Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kecamatan Lumbanjulu 1 adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir. 2 Di daerah Batak Toba khususnya di kecamatan Lumban Julu ada beragam jenis agama dan aliran kepercayaan meliputi Agama Kristen Protestan, Khatolik, Islam dan kepercayaan lainnya. Dan yang menjadi mayoratis adalah Agama Kristen Protestan. Namun ada ada satu aliran keagamaan di Kecamatan Lumban Julu yang mengaku Kristen tetapi tidak diakui di kecamatan Lumban Julu. Aliran itu adalah Secara administratif Batas Kecamatan Lumbanjulu adalah: disebelah Utara dengan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan, sebelah Selatan denganDanau Toba, sebelah Timur dengan Kabupaten Asahan dan sebelah Barat dengan Danau Toba. Masyarakat Kecamatan Lumbanjulu mayoritas Etnik Batak dari Sub-etnik Batak Toba. 1 Tapanuli utara merupakan salah satu kawasan yang berada dalam wilayah administratif pemerintah provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan penjajahan Belanda, salah satu afdeling di Keresidenan Tapanuli adalah Afdeling Bataklanden dengan ibukota Tarutung terdiri atas lima onder afdeling. Setelah kemerdekaan kabupaten tanah batak menjadi 4 empat kabupaten yaitu : 1. Kabupaten Tapanuli Utara ibukotanya Tarutung. 2. Kabupaten Humbang Hasundutan ibukotanya Dolok Sanggul. 3. Kabupaten Toba Samosir ibukotanya Balige. 4. Kabupaten Dairi Ibukotanya Sidikalang. 2 Kabupaten Toba Samosir adalah hasil pemekaran dari Tapanuli Utara pada tahun 1999. Universitas Sumatera Utara Bibel Kring Panangkasi. Bibel Kring panangkasi ada di Kecamatan Lumban Julu sejak tahun 1959. Bibel Kring Panangkasi merupakan komunitas yang berpedoman kuat dengan isi Alkitab. Mereka menjalankan isi Alkitab dengan baik didalam kehidupan mereka. Bibel Kring Panangkasi lahir di kota Balata pada tahun 1944. Penggeraknya adalah Guru Pilemon Simatupang bersama dengan pengurus-pengurus Gereja. Mereka adalah kelompok yang ingin mengubah aturan-aturan dalam gereja dan mengubah aturan-aturan hidup yang harus sesuai dengan Alkitab. Bibel Kring Panangkasi merupakan perpecahan dari HKBP tahun 1944 karena situasi Perang Dunia Ke II. Situasi pada Perang Dunia ke II menimbulkan kecemasan ditanah Batak dan mencari kebenaran tentang jaman yang mereka hadapi. Kecemasan ini membuat umat lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Namun khotbah-khotbah di Gereja kurang memberi jawaban yang memuaskan bagi umat sehingga para pengurus gerejaseusai ibadah berdiskusi dirumah-rumah untuk mendalami Alkitab. Dalam pendalaman Alkitab tersebut mereka mendapati kebenaran bahwa yang terjadi dan yang akan terjadi telah tertulis di dalam Alkitab. Seperti zaman yang mereka hadapi pada perang dunia ke II mereka selidiki dan menemukan bahwa ada tertulis di Alkitab “Bangsa menghancurkan Bangsa, Kota menghancurkan Kota, karna Allah mengacaukan mereka dengan berbagai kesesakan. Dari naats tersebut Universitas Sumatera Utara mereka semakin menyelidiki isi Alkitab dan percaya bahwa jaman telah tertulis disana. Selanjutnya mereka jugamendapati banyak penyimpangan dalam hidup dan dalam gereja. Hasil pemikiran yang mereka dapati tersebutmereka bawa kedalam gereja. Dalam pembawaan ini, banyak yang mereka protes dalam peribadatan di gereja dan aturan masyarakat yang mereka anggap menyimpang dan tidak sesuai dengan Alkitab. Pemprotesan itu ada orang yang menerima dan banyak yang menolaknya. Hal ini dikarenakan pemikiran mereka yang terlalu kritis terhadap isi Alkitab dan peraturan digereja selalu bertentangan dengan pemikiran mereka. Karena banyaknya yang menolak pemikiran mereka, mereka tidak diterima lagi di Gereja lama. Mereka pun mengasingkan diri dan membentuk komunitas sendiri yaitu Bibel Kring panangkasi. Mereka beribadah setiap hari minggu dengan berkumpul dirumah-rumah untuk mendalami isi Alkitab. 3 Bibel Kring panangkasiadalah aliran keagamaan yang mengaku sebagai Bangsa Indonesia tetapi mereka tidak mau ikut pemilu, tidak memiliki KTP dan tidak menghormat ataupun mendirikan bendera. Karena hal itu mereka dianggap sebagai Penganut ini hidup dengan damai di Kecamatan lumban Julu. Perbedaan ajaran dalam agama sudah saling dimaklumi didaerah ini. Gaya hidup ibu-ibu penganut Bibel KringPanangkasi memiliki ciri khas yaitu selalu mengenakan sarung baik ke tempat Ibadah, Pajak, atau kemanapun mereka bepergian. 3 L. Samosir, Sejarah Bibel Kering Panakkasih, Tiga Dolok, 2003, hal. 3. Universitas Sumatera Utara pemberontak sehingga dulu anggota komunitas inisering ditangkap dan ditahan. Namun komunitas ini tetap bertahan dengan gaya hidup mereka tersebut. Bibel Kring panangkasi juga mengaku sebagai Masyarakat Batak Toba tetapi tidak mau mengikuti adat Batak Toba didaerahnya. Mereka juga tidak memakai simbol-simbol Batak Toba seperti Ulos 4 dan Parjambaran 5 Bibel Kring panangkasi juga mengaku sebagai orang Kristen tetapi tidak menggunakan simbol Salib seperti orang Kristen pada umumnya. Dalam komunitas merekapun tidak ada ritus perayaan Kristen seperti Natal dan Paskah. Menurut Sarjana Kristen Liberal, setiap perayaan utama tahunan Kristen adalah tradisi kepercayaan kristen. Gereja mengambil kepercayaan orang-orang primitif untuk disesuaikan dan dialihkan kedalam kepercayan Kristen. dalam Adat Batak Toba.Dalam komunitas mereka juga tidak ada upacara pernikahan, menggali tulang belulang, acara kematian, dll. 6 Penganut Bibel Kring panangkasi dianggap terlalu kritis dalam pendalaman Alkitab. Segala yang menurutnya bertentangan dengan Alkitab tidak mereka jalankan. Isi buku pujian mereka juga harus berasal dari Alkitab dan tidak memiliki Selain itu tidak memiliki tempat ibadah yang tetap. 4 Secara Harafiah ulos adalah selimut. Dalam masyarakat Batak Toba, ulos adalah Kain adat yang merupakan hasil tenunan. Ulos merupakan lambang ikatan kasih, pelengkap upacara adat dan sistem sosial masyarakat Batak. 5 Parjambaran adalah penjatahan bagian daging binatang sembelihan yang berhak diterima sesorang menurut adat. 6 Muhammad Fazlur, Islam Dan Kristen dalam Dunia Modern, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, hal. 71. Universitas Sumatera Utara tangga nada seperti agama lain. Dalam komunitas mereka juga tidak ada istilah Pembabtisansebagai bukti kelahiran baru. Karena hal-hal diataslah penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang Bibel Kring Panangkasidi Kecamatan Lumbanjulu mulai dari sejarah Bibel Kring Panangkasi, bagaimana mereka bertahan dengan gaya hidup mereka ditengah masyarakat batak Toba yang menjunjung tinggi adat istiadat, apa saja yang menjadi gaya hidup dalam komunitas mereka dan apa peran mereka di Kecamatan Lumbanjulu sehingga penulis memilih judul “Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu tahun 1959-2007”. Rentang waktu yang dimulai tahun 1959 karena penyebaran Bibel Kring Panangkasi pertama kali adadi kecamatan Lumban Julu pada tahun 1959. Kemudian penulis membatasi hingga tahun 2007 karena pada tahun tersebut penganut Bibel Kring Panangkasisudah banyak yang keluar dari komunitas.

1.2 Rumusan Masalah