9 sosial, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi,
fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan.
Mengenai fungsi keluarga, khususnya tanggung jawab orang tua terhadap anaknya Singgih P Gunarsa 1991:54 mengemukakan sebagai berikut:
“Tanggung jawab orang tua ialah memenuhi kebutuhan-kebutuhan si anak baik dari sudut Organis-Psikologis, antara lain makanan, maupun kebutuhan-
kebutuhan psikis seperti kebutuhan-kebutuhan akan perkembangan, kebutuhan intelektual melalui pendidikan, kebutuhan rasa dikasihi, dimengerti dan rasa aman
melalui perawatan asuhan ucapan-ucapan dan perlakuan”. Keseimbangan dalam menjalankan peranfungsi instrumental dan ekspresif sangat diperlukan agar dapat
mengintegrasikan suasana keluarga yang harmonis.
2.2. Teori Sosial-Konflik
Asumsi teori sosial konflik berlawanan dengan teori struktur fungsional. Asusmsi Karl Marx menyatakan bahwa walaupun relasi sosial menggambarkan
karakteristik yang sistematik, pola relasi sebenarnya menggambarkan kepentingan pribadi, konflik yang tidak dapat dihindari dari sistem sosial, konflik akan terjadi
pada keterbatasan pendistribusian sumberdaya terutama kekuasaan dan konflik adalah sumber utama dari perubahan. Situasi konflik dalam lingkungan sosial
adalah sesuatu yang normal terjadi.Hubungan yang penuh konflik ini juga terjadi pada keluarga, sumber dari konflik tersebut adalah struktur dan fungsi dari
keluarga itu sendiri.Seorang suami sebagai kepala keluarga dapat menjadi sumber konflik dengan istri sebagai ibu rumahtangga karena dalam struktur, mutlak
terjadi penindasan oleh orang yang memiliki kekuasaan lebih tinggi kepada orang
Universitas Sumatera Utara
10 yang berada di bawahnya.Keluarga, menurut teori ini, bukan sebuah kesatuan
yang normatif harmonis dan seimbang, melainkan lebih dilihat sebagai sebuah sistem penuh konflik yang menganggap bahwa keragaman biologis dapat dipakai
untuk melegitimasi relasi sosial yang operatif. Keragaman biologis yang menciptakan peran gender dianggap konstruksi
budaya, sosialisasi kapitalisme, atau patriarki. Menurut para feminis Marxis dan sosialis institusi yang paling eksis dalam melanggengkan peran gender adalah
keluargadanagama,sehinggausahauntukmenciptakan perfect equality kesetaraan gender 5050 adalah dengan menghilangkan peran biologis gender, yaitu dengan
usaha radikal untuk mengubah pola pikir dan struktur keluarga yang menciptakannya Megawangi, 1999;34. Menurut perspektif sosial konflik,
perempuan sebagai istri harus dapat dibebaskan dari belenggu keluarga agar dapat menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan
dapat mengaktualisasikan diri.Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan penghapusan atau perubahan dari suami sebagai pencari nafkah sedangkan istri
hanya sebagai ibu rumahtangga.Hasil perubahan tersebut adalah terjadi perubahan peran yang lebih fleksibel dan istri dapat lebih mengaktualisasikan diri, misalnya
dengan bekerja.
2.3. Pengertian Feminisme