Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Layanan perbankan kepada nasabah tidak pernah berhenti. Salah satu layanan yang dihadirkan yakni produk pembiayaan. Pembiayaan ijarah dengan akad sewa- menyewa di bank syari‟ah merupakan akad yang sangat fleksibel dalam penerapannya sangat meringankan dan memberi kemudahan bagi para nasabahnya, nasabah yang memerlukan suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan konsumtif atau bisnis. Pertumbuhan pinjaman konsumtif tiap tahun mengalami peningkatan karena pinjaman konsumtif ini paling banyak dicari nasabah karena dari sisi kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan. 1 Secara definisi, pembiayaan konsumtif syariah adalah kebutuhan individual meliputi kebutuhan baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha. Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi 5 bagian yaitu: a. Pembiayaan konsumen akad murabahah b. Pembiayaan konsumen akad IMBT c. Pembiayaan konsumen akad ijarah d. Pembiayaan konsumen akad istishna e. Pembiayaan konsumen akad Qard+ijarah 1 May. “Pinjaman Konsumtif Naik 35 Persen”. Bangka Pos. Pangkalpinang. 10 Februari 2011. 2 Dalam menetapkan akad pembiayaan konsumtif, ada beberapa langkah yang harus dilakukan bank yaitu: 1. Apabila kegunaan pembelian yang dibutuhkan nasabah adalah untuk kebutuhan konsumtif semata, harus dilihat dari sisi apakah pembiayaan tersebut berbentuk pembelian barang atau jasa. 2. Jika untuk pembelian barang, faktor selanjutnya yang harus dilihat adalah apakah barang tersebut berbentuk ready stock, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun, jika berbentuk goods in process, yang harus dilihat berikutnya adalah dari sisi apakah proses barang tersebut memerlukan waktu dibawah 6 bulan atau lebih. Jika dibawah 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan salam. Jika proses barang tersebut memerlukan waktu lebih dari 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah istishna. 3. Jika pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nasabah di bidang jasa, pembiayaan yang diberikan adalah ijarah. 2 Bank adalah suatu lembaga yang di mana kegiatan usahanya adalah menyimpan atau menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Sampai saat ini, mayoritas produk pembiayaan bank syariah masih terfokus pada murabahah, pembiayaan murabahah sebenarnya memiliki kesamaan dengan pembiayaan ijarah. Keduanya termasuk dalam kategori natural 2 Ahmad Ifham Solihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, PT Gramedia pustaka utama, 2010 hal. 612-613. 3 certainty contracts, 3 dan pada dasarnya adalah kontrak jual beli. Yang membedakan keduanya hanyalah objek transaksi yaitu barang, misalnya rumah, mobil dan sebagainya. Sedangkan dalam pembiayaan ijarah, objek transaksinya adalah jasa, baik manfaat atas barang maupun manfaat atas tenaga kerja. Dengan pembiayaan murabahah, bank syariah hanya dapat melayani kebutuhan nasabah untuk memiliki barang, sedangkan nasabah yang membutuhkan jasa tidak dapat dilayani. Dengan skim ijarah, bank syariah dapat pula melayani nasabah yang hanya membutuhkan jasa. 4 Salah satu bentuk pelayanan jasa keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan multijasa, yaitu pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa. Melalui pembiayaan multijasa ini bank syariah mendapatkan kemudahan dalam mengelola likuiditasnya, karena dapat menyalurkan pembiayaan dengan memenuhi kebutuhan nasabah terhadap jasa-jasa yang dibenarkan secara syariah. 5 Produk Ijarah Multijasa muncul karena adanya permintaan dari bank untuk mengembangkan produk pembiayaan pada tiga macam keperluan: pembiayaan untuk upacara perkawinan, pembiayaan untuk wisata ibadah umrah dan pembiayaan untuk studi tingkat lanjut. Dalam perkembangannya, ia bermutasi menjadi produk yang meliputi berbagai produk 3 Natural Certainty Contracts adalah kontrak atau akad dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktunya. 4 Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006 edisi ke-3. hal. 137. 5 Http:Ahmadifham.Files.Wordpress.Com diakses tanggal 15 Maret 2011. 4 pembiayaan yang melayani semua jasa, seperti jasa atas manfaat layanan pendidikan. Pembiayaan multijasa hukumnya boleh jaiz dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah. Kalau bank syariah menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa ijarah. Kalau bank syariah menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa kafalah. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, bank syariah dapat memperoleh imbalan jasa ujrah. 6 Produk-produk pembiayaan yang ditawarkan oleh perbankan syariah Indonesia cukup banyak dan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan usaha maupun pribadi. 7 Produk yang lahir dari Fatwa DSN-MUI No. 44DSN-MUI VIII2004 tentang Pembiayaan Multijasa itu kini berkembang biak menjadi produk pembiayaan multiguna untuk jenis jasa. Idealnya sebuah produk multijasa dilaksanakan seperti pembiayaan Ijarah, dimana bank membelimenyewa aset dan menyewakannya kepada nasabah, lalu nasabah menyewanya secara cicilan. Itulah fungsi sebenarnya dari intermediary institution seperti bank. Produk bank syariah memang banyak, beragam, dan mudah dilaksanakan, karena seirama dan sejalan dengan transaksi di sektor riil. Tapi ia memiliki karakter, prosedur dan teknik yang harus diikuti dengan disiplin. Mungkin satu-satunya kiat 6 Ahmad Ifham Solihin, Ini lho, Bank Syariah, Jakarta : PT Grafindo Media Pratama, 2006 hal .143. 7 Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2008 hal. 243. 5 menjalankan Ijarah Multijasa dengan benar dan aman dari sisi syariah, maupun risk management, adalah mendorong bank untuk menciptakan kerjasama sebanyak-banyaknya dengan penyedia jasa, seperti sekolah, rumah sakit, agen perjalanan untuk umroh dan lain-lain. Jika program-program kerjasama ini dilaksanakan, tentu jaringan keuangan perbankan syariah dengan sekolah, rumah sakit, klinik, agen perjalanan dan sebagainya akan kuat. Dengan demikian stabilitas sistem keuangan dalam skala mikro akan terbangun. Dalam konteks perbankan syariah, maka bank bertindak sebagai muajjir dan nasabah sebagai mustajir. Jadi, keuntungan bagi bank terletak pada nilai sewa yang dibayarkan oleh nasabah. Penggunaan akad ijarah pada pembiayaan multijasa dana pendidikan BSM KCP Ciputat ini pada dasarnya adalah jenis pembiayaan dalam bentuk sewa-menyewa. Bank dapat memperoleh ujrah fee atas manfaat barangjasa yang disewakannya. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase. Apakah jenis pembiayaan multijasa yang dijalankan oleh bsm KCP Ciputat sudah sesuai dengan prinsip akad tersebut, kemudian kerjasamaperikatan yang terjalin antara BSM dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta sudah sesuai dengan perjanjian menurut hukum Islam. Dengan mengacu pada uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih tentang masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul : “ Kerjasama Pembiayaan Multijasa Dana Pendidikan Antara BSM Dengan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta”. 6

B. Perumusan Masalah