batak diluar komunitas ini. mereka membagi sama rata setiap hidangan dan potongan daging. Tidak adanya parjambaran dalam komunitas mereka adalah untuk
menghindari timbulnya sakit hati akibat salah pemberian bagian.
47
Gaya hidup Bibel Kring Panangkasi yang seperti ini pernah mendapat tantangan dari masyarakat sekitarnya. Masyarakat melempari rumah seorang
komunitas Bibel Kring Panangkasi karena menikahkan putranya tetapi tidak menghargai adat istiadat sekitarnya. Masyarakat menuntut mereka untuk membayar
adat sesuai dengan adat Batak Toba yang seharusnya. Mereka juga
menghindari timbulnya iri hati dari pihak yang lain. Selain itu juga mereka tidak memakai simbol-simbol batak yaitu ulos. Sehingga dalam acara pernikahan tidak ada
penyampaian ulos seperti yang dilakukan masyarakat Batak Toba pada umumnya.
48
4.1.2 Upacara Kelahiran
Merekapun menjelaskan kepada masyarakat bahwa mereka tidak dapat membayar secara adat karena
bertentangan dengan keyakinan mereka. Masyarakatpun akhirnya tidak mengganggu komunitas mereka lagi sejak penjelasan tersebut.
Kelahiran anak ditengah-tengah keluarga adalah merupakan berkat bagi setiap keluarga. Oleh sebab itu setiap kelahiran selalu disambut dengan rasa gembira.
Sejalan dengan itu dilangsungkan malam siaga selama tujuh hari semenjak kelahiran yang dihadiri oleh pendududuk kampung serta kerabata-kerabat dekat keluarga
47
L. Samosir, op.cit, hal. 8.
48
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Kemudian akan ada juga upacara kelahiran yang disebut “esek-esek”. Ibu- ibu dari lingkungan kampung tersebut akan datang membawa pemberian berupa beras
sipirnitondi dari kelompok hula-hula dan pemberian uang dari kelompok parboru. Dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi, kelahiran anak juga disambut
gembira. Satu komunitas mereka akan datang kerumah keluarga yang mendapatkan berkat tersebut. Mereka bebas membawa apa saja menurut keikhlasan hati dan
kemampuan mereka. Hari minggu yang ditemui setelah kelahiran akan mengadakan ibadah dirumah yang melahirkan anak tersebut. Mereka mengadakan syukuran atas
kelahiran anak didalam keluarga komunitas mereka. Sehingga komunitas Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan ini tidak mengenal upacara kelahiran.
4.1.3 Upacara Kematian
Bila seseorang meninggal dunia, upacara untuk ini telah ditentukan menurut adat. Peristiwa kematian diberitahukan kepada hula-hula, dongan sabutuha dan boru.
Selama jenazah tersebut belum dikebumikan, siang malam keluarga yang bersangkutan akan menyediakan makanan dan minuman. Pihak hula-hula wajib
memberi ulos Batak kepada suami atau istri yang kemalangan. Ulos tersebut harus dipakai selama jenazah belum dikubur. Satu atau dua hari lagi sebelum jenazah
dikuburkan, pihak hula-hula memberikan ulos untuk jenazah tersebut.
49
49
Adat istiadat daerah Sumatera Utara, Op.cit, hal. 49.
Hari penguburan jenazah akan diadakan pesta yang diiringi gendang dan tor-tor batak.
Seluruh keluarga, hula-hula, dongan sabutuha, boru dan teman sekampung datang ke upacara adat tersebut. Disana juga diadakan makan bersama dihalaman rumah yang
Universitas Sumatera Utara
kemalangan tersebut. Diadakan juga pembagian jambar yang ditentukan menurut tata adat Batak setempat.
Dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi tidak ada upacara kematian. Di Kecamatan Lumbanjulu jika dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi ada yang
meninggal dunia, maka mereka satu komunitas akan datang kerumah yang berduka. Mereka akan melakukan ibadah untuk memanjatkan doa penyerahan yang meninggal
kepada sang pencipta. Mereka akan memberi bantuan seikhlas hati kepada yang berduka. Tidak ada acara kematian yang lain selain ibadah dan penguburan didalam
komunitas Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu.
4.1.4 Mendirikan Tambak atau Tugu