Upacara Perkawinan. Tidak Mengikuti Adat Istiadat

lewat jalur adat pula. 43

4.1.1 Upacara Perkawinan.

Di Kecamatan Lumbanjulu hingga saat ini acara-acara kebudayaan Batak Toba masih terlihat. Namun acara-acara ini tidak diikuti dan diterapkan oleh Bibel Kring Panangkasi karena bertentangan dengan keyakinan mereka. Acara-acara adat di Kecamatan Lumbanjulu memang mereka asingkan dari kehidupan mereka, mereka lebih mengutamakan yang diajarkan Alkitab. Berikut saya jelaskan apa-apa saja Acara Kebudayaan di Kecamatan Lumbanjulu. Salah satu yang paling kuat mengikat hidup kelompok manusia adalah perkawinan. Sebelum masuknya agama Kristen ke Tapanuli, pengesahan perkawinan hanya ada pengesahan secara adat. Tetapi dengan masuknya agama Kristen sudah ada pengesahan tambahan yaitu pemberkatan di Gereja. 44 Pada masyarakat Batak di Kecamatan Lumbanjulu, peranan perkawinan menduduki tempat penting dalam keseluruhan peranan dan kegiatan masyarakat. Dimana ada perkawinan disana pulalah peranan Dalihan Natolu tampil kedepan secara menonjol. Namun dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi pernikahan hanya Sulit dikatakan mana yang lebih penting diantara keduanya sebab pasangan yang perkawinannya sudah disahkan secara adat masih merasakan perkawinannya itu belum sempurna selama belum diberkati di Gereja. Demikian pula sebaliknya, pemberkatan secara gerejani harus disempurnakan lagi secara adat. 43 Ibid. 44 BA. Simandjuntak, Pemikiran Tentang Batak, Medan: Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian Kebudayaan Batak, 1986, hal. 111. Universitas Sumatera Utara dilakukan pemberkatan, itupun tidak di Gereja melainkan dirumah-rumah. Mereka tidak menjalankan pengesahan secara adat seperti dilakukan oleh masyarakat Batak diluar penganut ini. Mereka tidak menjalankan secara adat karena perkawinan yang sah bagi Sang Pencipta adalah pemberkatan secara gerejani. Pemberkatan secara adat itu berasal dari pemikiran manusia bukan tertulis di Alkitab. 45 Sebelum dilaksanakan perkawinan diadakan acara Marhata Sinamot untuk menentukan banyaknya mas kawin yang akan diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan. 46 Pernikahan dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi dikenal dengan pernikahan massal dimana pernikahan dilakukan dari 3 sampai 7 pasang sekaligus. Hal ini dilakukan agar menghemat biaya untuk acara yang akan dilaksanakan. Selesai ibadah pemberkatan pernikahan, mereka mengadakan acara makan bersama. Dalam acara makan bersama tidak ada parjambaran seperti acara makan pada masyarakat Pada waktu itu dibicarakan juga jumlah ulos yang akan diberikan oleh pihak gadis kepada pihak lelaki. Dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi tidak ada acara marhata sinamot untuk menerima mas kawin. Mereka hanya menerima pemberian seikhlas hati untuk membeli pakaian nikah pengantin perempuan. Mereka memberi istilah pemberian itu adalah parsiabit. Jika dalam masyarakat Batak Toba pernikahan anak adalah pesta yang meriah namun dalam Bibel Kring Panangkasi acara pernikahannya dilaksanakan secara sederhana. 45 Wawancara, L. Samosir, Tiga Dolok, 13 maret 2017. 46 Adat Istiadat Daerah Sumatera Utara, Medan: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1976, hal. 47. Universitas Sumatera Utara batak diluar komunitas ini. mereka membagi sama rata setiap hidangan dan potongan daging. Tidak adanya parjambaran dalam komunitas mereka adalah untuk menghindari timbulnya sakit hati akibat salah pemberian bagian. 47 Gaya hidup Bibel Kring Panangkasi yang seperti ini pernah mendapat tantangan dari masyarakat sekitarnya. Masyarakat melempari rumah seorang komunitas Bibel Kring Panangkasi karena menikahkan putranya tetapi tidak menghargai adat istiadat sekitarnya. Masyarakat menuntut mereka untuk membayar adat sesuai dengan adat Batak Toba yang seharusnya. Mereka juga menghindari timbulnya iri hati dari pihak yang lain. Selain itu juga mereka tidak memakai simbol-simbol batak yaitu ulos. Sehingga dalam acara pernikahan tidak ada penyampaian ulos seperti yang dilakukan masyarakat Batak Toba pada umumnya. 48

4.1.2 Upacara Kelahiran