajaran dari bapak ibu guru tersebut, tetapi jika tidak bisa ya tidak masalah untuk
mengganti guru, tetapi dirapatkan dulu baru diganti, itu juga pernah terjadi kok, tetapi harus bisa menerima, jadi mengajar
diaksel itu kita harus selalu siap untuk diganti, kalau memang cara kita tidak pas buat mereka, karena memang mereka ya
bayarnya beda, kemudian pastinya minta dilatanin yang berbeda pula.
Bardasarkan uraian di atas nampak bahwa program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan telah berusaha memberikan satu
bentuk pelayanan kepada anak berbakat dengan menggunakan metode belajar yang lebih bervariatif, tepat sesuai dengan siswa
yang diajar, mengikuti dengan kemamuan siswa serta mampu membuat siswa aktif.
e. Media Belajar
Media pembelajaran yang digunakan di kelas akselerasi ada perbedaan dengan yang digunakan di kelas regular, misalnya di
setiap kelas akselerasi dilengkapi dengan TV, VCD Player. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang diungkapkan oleh Hj. Siti
Budayah, S. Pd: Ada, saya ambil contoh TIK, kalau regular itu satu komputer
atau satu laptop untuk tiga siswa, tetapi kalau akselerasi satu komputer untuk satu siswa, kemudian di setiap kelas aksel
dilengkapi dengan TV, CD, hal ini dimaksudkan bagi setiap guru yang ingin memberikan materi lewat CD, maka tinggal
pijit aja. Nuansa belajar mereka harus baru tidak seperti regular gitu, nuansanya harus berbeda, harus ada inovasi-inovasi yang
baru.
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Hj. Eni Subekti, M.Pd:
Dintaranya ada TV, VCD, ada juga laptop, khusus untuk laptop karena saat itu laptop pernah diletakan di kelas, karena anaknya
memang pinter dan rasa ingin tahunya tinggi, ya di otak-atik2 ya terpaksa kami cabut karena yang seharusnya tidak dia klik
dia klik, saking pinternya ya jadi rusak, sekarang ketika kita butuhkan baru kita bawa ke atas, ya karena penyimpangan itu
tadi.
Berdasarkan uraian data di atas diketahui bahwa penerapan program kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan
menyediakan media belajar secara khusus untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar siswa berbakat di kelas akselerasi, hal
tersebut untuk mempermudah proses pembelajaran dan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan belajar siswa, hal tersebut juga
untuk membantu kegiatan guru di dalam proses belajar mengajar.
f. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri
bagi proses belajar, sebaliknya lingkungan yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Dari
hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa SMPN 3 Tangerang Selatan telah berupaya untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi siswa kelas akselerasi. Ini dapat dilihat ketika peneliti mengunjungi ruang kelas akselerasi terdapat AC, TV,
VCD dan beberapa alat untuk mendukung mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd:
Yang pasti lingkungan belajarnya harus kondusif, mereka duduknya sendiri-sendiri, ruangan kelasnya ber-AC, kemudian
mereka harus mandiri, tidak ada yang kerja sama ketika ada ulangan.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Takriyah Agustina, S.Pd:
Lingkungan belajar yang membuat anak nyaman, karena anak aksel itu kan berbeda dengan anak regular, jadi lingkungannya
harus lebih kondusif, agar mereka merasa lebih nyaman, agar mereka juga tidak bosan karena ketemu guru yang sama selama
dua tahun, berbeda dengan regular, kalau di reguler kan selama tiga tahun ketemu dengan guru yang berbeda, jadi ada
variasinya.
Berdasarkan uraian data di atas dan dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa penerapan kurikulum program akselerasi di
SMPN 3 Tangerang Selatan telah berusaha mengkondisikan lingkungan belajar yang mendukung kegiatan belajar mengajar
siswa, diantaranya dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memberikan motivasi sukses kepada anak dan juga
dengan cara menyesuaikan kebutuhan balajar siswa di sekolah dengan di lingkungan keluarga atau rumah. Karena belajar akan
lebih efektif jika terjalin kerjasama aktif antara siswa, guru dan orang tua untuk mendukung kegiatan belajar dan meningkatkan
motivasi belajar.
4. Evaluasi Kurikulum Program Akselerasi
Komponen terakhir dalam penerapan kurikulum program akselerasi adalah Evaluasi. Hal ini akan dikaji dari beberapa aspek
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi untuk siswa akselerasi terdiri dari beberapa ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semester dan Ujian
Nasional UN bagi siswa kelas IX sembilan. Untuk ulangan harian guru bisa saja memberikan ujian dalam kelas, tetapi lebih
sering penugasan kepada siswa. Penugasan tersebut berupa
pemberian tugas individual atau kelompok kepada siswa untuk menyusun sebuah karya tulis ilmiah. Hj. Eni Subekti, M.Pd
menuturkan: Di sini ada ulangan harian, kemudian ada ulangan tengah
semester, kemudian ulangan semester itu, hasil-hasilnya kita serahkan ke wali kelas, kemudian kita remedial hanya sekali,
kemudian nanti untuk dipertanggung jawabkan saat rapat, untuk apakah anak ini masih bisa dipertahankan atau tidak,
kalau direguler kan kita remedial-remedial terus sampai anak itu mencapai nilai standar, standar minimal setiap pelajaran,
kalau di aksel hanya satu kali, dan ada pengumpulan- pengumpulan nilai guru bidang studi ke wali kelasnya.
Lebih lanjut Takriyah Agustina, S.Pd menambahkan: Untuk evaluasinya, ada yang harian, ada yang per KD kita
adakan ulangan, ada juga kalanya mereka harus tampil ke depan, karena saya mengajar bahasa Indonesia, maka ibu
ajarkan kepada mereka untuk terampil menulis dan juga terampil berbahasa. Ada juga ujian semester, ujian tengah
semester, sama seperti di reguler, tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa mampu menangap dan
mengerti materi yang kita kita ajarkan. Selain itu, saya sebagai guru juga harus instrospeksi diri, apakah di dalam mengajar ada
kekurangan, atau materi yang saya ajarkan terlalu rumit untuk siswa, ataukah soal yang saya buat terlalu sulit untuk siswa,
ataukah terlalu mudah, itu kan perlu kita evaluasi juga.
Dari data di atas diketahui bahwa evaluasi yang dilaksanakan di kelas akselerasi sama dengan dengan di reguler, yang membedakan
adalah jika di reguler remedial bisa berkali-kali sedangkan di akselerasi hanya sekali. Kemudian hasil dari evaluasi tersebut di
bawa ke rapat dewan guru untuk menentukan apakah siswa tersebut masih bisa dipertahankan di kelas akselerasi atau tidak.
b. Analisis Hasil Evaluasi