Kerjasama pembiayaan multijasa dana pendidikan antara Bsm dengan Madrasah pembangunan UIN Jakarta

(1)

ANTARA BSM DENGAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN

JAKARTA

Disusun Oleh: Nelisa Agustina

207046100607

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh

NELISA AGUSTINA NIM. 207046100607

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Euis Amalia, M.Ag Mu’min Rauf, M.A NIP. 197107011998032002 NIP. 197004161997031004

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Skripsi berjudul KERJASAMA PEMBIAYAAN MULTIJASA DANA PENDIDIKAN ANTARA BSM DENGAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 22 September 2011 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, M.A, M.M NIP. 195505051982031012

PANITIA SIDANG MUNAQASYAH

1. Ketua : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag. NIP. 196404121994031004

2. Sekretaris : Moh. Syafi’i, S.E.i 3. Pembimbing I : Dr. Euis Amalia, M.Ag.

NIP. 197107011998032002

4. Pembimbing II : Mu’min Rauf, M.A NIP. 197004161997031004

5. Penguji I : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

6. Penguji II : Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si NIP. 197412132003121002


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 September 2011


(5)

i

Penelitian ini merupakan studi pada Bank Syariah Mandiri dan Madrasah

Pembangunan UIN Jakarta dengan judul “Kerjasama Pembiayaan Multijasa Dana Pendidikan antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menguji apakah pembiayaan multijasa yang dijalankan oleh BSM Kcp Ciputat sudah sesuai dengan prinsip akad tersebut, kemudian apakah kerjasama/perikatan yang terjalin antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta sudah sesuai dengan perjanjian menurut hukum islam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode normatif, yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.

Hasil analisis menyatakan bahwa akad yang digunakan oleh BSM dalam pembiayaan multijasa dana pendidikan ini sudah sesuai dengan prinsip akad dan kerjasama yang terjalin antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta juga sudah sesuai dengan perjanjian menurut hukum islam.

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar jalinan kerjasama antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tetap terus dipertahankan, karena banyaknya jumlah anggota Madrasah Pembangunan yang diharapkan akan dapat memanfaatkan pelayanan jasa perbankan.


(6)

ii Assalamu’alaikum

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang telah memberikan tuntunan dan bimbingan kepada umat manusia untuk kehidupan yang lebih baik serta kepada keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari terdapat banyak kendala yang menghambat langkah penulis untuk merampungkan skripsi ini. Namun, berkat bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Alhamdulillah, pada akhirnya

skripsi yang berjudul “Kerjasama Pembiayaan Multijasa Dana Pendidikan antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta” dapat diselesaikan oleh penulis dengan baik. Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak baik dukungan moril maupun materil. Penghargaan yang tidak dapat terlukiskan, penulis berikan kepada orang-orang tersayang dan pihak-pihak yang telah

memberikan dukungan, do‟a, dan pengorbanan demi selesainya skripsi ini. Ucapan


(7)

iii H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

2. Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Mu‟min Rauf, MA pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing, memberikan arahan, dan meluangkan waktunya disela-sela kesibukannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag, Koordinator Teknis Program Non Reguler sekaligus selaku dosen penguji seminar proposal.

4. Bapak Ah. Azharudin Lathif, M. Ag Dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing dan memberikan banyak informasi dalam membuat proposal skripsi ini.

5. Para Dosen yang telah mengajarkan ilmunya kepada Penulis dari Semester awal hingga akhir, para staff perpustakaan yang telah membantu Penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

6. Bapak Ahmad Sofyan, selaku Direktur Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, bapak Sartana selaku kepala Tata Usaha dan para staff, atas segala bantuannya kepada penulis dalam proses penyelesaian penelitian di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Serta bapak Hendri Fadilla selaku kepala Bank Syariah Mandiri KCP Ciputat yang telah memberi izin kepada penulis, Bapak Budi, Bapak Andi, Bapak Adi dan para staff, atas kesediaanya membantu penulis dalam proses penelitian.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, untuk semua bantuan serta perhatian yang diberikan kepada penulis.


(8)

iv

memohon ridha-Nya dalam menggapai masa depan yang cerah. Amin. Jazakumullah Khairan Katsira

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Jakarta, 12 September 2011


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Review Studi Terdahulu ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II PEMBIAYAAN MULTIJASA A. Produk Pembiayaan Multijasa... 15

B. Skema Akad yang Digunakan ... 20

C. Teknik Perhitungannya ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI DAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA A. Profil Bank Syariah Mandiri ... 32

1. Sejarah Singkat ... 32

2. Visi dan Misi ... 34


(10)

vi

1. Sejarah Singkat ... 38 2. Visi, Misi dan Tujuan ... 41 3. Struktur Organisasi ... 44

BAB IV KERJASAMA PEMBIAYAAN MULTIJASA DANA

PENDIDIKAN ANTARA BSM DENGAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

A. Mekanisme pembiayaan Multijasa BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta ... 45 B. Analisa terhadap Pembiayaan Multijasa antara BSM dengan

Madrasah Pembangunan UIN Jakarta ... 51 1. Analisis Produk ... 51 2. Analisis Akad ... 53 3. Analisis Kerjasama BSM dengan Madrasah Pembangunan . 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 63 B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Layanan perbankan kepada nasabah tidak pernah berhenti. Salah satu layanan yang dihadirkan yakni produk pembiayaan. Pembiayaan ijarah dengan akad sewa-menyewa di bank syari‟ah merupakan akad yang sangat fleksibel dalam penerapannya sangat meringankan dan memberi kemudahan bagi para nasabahnya, nasabah yang memerlukan suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan konsumtif atau bisnis. Pertumbuhan pinjaman konsumtif tiap tahun mengalami peningkatan karena pinjaman konsumtif ini paling banyak dicari nasabah karena dari sisi kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan.1

Secara definisi, pembiayaan konsumtif syariah adalah kebutuhan individual meliputi kebutuhan baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha. Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi 5 bagian yaitu:

a. Pembiayaan konsumen akad murabahah b. Pembiayaan konsumen akad IMBT c. Pembiayaan konsumen akad ijarah d. Pembiayaan konsumen akad istishna e. Pembiayaan konsumen akad Qard+ijarah

1

May. “Pinjaman Konsumtif Naik 35 Persen”. Bangka Pos. (Pangkalpinang). 10 Februari 2011.


(12)

Dalam menetapkan akad pembiayaan konsumtif, ada beberapa langkah yang harus dilakukan bank yaitu:

1. Apabila kegunaan pembelian yang dibutuhkan nasabah adalah untuk kebutuhan konsumtif semata, harus dilihat dari sisi apakah pembiayaan tersebut berbentuk pembelian barang atau jasa.

2. Jika untuk pembelian barang, faktor selanjutnya yang harus dilihat adalah apakah barang tersebut berbentuk ready stock, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun, jika berbentuk goods in process, yang harus dilihat berikutnya adalah dari sisi apakah proses barang tersebut memerlukan waktu dibawah 6 bulan atau lebih. Jika dibawah 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan salam. Jika proses barang tersebut memerlukan waktu lebih dari 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah istishna.

3. Jika pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nasabah di bidang jasa, pembiayaan yang diberikan adalah ijarah.2

Bank adalah suatu lembaga yang di mana kegiatan usahanya adalah menyimpan atau menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Sampai saat ini, mayoritas produk pembiayaan bank syariah masih terfokus pada murabahah, pembiayaan murabahah sebenarnya memiliki kesamaan dengan pembiayaan ijarah. Keduanya termasuk dalam kategori natural

2

Ahmad Ifham Solihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (PT Gramedia pustaka utama, 2010) hal. 612-613.


(13)

certainty contracts,3 dan pada dasarnya adalah kontrak jual beli. Yang membedakan keduanya hanyalah objek transaksi yaitu barang, misalnya rumah, mobil dan sebagainya. Sedangkan dalam pembiayaan ijarah, objek transaksinya adalah jasa, baik manfaat atas barang maupun manfaat atas tenaga kerja. Dengan pembiayaan murabahah, bank syariah hanya dapat melayani kebutuhan nasabah untuk memiliki barang, sedangkan nasabah yang membutuhkan jasa tidak dapat dilayani. Dengan skim ijarah, bank syariah dapat pula melayani nasabah yang hanya membutuhkan jasa.4 Salah satu bentuk pelayanan jasa keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan multijasa, yaitu pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa. Melalui pembiayaan multijasa ini bank syariah mendapatkan kemudahan dalam mengelola likuiditasnya, karena dapat menyalurkan pembiayaan dengan memenuhi kebutuhan nasabah terhadap jasa-jasa yang

dibenarkan secara syariah.5 Produk Ijarah Multijasa muncul karena adanya

permintaan dari bank untuk mengembangkan produk pembiayaan pada tiga macam keperluan: pembiayaan untuk upacara perkawinan, pembiayaan untuk wisata ibadah (umrah) dan pembiayaan untuk studi tingkat lanjut. Dalam perkembangannya, ia bermutasi menjadi produk yang meliputi berbagai produk

3

Natural Certainty Contracts adalah kontrak atau akad dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktunya.

4

Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006) edisi ke-3. hal. 137.

5


(14)

pembiayaan yang melayani semua jasa, seperti jasa atas manfaat layanan pendidikan.

Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad

ijarah atau kafalah. Kalau bank syariah menggunakan akad ijarah, maka harus

mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa ijarah. Kalau bank syariah menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa kafalah. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, bank syariah dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah).6 Produk-produk pembiayaan yang ditawarkan oleh perbankan syariah Indonesia cukup banyak dan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan usaha maupun pribadi.7

Produk yang lahir dari Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/ VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa itu kini berkembang biak menjadi produk pembiayaan multiguna untuk jenis jasa. Idealnya sebuah produk multijasa dilaksanakan seperti pembiayaan Ijarah, dimana bank membeli/menyewa aset dan menyewakannya kepada nasabah, lalu nasabah menyewanya secara cicilan. Itulah fungsi sebenarnya dari intermediary institution seperti bank. Produk bank syariah memang banyak, beragam, dan mudah dilaksanakan, karena seirama dan sejalan dengan transaksi di sektor riil. Tapi ia memiliki karakter, prosedur dan teknik yang harus diikuti dengan disiplin. Mungkin satu-satunya kiat

6

Ahmad Ifham Solihin, Ini lho, Bank Syariah, (Jakarta : PT Grafindo Media Pratama, 2006) hal .143.

7

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2008) hal. 243.


(15)

menjalankan Ijarah Multijasa dengan benar dan aman dari sisi syariah, maupun

risk management, adalah mendorong bank untuk menciptakan kerjasama

sebanyak-banyaknya dengan penyedia jasa, seperti sekolah, rumah sakit, agen perjalanan (untuk umroh) dan lain-lain. Jika program-program kerjasama ini dilaksanakan, tentu jaringan keuangan perbankan syariah dengan sekolah, rumah sakit, klinik, agen perjalanan dan sebagainya akan kuat. Dengan demikian stabilitas sistem keuangan dalam skala mikro akan terbangun.

Dalam konteks perbankan syariah, maka bank bertindak sebagai muajjir dan nasabah sebagai musta'jir. Jadi, keuntungan bagi bank terletak pada nilai sewa yang dibayarkan oleh nasabah. Penggunaan akad ijarah pada pembiayaan multijasa dana pendidikan BSM KCP Ciputat ini pada dasarnya adalah jenis pembiayaan dalam bentuk sewa-menyewa. Bank dapat memperoleh ujrah (fee) atas manfaat barang/jasa yang disewakannya. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase. Apakah jenis pembiayaan multijasa yang dijalankan oleh bsm KCP Ciputat sudah sesuai dengan prinsip akad tersebut, kemudian kerjasama/perikatan yang terjalin antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta sudah sesuai dengan perjanjian menurut hukum Islam.

Dengan mengacu pada uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih tentang masalah tersebut dalam skripsi yang

berjudul : “ Kerjasama Pembiayaan Multijasa Dana Pendidikan Antara BSM


(16)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dideskripsikan di atas maka penulis perlu melakukan pembahasan yang mempunyai maksud dan tujuan yang terarah dan jelas, supaya tidak terjadi perbedaan masalah dalam penulisan skripsi ini. Serta pokok permasalahan yang terkait didalamnya dengan tujuan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas dalam menguraikan masalah tersebut dalam penulisan skripsi ini.

1. Bagaimana mekanisme Pembiayaan Multijasa dana pendidikan antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta ?

2. Bagaimana analisa kerjasama penyaluran pembiayaan Multijasa dana pendidikan BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta ?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

Bertitik tolak pada permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis mekanisme Pembiayaan Multijasa BSM ke Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

2. Untuk menganalisis kerjasama penyaluran pembiayaan Multijasa antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perbankan syariah, pembaca maupun pribadi, selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat:


(17)

1. Bagi penulis sendiri

Penelitian ini sangat bermanfaat karena dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang kerjasama bank dalam pembiayaan Multijasa dana pendidikan.

2. Bagi objek penelitian (Madrasah Pembangunan UIN)

Dapat menjadi rujukan dan perbandingan dalam menerapkan kerja sama pembiayaan Multijasa dana pendidikan dengan bank syariah biar lebih efektif.

3. Bagi Pembaca

Dapat memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat dalam menentukan lembaga keuangan bank yang sesuai dengan prinsip syariat islam.

4. Bagi Kalangan Akademisi

Dengan adanya skripsi ini diharapkan dapat lebih bermanfaat bagi kita semua dan bisa menjadi sumber referensi dan acuan yang jelas didalam memilih pembiayaan Multijasa.

5. Bagi Dunia Pustaka

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan yang berguna dalam memperkaya koleksi dan ruang lingkup karya-karya penelitian lapangan


(18)

D. Metode Penelitian

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Dengan demikian, metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.8 Penelitian ini menggunakan metode normatif, metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi konsep dan asas-asas serta prinsip-prinsip syariah yang digunakan untuk mengatur perbankan syariah, khususnya sistem pembiayaan

ijarah. Metode berpikir yang digunakan adalah metode berpikir deduktif (cara

berpikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia benar dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya khusus). Ruang lingkup metode penelitian dari karya akhir ini akan membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan kerjasama pembiayaan multijasa antara bank syariah dengan lembaga penyedia jasa. Selanjutnya dalam penulisan hasil karya ini akan digunakan metodologi penelitian yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskripktif analisis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan

8

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), Cat. II, hal. 42.


(19)

informasi yang diperoleh peneliti di lapangan mengenai kerjasama pembiayaan Multijasa antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN. 2. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sumber data yaitu:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dari salah satu pejabat Madrasah Pembangunan UIN.

b. Data sekunder, yaitu catatan-catatan laporan pembiayaan Multijasa dan dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan ini.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini ditetapkan secara khusus pada Madrasah Pembangunan UIN dan diarahkan untuk mengumpulkan data yang mendukung untuk menjawab permasalahan yang telah diungkapkan diatas. Penelitian ini khususnya diarahkan pada bidang-bidang pembiayaan.

Untuk kepentingan penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan teknik:

a. Kepustakaan (library research), dilakukan untuk memperoleh dan memahami konsep-konsep dan teori serta ketentuan-ketentuan tentang pembiayaan Multijasa. Penelitian kepustakaan, yaitu mencari data-data yang diperoleh, literatur dan referensi yang berhubungan dengan judul skripsi di atas. Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kerangka teori yang relevan dengan pokok bahasan dalam operasi penelitian ini.


(20)

b. Lapangan (field research), yaitu melakukan pencarian data-data dan informasi mengenai permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini melalui wawancara, studi dokumentasi, observasi.

4. Metode Analisis

Dalam mengolah dan menganalisa data, digunakan metode yang bersifat normatif, yaitu dengan cara menggambarkan kondisi yang ada melalui data-data yang didapat dari lapangan kemudian diterjemahkan dalam keadaan sebenarnya.

5. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah”, Jakarta, Tahun 2010.

E. Review Studi Terdahulu

Adapun studi terdahulu untuk penelitian yang akan saya lakukan melihat kepada beberapa penelitian skripsi terdahulu, yaitu :

Penelitian lain 1 Penelitian lain 2 Skripsi Saya

Judul Konsep Ijarah Terhadap Jasa Pelayanan Pada Koperasi Maju Bersama kec. Bekasi Selatan kab Bekasi

Konsep Ijarah dan Aplikasinya dalam Pembiayaan Multijasa pada BPRS Wakalumi

Kerjasama Pembiayaan Multijasa Dana

Pendidikan antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta


(21)

Focus Menjadi focus kajian skripsi ini, yaitu membahas jasa-jasa koperasi maju bersama dengan melihat praktek yang ada di koperasi maju bersama lebih memfokuskan aplikasi yang dilakukan oleh nasabah pembiayaan multijasa tersebut dan kaitannya dengan penggunaan akad ijarah itu sendiri. Jadi lebih

memfokuskan pada aplikasi yang dilakukan oleh nasabah pembiayaan multijasa di BPRS Wakalumi.

Pada penelitian ini penulis lebih

memfokuskan pada kerja sama antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta yang berkaitan dengan aplikasi yang dilakukan oleh BSM dalam pembiayaan Multijasa Dana Pendidikan.

Metode Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif menggabungkan penelitian kepustakaan dan observasi lapangan Penelitian saya menggunakan metode normatif menggabungkan penelitian kepustakaan, wawancara dan observasi lapangan


(22)

Obyek Koperasi Maju Bersama kec. Bekasi Selatan kab Bekasi

BPRS Wakalumi Bank Syariah Mandiri dan Madrasah

Pembangunan UIN Jakarta

Pendekatan Pendekatan deskriptif kualitatif

Pendekatan deskriptif kualitatif

Pendekatan normatif

Kesimpulan Dalam skripsi ini dapat di simpulkan bahwa masih kurangnya pemahaman para pelaku di koperasi maju bersama terhadap perekonomian syariah, yang juga mempunyai kontrak (akad) yang lebih transparan, seperti ijarah sehingga masih

menggunakan bunga dalam aktifitasnya dan kurang detailnya isi-isi dalam pelayanan, yang dikhawatirkan

menimbulkan masalah di masa yang akan datang.

Dalam skripsi ini dapat disimpulkan dalam prakteknya di BPRS Wakalumi, produk IB Multijasa menggunakan akad wakalah dan ijarah, dimana BPRS memberikan jasa dalam memenuhi kebutuhan nasabahnya dengan memberikan kuasa kepada nasabah untuk membayarkannya kepada pihak ketiga

Kesimpulan dari skripsi ini pembiayaan multijasa dana pendidikan ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu mekanisme pencairan yang sangat mudah dan cepat dengan

menggunakan akad ijarah dan kontrak kerjasama antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta sesuai dengan pandangan hukum islam.


(23)

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini diperlukan adanya suatu uraian mengenai susunan dari tulisan yang dibuat agar pembahasan menjadi teratur dan terarah pada permasalahan yang sedang dibahas. Untuk itu skripsi ini akan di bagi ke dalam lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan, yang mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian, tujuan penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II PEMBIAYAAN MULTIJASA

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang produk pembiayaan multijasa, Skema Akad yang Digunakan dan Teknik Penghitungannya. BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI DAN

MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Melanjutkan dari bab II selanjutnya penulis mencoba menjabarkan tentang objek penelitian yaitu pada Madrasah Pembangunan UIN Jakarta dari sejarah singkat, visi, misi, tujuan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, struktur organisasinya serta BSM.

BAB IV KERJASAMA PEMBIAYAAN MULTIJASA DANA

PENDIDIKAN ANTARA BSM DENGAN MADRASAH

PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Pada bab ini penulis menguraikan tentang analisis Mekanisme pembiayaan Multijasa BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN


(24)

Jakarta, analisa terhadap Pembiayaan Multijasa antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta meliputi: Analisis Produk, Analisis Akad dan Analisis Kerjasama BSM dengan Madrasah Pembangunan

BAB V PENUTUP

Merupakan bagian penutup dikemukakan kesimpulan dari semua permasalahan yang dibahas dan memberikan saran-saran


(25)

15

PEMBIAYAAN MULTIJASA

A. Produk Pembiayaan Multijasa 1. Pengertian Ijarah Multijasa

Secara terminologi atau menurut bahasa multijasa terdiri dari dua kata, multi yaitu banyak, bermacam-macam dan kata jasa yang berarti perbuatan yang berguna atau bernilai bagi orang lain. Jadi multijasa adalah sebuah perbuatan atau manfaat yang bermacam-macam gunanya bagi orang lain. Menurut terminologi istilah pembiayaan ijarah multijasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah, baik perbankan atau non perbankan kepada nasabah dalam memperoleh manfaat dan jasa1. Pembiayaan ijarah multijasa merupakan fasilitas biaya konsumtif yang tidak bertentangan dengan syariah seperti biaya pendidikan, kesehatan, pernikahan, naik haji dan umroh2. Pada umumnya pembiayaan multijasa yang terjadi di lembaga keuangan syariah yaitu membeli jasa manfaat dari penyedia jasa, kemudian nasabah akan membayar ujrah (fee) sebagai kompensasi atas manfaat yang diperolehnya dengan cara mengangsur atau langsung melunasi sekaligus sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian di awal akad.

1Serambi Indonesia, “Hukum Transaksi Pembiayaan Ijarah Multijasa”,artikel di akses pada 7 Mei 2011 dari http:// www.serambinews.com/

2 ISM, “BNI Syariah Luncurkan Multijasa iB”, artikel di akses pada 12 Mei 2011 dari http://www.niriah.com/


(26)

2. Landasan Hukum Pembiayaan Ijarah Multijasa a. Al-qur‟an

Ada beberapa ayat yang menegaskan dibolehkannya pembiayaan multijasa. Contohnya terdapat pada surat yusuf ayat 72 yang berbunyi :



























Artinya : “penyeru-penyeru itu berkata : “kami kehilangan piala raja, dan barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku

menjamin terhadapnya”.

Ayat ini menjelaskan tentang ujrah dari jualah (sayembara), ketika seseorang dapat melakukan sesuatu yang bisa melakukan sesuatu yang diinginkan, maka ia dapat mendapatkan imbalan sebagai pengganti jasa tersebut.

Sedangkan pembiayaan ijarah multijasa tidak diperbolehkan dalam hal kemaksiatan atau yang diluar syariat islam, ini ditegaskan dalam surat al- maidah ayat 2:































Artinya : “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada


(27)

b. Hadis

Selain dalil-dalil dari al-qur‟an, ada juga beberapa hadis yang membolehkan dan menjelaskan sebagai pendukung atau pegangan dalam bertransaksi menggunakan akad ijarah multijasa. Seperti hadis riwayat tirmidzi di bawah ini.

3

Artinya: “perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram.”

Sesuai dengan hadis di atas, bahwa rasulullah SAW membolehkan umatnya untuk menolong satu sama lain dengan melakukan perjanjian atau mengikat akad, asalkan tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

c. Kaidah fiqh

Pada dasarnya semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Jadi, pembiayaan ijarah multijasa juga boleh oleh agama islam, karena belum ada dalil yang mengharamkannya.

3

Abdul Qadir Syaibah Al-Hamd, Fiqh Islam: Syarah Bulughul Maram, (Jakarta: Darul Haq, 2005) h 310


(28)

Ketentuan berkaitan dengan ijarah multijasa didasarkan kepada fatwa DSN-MUI No: 44/DSN-MUI/VII/2004 tentang pembiayaan multijasa. Menurut pasal 17 PBI No.7/46/PBI/2005, yaitu PBI yang telah dicabut dengan PBI No. 10/16/PBI/2008, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan ijarah untuk transaksi multijasa berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :

a. Bank dapat menggunakan akad ijarah untuk transaksi multijasa dalam jasa keuangan antara lain dalam bentuk pelayanan pendidikan,kesehatan, ketenagakerjaan, dan kepariwisataan

b. Dalam pembiayaan kepada nasabah yang menggunakan akad ijarah untuk transaksi multijasa, bank dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee c. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk

nominal bukan dalam bentuk persentase4.

Menurut fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/VII/2004 tersebut, ketentuan dari pembiayaan multijasa adalah sebagai berikut :

a. Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad

ijarah atau kafalah

b. Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa ijarah

c. Dalam hal LKS menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa kafalah

4

Peraturan bank Indonesia No 7/46/PBI/2005 tentang akan penghimpunan dan penyalyur dana bagi yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pasal 17 ayat 1, 2, dan 3


(29)

d. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee

e. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase

Berdasarkan fatwa DSN dan ketentuan PBI tersebut, pembiayaan

ijarah multijasa dijalankan oleh bank syariah dengan prosedur sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan ijarah multijasa dituangkan dalam akad ijarah dengan objek manfaat atas suatu jasa

b. Bank diperkenankan memperoleh imbalan jasa atau fee atas jasa yang diberikan

c. Besarnya imbalan jasa atau fee disepakati diawal5.

Objek Ijarah Multijasa :

Bank dapat menggunakan akad ijarah untuk transaksi multi jasa dalam jasa keuangan antara lain dalam bentuk pelayanan :

1) Pendidikan 2) Kesehatan 3) Ketenagakerjaan 4) Kepariwisataan

5

Sutan Remy Syahdeini. Perbankan Syariah : Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: PT Jayakarta Agung) cet 1, hal. 253.


(30)

d. Besarnya ujrah dan jangka waktu

Nasabah membayar uang upah/ujrah sesuai dengan kesepakatan. Jangka waktu maksimum Ijarah Multijasa adalah 3 tahun Besarnya upah/ujrah harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk tabel yang sudah ditentukan pada SOP Multijasa.

B. Skema Akad Yang digunakan 1. Pengertian ijarah

Lafaz al-ijarah dalam bahasa arab berarti upah, sewa, jasa, atau

imbalan.

Secara terminologi, ada beberapa definisi ijârah yang dikemukakan para ulama fiqh :

Pertama, Ulama Hanâfiyahmendefinisikannya dengan: “ transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan”.

Kedua, ulama syafi’iyah mendefinisikannya dengan “Akad terhadap manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu”.

Ketiga, ulama malikiyah dan hanabilah mendefinisikannya dengan:

Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan

suatu imbalan”.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka akad al-ijarah tidak boleh dibatasi oleh syarat. Akad al-ijarah juga tidak berlaku pada pepohonan untuk


(31)

diambil buahnya, karena buah itu sendiri adalah materi, sedangkan akad

al-ijarah itu hanya ditujukan kepada manfaat. Demikian juga halnya dengan

kambing tidak boleh dijadikan sebagai obyek al-ijarah untuk diambil susu atau bulunya, karena susu dan bulu kambing termasuk materi.6

Menurut penjelasan atas peraturan bank Indonesia no 9/19/PBI/2007,

ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau jasa antara

pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan7. Jadi pada prinsipnya ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah barang maupun jasa, baik manfaat atas barang maupun manfaat atas tenaga kerja.

Sedangkan arti dari pembiayaan ijarah adalah pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk memiliki suatu barang/jasa dengan kewajiban menyewa barang tersebut sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Inti dari suatu perjanjian sewa-menyewa adalah perjanjian yang berkaitan dengan pemberian manfaat kepada pihak penyewa dengan kontraprestasi berupa biaya sewa8.

6

Nasrun Haroen. Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Gaya Media Pratama, 2007) hal. 228-229.

7

Undang-Undang Perbankan Syariah (No 21 Tahun 2008), hal. 102. 8

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (PT Gajah Mada Universitas Press), 2007 cet 1 h 117


(32)

2. Landasan Hukum Ijarah a. Al-quran























































Artinya: “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada allah dan ketahuilah bahwa allah maha melihat apa yang kamu

kerjakan.”(Al-Baqarah : 233)

Dalil dari ayat tersebut adalah ungkapan “apabila kamu memberikan pembayaran yang patut”. Ungkapan tersebut menunjukkan

adanya jasa yang diberikan (menyusukan anak) berkat kewajiban membayar upah (fee) secara patut.

b. Hadis

Salah satu hadis yang menjelaskan tentang ijarah adalah

9

Artinya: “berikanlah upah atau jasa kepada orang yang kamu pekerjakan

sebelum kering keringat mereka”. (HR. Ibnu Majah dari

Abdillah bin Umar). Rukun dan Syarat Ijarah

Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu:

9 Abu „Abdullah Muhammad Ibn Yazis Al

-Qazumi, Kitab Sunan Ibn Majah, (Beirut: Darul Fikr, 1995), Jilid 2 Hadist 2443. Hal. 20.


(33)

a. Kedua orang yang berakad. Pelaku akad, yaitu musta’jir (penyewa) adalah pihak yang menyewa asset, dan mu’jir (pemilik) adalah pihak yang menyewakan asset. Jumhur ulama sepakat bahwa syarat utama pelaku akad adalah orang yang sudah baligh dan berakal.10

b. Objek akad, yaitu ma’jur ( asset yang disewakan), menurut jumhur ulama asset yang disewakan haruslah bermanfaat dan merupakan barang yang halal

Sedangkan menurut fatwa DSN-MUI no 9/DSN-MUI/IV/2000 objek akad dalam ijarah dibagi menjadi dua yaitu :

1) Manfaat barang dan sewa 2) Manfaat jasa dan upah

c. Ujrah (harga sewa/imbalan)

d. Shighat yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak

yang berkontrak.

Sedangkan syarat akad ijarah adalah :

a. Syarat bagi kedua orang yang berakad, adalah telah baligh dan berakal. Dengan demikian, apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil atau orang gila, menyewakan hartanya, atau diri mereka sebagai buruh (tenaga dan ilmu boleh disewa) maka ijarahnya tidak sah.

10

M. Ali Hasan. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam : Fikih Muamalat, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), ed 1 cet ke 2, hal. 231.


(34)

b. Kerelaan kedua belah pihak dalam melakukan akad ijarah. Apabila ada salah satu diantara keduanya terpaksa melakukan akad ijarah, maka akadnya tidak sah.

c. Jasa dan manfaat harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak, sehingga tidak terjadi perselisihan di belakang hari

d. Kepemilikan asset tetap pada pihak yang menyewakan yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya agar objek tetap bermanfaat11.

e. Akad ijarah dapat dihentikan apabila asset atau objek ijarah tidak lagi memberikan manfaat kepada penyewa. Jika asset tersebut itu rusak dalam periode kontrak, maka akad ijarah tetap berlaku.

f. Uang dan sewa haruslah bernilai dana jelas12.

3. Ketentuan Objek Ijarah

Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan jasa. Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara sempurna, sehingga tidak muncul perselisihan di kemudian hari. Apabila manfaat yang akan menjadi objek ijarah itu tidak jelas, maka akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat itu dapat dilakukan dengan menjelaskan jenis manfaatnya, dan penjelasan berapa lama manfaat di tangan penyewa.

Pembagian Ketentuan Objek Ijarah:

11

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, hal.101.

12 Hamzah Ya‟kub,

Fiqh Muamalah : Kode Etik Dagang Menurut Islam, Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi, ( Bandung : CV Diponegoro, 1992), cet ke 2, hal. 322-323.


(35)

a. Objek ijarah harus diketahui secara sempurna, sehingga tidak muncul perselisihan di kemudian hari. Apabila manfaat yang akan menjadi objek

ijarah itu tidak jelas, maka akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat itu dapat

dilakukan dengan menjelaskan jenis manfaatnya, dan penjelasan berapa lama manfaat di tangan si penyewa.

b. Objek ijarah itu boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak bercacat. Oleh karena itu, para ulama fikih sepakat menyatakan bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak boleh diserahkan dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa.

c. Objek ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara‟. Oleh sebab itu, para ulama fikih sepakat menyatakan tidak boleh menyewa seseorang untuk mengajarkan ilmu sihir, menyewa orang untuk membunuh orang lain, dan orang islam tidak boleh menyewakan rumah kepada non muslim untuk dijadikan tempat ibadah mereka. Kaidah fikih menyatakan “sewa

menyewa dalam masalah maksiat tidak boleh”.

d. Objek ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan, seperti rumah, mobil, dan hewan tunggangan.

e. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa f. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak g. Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan


(36)

i. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa

j. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya.

k. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa (ujrah) dalam ijarah.

l. Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan objek kontrak

m. Kelenturan dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat, dan jarak.

4. Skema dan Pola Pembiayaan Ijarah

Skema pembiayaan ijarah

1. Permohonan Pembiayaan Ijarah 3. Akad Pembiayaan Ijarah

2. Menyewa/membeli objek Ijarah B. Bank Syariah

C. Supplier/Penjual/Pemilik

D. Objek Ijarah

4. Ijarah


(37)

Keterangan :

1) Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah

2) Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik

3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya pemeliharaannya, maka akad pembiayaan ijarah ditandatangani. Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.

4) Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek ijarah tersebut kepada bank.

a) bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai’ wal ijarah), setelah periode ijarah berakhir objek ijarah disimpan oleh bank sebagai asset yang dapat disewakan kembali.

b) Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah, atau ijarah parallel), setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada supplier/penjual/pemilik. a. Jenis Barang atau Jasa Yang Dapat Disewakan

1) barang modal : asset tetap, misalnya bangunan, gedung, kantor, ruko, dan lain-lain.

2) barang produksi : mesin, alat-alat berat, dan lain-lain. 3) barang kendaraan transportasi : darat, laut dan udara


(38)

4) jasa untuk membayar ongkos : a) uang sekolah/kuliah b) tenaga kerja

c) hotel

d) angkut dan transportasi dan sebagainya13.

5. Pembatalan ijarah yang dibenarkan

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa sebuah kontrak ijarah boleh dibatalkan sepihak kalau ada alasan yang kuat dan sangat substansial. Alasan tersebut biasanya berhubungan dengan tidak dimungkinkannya pemanfaatan dari asset sewa itu. Ada pertimbangan khusus mengapa pembatalan kontrak sewa dengan alasan yang kuat dibenarkan. Salah satu yang memiliki alasan itu akan dirugikan oleh sesuatu yang ia tidak setujui dalam kontrak. Maka bolehnya pembatalan kontrak dalam kondisi seperti itu dimaksudkan untuk mencegah salah satu pihak menderita kerugian secara terpaksa14.

C. Teknik Penghitungan

Dalam pembiayaan multijasa, lembaga keuangan syariah dapat memperoleh ujrah. Ujrah adalah imbalan yang diberikan atau yang diminta atas

13

Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2009), cet ke 3, hal. 146-147.

14 Muhammad Syafi‟i Antonio,

Bank Syariah : Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta : Tazkia Institute,1999), cet 1, hal. 162-163.


(39)

suatu pekerjaan yang dilakukan.15 Dalam ujrah disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik dalam sewa-menyewa maupun dalam upah mengupah16.

Kebutuhan masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu barang sering memerlukan pihak lain melalui akad Ijarah. Ujrah dalam Ijarah harus disepakati pada saat akad. Akan tetapi, dalam kondisi tertentu terkadang salah satu atau para pihak memandang perlu untuk melakukan review atas besaran ujrah yang telah disepakati tersebut.

Ketentuan Hukum

1. Review Ujrah boleh dilakukan antara para pihak yang melakukan akad Ijarah apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Terjadi perubahan periode akad Ijarah

b. Ada indikasi sangat kuat bahwa bila tidak dilakukan review maka akan timbul kerugian bagi salah satu pihak

c. Disepakti oleh kedua belah pihak

2. Review atas besaran ujrah setelah periode tertentu :

a. Ujrah yang telah disepakati untuk suatu periode akad Ijarah tidak boleh dinaikkan

b. Besaran ujrah boleh ditinjau ulang periode berikutnya dengan cara yang diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak

15

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syaria, hal. 110.

16


(40)

c. Peninjau kembali besaran ujrah setelah jangka waktu tertentu harus disepakati kedua belah pihak sebelumnya dan disebutkan dalam akad d. Dalam keadaan sewa yang berubah-ubah, sewa untuk periode akad

pertama harus dijelaskan jumlahnya. Untuk periode akad berikutnya boleh berdasarkan rumusan yang jelas dengan ketentuan tidak menimbulkan perselisihan.17

Contoh penghitungan akad ijarah:18

Bapak Ahmad hendak menyewa sebuah ruang perkantoran disebuah gedung selama 1 tahun mulai dari tanggal 1 Mei 2010. Pemilik gedung menginginkan pembayaran sewa secara tunai dimuka sebesar Rp. 240.000.000,-. Dengan pola pembayaran tersebut, kemampuan keuangan Bpk. Ahmad tidak memungkinkan. Bpk. Ahmad hanya dapat membayar sewa secara angsuran per bulan. Untuk memecahkan masalah ini, Bpk. Ahmad mendatangi sebuah bank syariah untuk meminta pembiayaan, dengan memaparkan kondisi kebutuhan dan keuangannya.

Analisa bank : berikut adalah analisa bank dalam memberikan pendanaan dengan memperhitungkan kebutuhan dan kemampuan financial/keuangan nasabah serta required rate of profit bank (sebesar 20%) :

a. Harga sewa 1 tahun (tunai dimuka) : Rp. 240.000.000,- b. Required rate of profit bank (20%) : Rp. 48.000.000,-

17

Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,2010), hal. 724.

18


(41)

c. Harga sewa kepada nasabah Rp. 288.000.000,- d. Periode pembiayaan : 12 bulan (=360 hari) e. Besarnya angsuran nasabah per bulan : Rp. 24.000.000,-

Dengan analisa tersebut maka bentuk pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada Bpk. Ahmad adalah:

Pembiayaan ijarah, harga sewa Rp. 288.000.000,- jangka waktu 12 bulan, angsuran per bulan Rp. 24.000.000,-/bulan.


(42)

32

PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

A. Profil Bank Syariah Mandiri

1. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri

Krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.1

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan

1

http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/ diakses pada tanggal 24 Mei 2011


(43)

Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).2

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi Bank Syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.

2 Ibid


(44)

1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.3

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

2. Visi dan Misi Visi

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.4 Misi

a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM

3

http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/ diakses pada tanggal 24 Mei 2011

4 Ibid


(45)

c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat

d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal

e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.5

PT Bank Syariah Mandiri sebagai bany yang beroperasi atas dasar prinsip syariah menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada akhlakul karimah yaitu sikap pribadi kaum muslimin. Sikap tersebut terangkum dalam sikap dasar yang disingkat dengan kata SIFAT yaitu:6

a. Siddiq (integritas) b. Istiqomah (kesabaran) c. Fathonah (profesionalisme) d. Amanah (terpecaya)

e. Tabligh (kasih sayang)

Selain itu, dalam operasionalnya, PT Bank Syariah Mandiri mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Keadilan b. Kemitraan c. Transparansi

d. Universal dalam kemitraan.

5 Ibid 6


(46)

(47)

4. Produk Pembiayaan Edukasi Pada Bank Syariah Mandiri

Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad ijarah.

Fitur:

1. Untuk membiayai dana pendidikan di sekolah/perguruan tinggi yang telah melakukan kerjasama dengan BSM

2. Plafon pembiayaan mulai dari Rp5 juta hingga Rp250 juta, dengan maksimum pembiayaan sebesar 80% dari harga perolehan manfaat layanan pendidikan 3. Bisa diangsur mulai dari 1 tahun hingga 3 tahun

4. Besar angsuran tidak melebihi 40% dari pendapatan bersih bulanan nasabah. Persyaratan:

1. Kriteria nasabah:

a. merupakan orang tua/wali dari pelajar/mahasiswa

b. pelajar/mahasiswa dan telah memiliki penghasilan sendiri 2. Usia nasabah minimal 21 tahun dan pada saat jatuh tempo fasilitas

pembiayaan usia maksimal 55 tahun atau belum pensiun, khusus untuk wiraswasta dan professional pada saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan usia maksimal 60 tahun.

3. Karyawan dengan masa kerja minimal 2 tahun


(48)

Benefit/manfaat:

1. Sesuai prinsip syariah 2. Angsuran ringan dan tetap 3. Proses cepat dan mudah 4. Biaya administrasi ringan

5. Bebas agunan sampai Rp250 juta khusus untuk karyawan dengan persyaratan tertentu.7

B. Profil Madrasah Pembangunan UIN Jakarta 1. Sejarah Singkat Madrasah Pembangunan

Madrasah Pembangunan lahir berawal dari keinginan tokoh-tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan adanya pendidikan Islam yang representatif. Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm). Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah.

7

http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/pembiayaan-consumer/syariah-mandiri-pembiayaan-konsumer/pembiayaan-edukasi-bsm/ diakses tanggal 24 Mei 2011


(49)

Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserah terimakan dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun 1974, pertama kali Madrasah Pembangunan membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari Kelas I: 43 orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai "Hari Kelahiran" Madrasah Pembangunan.8

Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat Tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli 1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan. Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak awal September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' FTIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai Madrasah Pilot Proyek Percontohan oleh Departemen Agama RI melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam Depag RI Nomor: Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan tersebut, kemudian diselenggarakan kegiatan

8


(50)

penataran penulisan modul dan uji coba pembelajaran dengan sistem modul. Empat modul bidang studi Alquran Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Matematika telah diujicobakan sampai dengan tahun 1985.

Pada tahun 1988, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 06 Tahun 2008, wewenang pembinaan dan pengelolaan Madrasah Pembangunan dilimpahkan kepada Yayasan Syarif Hidayatullah Jakarta. sedangkan Pengembangan sebagai 'madrasah

laboratorium' dilaksanakan bersama-sama dengan FTIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.9

Kini diusianya yang ke-35 tahun, siswa madrasah pembangunan UIN Jakarta berjumlah 2.574 orang, yang terdiri atas siswa tingkat ibtidaiyah sebanyak 1.711 orang, siswa tingkat tsanawiyah sebanyak 734 orang dan tingkat aliyah 129 orang.

Prestasi-prestasi yang telah diraih baik dalam bidang akademik maupun nonakademik serta kepercayaan masyarakat yang begitu besar untuk menyekolahkan putra-putrinya di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta membuktikan bahwa Madrasah Pembangunan UIN Jakarta memiliki mutu yang dapat diandalkan. Hal lain yang cukup membanggakan adalah ditetapkannya MI dan MTS pembangunan UIN Jakarta sebagai Madrasah Standar nasional oleh kanwil depag DKI Jakarta dengan nomor : 150 kw.09.4/4/5/hk.005/2081/2008.

9


(51)

2. Visi, Misi, Dan Tujuan a. Visi10

Menjadikan madrasah pembangunan UIN sebagai jenjang pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan mengapresiasi potensi-potensi anak serta perkembangan era globalisasi dan perkembangan zaman.

b. Misi11

1) Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah yang akan melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan kompetitif dan keunggulan komparatif;

2) Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terbentuk keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan jasmani peserta didik serta dapat melahirkan lulusan yang cerdas, kuat dan sehat;

3) Melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan keislaman, sains dan ateknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia;

10

Ibid hal. 3 11


(52)

4) Melakukan pembinaan tenaga pendidik sebagai tenaga professional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar, kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak mulia;

5) Melakukan pembinaan tenaga kependidikan yang profesional, yang menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya, etos kerja yang tinggi, serta kepribadian yang Islami.

6) Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat pembelajaran.

7) Melakukan pembinaan kemandirian dan team work melalui berbagai aktifitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.

c. Tujuan 12

Madrasah pembangunan UIN Jakarta mempunyai tujuan:

1) Terciptanya pendidikan yang dapat melahirkan lulusan yang beriman dan bertakwa dengan kemampuan kompetitif serta memiliki keunggulan komparatif.

2) Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan

12


(53)

globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia dan kemampuan potensi anak.

3) Tersedianya pendidikan sebagai tenaga profesional yang menguasai bidang keilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan komprehensif serta memiliki kemampuan untuk mengajarkannya (teaching skill) berkepribadian pedagogis dan berakhlak mulia.

4) Tersedianya tenaga pendidikan profesional yang dalam melaksanakan tugasnya didukung oleh ilmu pengetahuan yang relevan, memiliki etos kerja, loyalitas dan dedikasi yang tinggi yang dilandasi akhlak mulia. 5) Tersedianya sarana prasarana dan fasilitas sumber belajar yang dapat

memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar seluas-luasnya, sehingga sekolah benar-benar berfungsi sebagai Center For Learning.

6) Terwujudnya siswa yang memiliki keseimbangan antara kekuatan jasmani dan rohani serta kepekaan dan kepedulian social.

7) Terwujudnya siswa yang mandiri dan mampu melakukan teamwork melalui berbagai aktivitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.


(54)

(55)

45

KERJASAMA PEMBIAYAAN MULTIJASA DANA PENDIDIKAN ANTARA BSM DENGAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

A. Mekanisme Pembiayaan Multijasa Dana Pendidikan BSM ke Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

Kerjasama yang dilakukan antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta dilaksanakan dalam rangka penyaluran pembiayaan dana pendidikan kepada calon siswa/pelajar sekolah Madrasah Pembangunan. Pembiayaan dana pendidikan ini bertujuan untuk membantu dan meringankan biaya pendidikan bagi orang tua siswa. Selain itu juga guna meningkatkan kualitas bidang pendidikan melalui penyelenggaraan layanan administrasi keuangan siswa. Kerjasama yang terjalin antara BSM dengan Madrasah Pembangunan dilatar belakangi oleh berbagai hal di antaranya :

1. Bagi Madrasah Pembangunan, BSM merupakan salah satu dari bank terbesar di Indonesia, profesional dan murni syariah. Hal tersebut sebagai acuan bagi Madrasah Pembangunan untuk menjalin kerjasama untuk memperoleh pembiayaan dana pendidikan. 1

2. Bagi BSM, kerjasama ini dilatarbelakangi adanya harapan agar brand BSM sebagai salah satu dari bank syariah yang ada dapat terangkat terlebih lagi.

1

Wawancara pribadi dengan Ahmad Sofyan, Direktur Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, Tangerang, 9 Juni 2011.


(56)

Madrasah Pembangunan merupakan sebuah lembaga pendidikan sekolah swasta yang bergerak di bidang pendidikan yang cukup memiliki potensi yang baik. Selain itu, prestasi-prestasi yang telah diraih baik dalam bidang akademik maupun nonakademik serta kepercayaan masyarakat yang begitu besar untuk menyekolahkan putra-putrinya di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta membuktikan bahwa Madrasah Pembangunan UIN Jakarta memiliki mutu yang dapat diandalkan.2 Pada sisi lain, BSM sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan dapat memperoleh keuntungan dengan jasanya dalam menyalurkan pembiayaan.

Pihak Bank Syariah Mandiri memiliki beberapa proses pembiayaan multijasa dana pendidikan bagi para wali orang tua murid (nasabah) untuk mendapatkan pembiayaan tersebut. Penulis akan memaparkan sesuai dengan hasil wawancara dengan pihak Bank Syariah Mandiri yaitu sebagai berikut:

1. Nasabah yang membutuhkan/kekurangan dana akan mendatangi BSM untuk mengajukan permohonan pembiayaan. Tahap pertama yang harus dipenuhi oleh nasabah adalah pemenuhan dokumen yang tertuang dalam formulir pembiayaan yang telah disediakan oleh bank. Adapun syarat-syarat permohonan pembiayaan dana pendidikan yaitu:

a. Asli formulir permohonan pembiayaan yang telah diisi lengkap dan ditandatangani

b. Foto kopi KTP/Kartu identitas nasabah+suami/istri

2

Wawancara dengan Account Officer BSM kcp Ciputat Pamungkas Setyo Budi, pada tanggal 23 Juni 2011


(57)

c. Foto kopi Kartu Keluarga d. Foto kopi akte nikah/cerai e. Asli surat persetujuan suami/istri

f. Asli bukti penerimaan calon pelajar dari sekolah/lembaga pendidikan berikut perincian biayanya

g. Asli slip gaji/surat keterangan penghasilan terakhir h. Foto kopi rekening tabungan/Koran (3 bulan terakhir)3

Jumlah pembiayaan yang ditetapkan pada pembiayaan multijasa dana pendidikan ini mulai dari Rp 5 juta sampai dengan Rp 20 juta, dengan jangka waktu pembiayaan 1 sampai dengan 3 tahun atau selama masa pendidikan yang akan ditempuh. Maksimum pembiayaan yang akan dibiayai oleh pihak Bank Syariah Mandiri sebesar 80% dari harga perolehan manfaat layanan pendidikan. Biaya-biaya yang terkait dengan proses pembiayaan tersebut yaitu:

1) Biaya administrasi

2) Biaya penjaminan pembiayaan

3) Biaya administrasi keterlambatan pembayaran angsuran 4) Biaya materai

Selain itu juga nasabah harus menjelaskan maksud dan tujuan pembiayaan, berapa jumlah yang diinginkan serta untuk jangka waktu berapa lama. Sebelum pembiayaan multijasa dana pendidikan disetujui oleh pihak Bank

3

Wawancara pribadi dengan Andi Priadi Suhariatmo, Assistant Account Officer Bank Syariah Mandiri, Tangerang, 8 Juni 2011.


(58)

Syariah Mandiri, maka BSM mengadakan uji kelayakan bagi nasabah. Uji kelayakan yang pertama adalah tentang karakteristik calon nasabah, pengujian ini dilakukan dengan interview langsung dari pihak bank kepada pihak nasabah, selain itu dilakukan pengecekan SID (Sistem Informasi Debitur) dari Bank Indonesia. Setelah lulus uji kelayakan secara karakter maka uji kelayakan berikutnya adalah Kapasitas (kemampuan bayar). Dihitung berdasarkan pendapatan yang diterima dikurangi dengan pengeluaran. Perhitungan kewajiban angsuran:

1) Besarnya angsuran perbulan tidak melebihi 40% dari pendapatan bersih bulanan nasabah

2) Autodebet rekening tabungan Syariah Mandiri tabungan

Data pencairan nasabah Madrasah Pembangunan UIN di Bank Syariah Mandiri Ciputat tahun 2011.

Pembiayaan yang dicairkan

(Rupiah)

Jangka waktu Angsuran per bulan (Rupiah)

8.000.000 24 bulan 472.379

6.000.000 24 bulan 354.284

8.000.000 24 bulan 472.379

8.000.000 24 bulan 472.379

8.000.000 24 bulan 472.379

6.000.000 36 bulan 274.823

6.000.000 24 bulan 354.284

6.000.000 12 bulan 602.773

6.000.000 12 bulan 602.773


(59)

2. Jika sudah terpenuhi semua persyaratan dan bank setuju untuk memberikan pembiayaan multijasa dana pendidikan, maka terjadilah akad pembiayaan

ijarah. Nasabah kemudian menandatangani sejumlah dokumen pembiayaan

multijasa dana pendidikan (pada tahap ini juga bank mengadakan akad ijarah, dimana nasabah ditunjuk sebagai musta’jir (pihak yang menyewa) atas ma’jur (objek ijarah). Adapun syarat-syarat penandatanganan akad yang harus dipenuhi nasabah yaitu:

a. Nasabah (orang tua/wali murid) telah mengembalikan asli surat penegasan persetujuan pembiayaan yang telah ditandatangani oleh nasabah dan suami.

b. Telah menyetorkan dana untuk membayar biaya administrasi, biaya premi asuransi dan biaya lainnya sehubungan dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan.

c. Telah menyerahkan surat pernyataan dan kuasa yang telah ditandatangani di atas materai secukupnya bahwa nasabah bersedia membayar biaya administrasi dan seluruh biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan penandatanganan akad dan menyetor dana cadangan untuk pembiayaan biaya-biaya yang timbul.

d. Memberikan surat pernyataan bahwa suami dan ahli waris mengetahui, menyetujui dan turut bertanggung jawab atas kelancaran pembayaran angsuran pembiayaan sesuai dengan ketentuan BSM.


(1)

44 Pembiayaan Multijasa 5 sendiri dalam pasal tentang qardh di atas yang menegaskan bahwa hal tersebut adalah (sah sebagai) dhaman.”

b. KitabMughni al-Muhtajj, jilid II: 201-202:

)

ِﻥﻮﻤﻀﻤﹾﻟﺍ ﻰِﻓ ﹸﻁﺮﺘﺸﻳﻭ

(

ﻦﻳﺪﻟﺍ ﻮﻫﻭ

)

ﻪﻧﻮﹶﻛ

(

ﺎﻘﺣ

)

ﺎﺘِﺑﺎﹶﺛ

(

ﹶﻝﺎﺣ

ِﺪﹾﻘﻌﹾﻟﺍ

ﺐِﺠﻳ ﻢﹶﻟﺎﻣ ﹸﻥﺎﻤﺿ ﺢِﺼﻳﹶﻼﹶﻓ ،

)

ﺎﻣ ﹶﻥﺎﻤﺿ ﻢﻳِﺪﹶﻘﹾﻟﺍ ﺢﺤﺻﻭ

ﺐِﺠﻴﺳ

(

ِﻪﻴﹶﻟِﺇ ﻮﻋﺪﺗ ﺪﹶﻗ ﹶﺔﺟﺎﺤﹾﻟﺍ ﱠﻥَﻷ ،ﻪﺿِﺮﹾﻘﻴﺳﺎﻣ ﻭﹶﺃ ﻪﻌﻴِﺒﻴﺳﺎﻣ ِﻦﻤﹶﺜﹶﻛ

.

(Hal yang dijamin) yaitu utang disyaratkan harus berupa hak yang bersifat fix pada saat akad. Oleh karena itu, tidak sah menjamin utang yang belum menjadi kewajiban… (Qaul qadim --Imam al-Syafi’i-- menyatakan sah pen-jaminan terhadap utang yang akan menjadi kewajiban), seperti harga barang yang akan dijual atau sesuatu yang akan diutangkan. Hal itu karena hajat --kebutuhan orang-- terkadang mendorong adanya penjaminan tersebut.”

c. Kitabal-Muhadzdzab, juz I Kitab al-Ijarah hal. 394:

ِﺔﺣﺎﺒﻤﹾﻟﺍ ِﻊِﻓﺎﻨﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ِﺓﺭﺎﺟِﻹﹾﺍ ﺪﹾﻘﻋ ﺯﻮﺠﻳ

...

ِﻊِﻓﺎﻨﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ ﹶﺔﺟﺎﺤﹾﻟﺍ ﱠﻥﻷﻭ

ﹶﻛ

ﹾﻥﹶﺃ ﺐﺟﻭ ِﻥﺎﻴﻋﻷﹾﺍ ﻰﹶﻠﻋ ِﻊﻴﺒﹾﻟﺍ ﺪﹾﻘﻋ ﺯﺎﺟ ﺎﻤﹶﻠﹶﻓ ،ِﻥﺎﻴﻋﻷﹾﺍ ﻰﹶﻟِﺇ ِﺔﺟﺎﺤﹾﻟﺎ

ِﻊِﻓﺎﻨﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ِﺓﺭﺎﺟِﻹﹾﺍ ﺪﹾﻘﻋ ﺯﻮﺠﻳ

.

“Boleh melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas manfaat yang dibolehkan… karena keperluan terhadap manfaat sama dengan keperluan terhadap benda. Oleh karena akad jual beli atas benda dibolehkan, maka sudah seharusnya boleh pula akad ijarah atas manfaat.”

2 Substansi Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Pembiayaan Ijarah.

3. Substansi Fatwa DSN No. 11/DSN-MUI/IV/2000 tentang Kafalah.

4. Hasil Rapat Pleno DSN-MUI, hari Rabu, 24 Jumadil Akhir 1325 H/11 Agustus 2004.

5. Surat Permohonan Fatwa DSN tentang Pembiayaan Multi Jasa dari Bank Rakyat Indonesia tanggal 28 April 2004.

Dengan memohon taufiq dan ridho Allah SWT

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTAG PEMBIAYAAN MULTI JASA

Pertama : Ketentuan Umum

1. Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan


(2)

44 Pembiayaan Multijasa 6

Dewan Syariah Nasional MUI

2. Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah.

3. Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah. 4. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat

memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee.

5. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.

Ketiga : Penyelesaian Perselisihan

Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiaannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Keempat : Ketentuan Penutup

Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 24 Jumadil Akhir 1425 H

11 Agustus 2004 M

DEWAN SYARI’AH NASIONAL

MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua, Sekretaris,


(3)

FATWA

DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO: 09/DSN-MUI/IV/2000

Tentang

PEMBIAYAAN IJARAH

ِﺑ

ﺴ

ِﻢﻴِﺣﺮﻟﺍ ِﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ِﷲﺍ ِﻢ

Dewan Syari’ah Nasional setelah

Menimbang : a. bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu

barang sering memerlukan pihak lain melalui akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrag), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri;

b. bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh jasa pihak lain guna melakukan pekerjaan tertentu melalui akad ijarah dengan pembayaran upah (ujrah/fee);

c. bahwa kebutuhan akan ijarah kini dapat dilayani oleh lembaga keuangan syari’ah (LKS) melalui akad pembiayaan ijarah; d. bahwa agar akad tersebut sesuai dengan ajaran Islam, DSN

memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad ijarah untuk dijadikan pedoman oleh LKS.

Mengingat : 1. Firman Allah QS. al-Zukhruf [43]: 32:

ﹶﺃﻫ

ﺎﻴﺤﹾﻟﺍ ﻲِﻓ ﻢﻬﺘﺸﻴِﻌﻣ ﻢﻬﻨﻴﺑ ﺎﻨﻤﺴﹶﻗ ﻦﺤﻧ ،ﻚﺑﺭ ﺖﻤﺣﺭ ﹶﻥﻮﻤِﺴﹾﻘﻳ ﻢ

ِﺓ

ﻀﻌﺑ ﺎﻨﻌﹶﻓﺭﻭ ،ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ

ﻬ

ﻀﻌﺑ ﹶﺬِﺨﺘﻴِﻟ ٍﺕﺎﺟﺭﺩ ٍﺾﻌﺑ ﻕﻮﹶﻓ ﻢ

ﻬ

ﺎﻀﻌﺑ ﻢ

ﹶﻥﻮﻌﻤﺠﻳ ﺎﻤِﻣ ﺮﻴﺧ ﻚﺑﺭ ﺖﻤﺣﺭﻭ ،ﺎﻳِﺮﺨﺳ

.

“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar seba-gian mereka dapat mempergunakan sebaseba-gian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” 2. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 233:

...

ِﺇﻭ

ﹶﺃ ﹾﻥ

ﺭﺩ

ﺗﻢ

ﹶﺃ

ﻢﺘﻤﱠﻠـﺳ ﺍﹶﺫِﺇ ﻢﹸﻜﻴﹶﻠﻋ ﺡﺎﻨﺟ ﹶﻼﹶﻓ ﻢﹸﻛﺩﹶﻻﻭﹶﺃ ﺍﻮﻌِﺿﺮﺘﺴﺗ ﹾﻥ

ﺮﻴِﺼﺑ ﹶﻥﻮﹸﻠﻤﻌﺗﺎﻤِﺑ َﷲﺍ ﱠﻥﹶﺃ ﺍﻮﻤﹶﻠﻋﺍﻭ ،َﷲﺍ ﺍﻮﹸﻘﺗﺍﻭ ،ِﻑﻭﺮﻌﻤﹾﻟﺎِﺑ ﻢﺘﻴﺗﺁﺎﻣ

.

“…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran


(4)

09 Pembiayaan Ijarah

Dewan Syariah Nasional MUI

2

menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

3. Firman Allah QS. al-Qashash [28]: 26:

ﹶﻗﺎ

ﱠﻥِﺇ ،ﻩﺮِﺟﹾﺄﺘﺳﺍ ِﺖﺑﹶﺃﺂﻳ ﺎﻤﻫﺍﺪﺣِﺇ ﺖﹶﻟ

ِﻦﻣ ﺮﻴﺧ

ﻱِﻮـﹶﻘﹾﻟﺍ ﺕﺮﺟﹾﺄﺘـﺳ

ﻦﻴِﻣَﻷﹾﺍ

.

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’”

4. Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:

ﹶﺃﻋ

ﹸﻄ

ﹶﺃ ﺮﻴِﺟَﻷﹾﺍ ﺍﻮ

ﺮﺟ

ﻩ

ﹶﻗ

ﻋ ﻒِﺠﻳ ﹾﻥﹶﺃ ﹶﻞﺒ

ﺮﹸﻗ

ﻪ.

“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” 5. Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id

al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:

ﻣ

ِﻦ

ﻩﺮﺟﹶﺃ ﻪﻤِﻠﻌﻴﹾﻠﹶﻓ ﺍﺮﻴِﺟﹶﺃ ﺮﺟﹾﺄﺘﺳﺍ

.

“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah

upahnya.”

6. Hadis riwayat Abu Daud dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, ia berkata:

ﹸﻛﻨ

ﻧ ﺎ

ِﺮﹾﻜ

ﹾﺍ ﻱ

ﻤِﺑ ﺽﺭَﻷ

ﻋ

ِﻉﺭﺰﻟﺍ ﻦِﻣ ﻲِﻗﺍﻮﺴﻟﺍ ﻰﹶﻠ

ﻭ

ِﺀﺎﻤﹾﻟﺎِﺑ ﺪِﻌﺳﺎﻣ

ﺎﻬﻨِﻣ

،

ﹶﻓ

ﻧﺎﻬﻨ

ﺭ ﺎ

ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳ

ﺻ

ﱠﻠ

ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪِﻟﺁﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰ

ﻋ

ﻦ

ﺎﻧﺮﻣﹶﺃﻭ ﻚِﻟﹶﺫ

ﻧ ﹾﻥﹶﺃ

ِﺮﹾﻜ

ﻳ

ﺎﻬ

ﻭﹶﺃ ٍﺐﻫﹶﺬِﺑ

ِﻓ

ﻀ

ٍﺔ.

“Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.”

7. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf:

ﹶﺍﻟ

ﻡﺮﺣ ﺎﺤﹾﻠﺻ ﱠﻻِﺇ ﲔِﻤِﻠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﺰِﺋﺎﺟ ﺢﹾﻠﺼ

ﹰﻻﹶﻼﺣ

ﻭﹶﺃ

ﹶﺃ

ﺎﻣﺍﺮﺣ ﱠﻞﺣ

ﺮﺣ ﱠﻞﺣﹶﺃ ﻭﹶﺃ ﹰﻻﹶﻼﺣ ﻡﺮﺣ ﺎﹰﻃﺮﺷ ﱠﻻِﺇ ﻢِﻬِﻃﻭﺮﺷ ﻰﹶﻠﻋ ﹶﻥﻮﻤِﻠﺴﻤﹾﻟﺍﻭ

ﺍﺎﻣ

.

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”


(5)

09 Pembiayaan Ijarah

Dewan Syariah Nasional MUI

3

8. Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa. 9. Kaidah fiqh:

ﹶﺍ

َﻷ

ِﻓ ﹸﻞﺻ

ﺍﹾﻟ

ِﺕﹶﻼﻣﺎﻌﻤ

ﹾﺍِﻹ

ﹸﺔﺣﺎﺑ

ِﺇ

ﱠﻻ

ﹶﺃﹾﻥ

ﻳﺪ

ﱠﻝ

ِﻟﺩ

ﻴ

ﻬِﻤﻳِﺮﺤﺗ ﻰﹶﻠﻋ ﹲﻞ

ﺎ.

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

ﺩﺭ

ِﺢِﻟﺎﺼﻤﹾﻟﺍ ِﺐﹾﻠﺟ ﻰﹶﻠﻋ ﻡﺪﹶﻘﻣ ِﺪِﺳﺎﹶﻔﻤﹾﻟﺍ ُﺀ

“Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus

didahulukan atas mendatangkan kemaslahatan.”

Memperhatikan : Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari

Kamis, tanggal 8 Muharram 1421 H./13 April 2000.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG PEMBIAYAAN IJARAH

Pertama : Rukun dan Syarat Ijarah:

1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain.

2. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan penyewa/pengguna jasa.

3. Obyek akad ijarah adalah : a. manfaat barang dan sewa; atau b. manfaat jasa dan upah.

Kedua : Ketentuan Obyek Ijarah:

1. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.

2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.

3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan).

4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syari’ah.

5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan

mengakibatkan sengketa.

6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam Ijarah.


(6)

09 Pembiayaan Ijarah

Dewan Syariah Nasional MUI

4

8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.

9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

Ketiga : Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah

1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa: a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang

diberikan

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.

c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan. 2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:

a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materiil).

c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

Keempat : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 08 Muharram 1421 H.

13 April 2000 M

DEWAN SYARI’AH NASIONAL

MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua, Sekretaris,