21 1999 menyatakan bahwa jam kerja dan pembagian pekerjaan domestik yang adil
akan mempengaruhi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Keene 2004 menyatakan bahwa jam kerja berhubungan negatif
signifikan dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga dan anak terkecil berhubungan negatif dengan kesuksesan dalam menyeimbangkan antara keluarga
dan pekerjaan Milkie 1999. Strickland 2006 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan sosial dan keseimbangan pekerjaan dan keluarga kemudian Lee 2006 menyatakan bahwa tujuan keluarga, pendidikan, keseimbangan antara
pekerjaan dan keluarga, manajemen aktifitas berhubungan positif dengan kesejahteraan.
Hasil penelitian Beham 2010 mengungkapkan bahwa keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan. Milkie 2010
menyatakan bahwa jam kerja berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga, alokasi waktu dengan anak berhubungan negatif dengan
penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Hasil penelitian Sidin 2010 menyatakan bahwa konflik antara pekerjaan
dan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif.
2.10. Kontribusi Ekonomi Perempuan
Penelitian Ministry of Health, Labour and Welfare 2005 menyebutkan bahwa meningkatnya partisipasi perempuan yang sudah menikah sebagai pekerja
dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal tersebut dapat menyimpulkan bahwa kontribusi ekonomi perempuan terhadap total pendapatan keluarga tidak
dapat diabaikan urgensinya. Urgensi tersebut diperkuat dengan hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
22 yang menyatakan bahwa besarnya kontribusi yang diberikan oleh buruh
perempuan terhadap pendapatan keluarga cukup besar yakni sebesar 52,3 Fadah et al. 2004. Kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah
sebesar 66,6 persen Ukoha, 2003. Herawati 2000 mengungkapkan bahwa semakin tinggi jumlah
perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi
perempuan dan teknologi yang semakin maju.Hal ini dapat dikatakan bahwa alasan perempuan mencari penghasilan tambahan, yaitu: uang, peranan sosial dan
pengembangan diri. Hasil laporan penelitian di Wellington menyebutkan bahwa 86 persen perempuan Pasifik memberikan kontribusi ekonomi pada keluarganya,
kontribusi tersebut digunakan untuk biaya pengeluaran hidup sehari-hari Koloto, 2005. Hasil penelitian Yamato 2003 menjelaskan bahwa istri dengan kontribusi
pendapatan yang tinggi dan rendah akan meningkatkan kepuasan pernikahannya jika suami ikut andil dalam pengasuhan anaknya.
2.11. Kesejahteraan Keluarga
Pengukuran tingkat kesejahteraan dapat dilakukan dengan pendekatan objektif dan subjektif.Pengukuran kemiskinan menggunakan pendekatan objektif
didasarkan pada standar yang telah disepakati negara atau provinsi, namun pada pengukuran kesejahteraan subjektif didasarkan pada pertimbangan individual
Raharto dan Romdiati, 2000. Kesejahteraan subjektif ini biasa disebut Quality of Life QOL, Subjective
Quality of Life SQOL atau Subjective Well- Being SWB. Menurut UU No. 52 tahun 2009 ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang
Universitas Sumatera Utara
23 memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-materil
guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonisdalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin
www.hsph.harvard.edu. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, keluarga sejahtera adalah
keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup material dan spritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Taraf kesejahteraan tidak
hanya berupa ukuran yang terlihat fisik dan kesehatan tapi juga yang tidak dapat dilihat spiritual.
1 Economical well-being: yaitu kesejahteraan ekonomi; indikator yang
digunakan adalah pendapatan GNP, GDP, pendapatan per kapita per bulan, nilai asset.
2 Social well-being, yaitu kesejahteraan sosial; indikator yang digunakan
diantaranya tingkat pendidikan SD MI-SMP MTs-SMA MA-PT; pendidikan non-formal Paket A, B, C; melek aksara atau buta aksara dan
status dan jenis pekerjaan white collar = elit profesional, blue collar = proletar buruh pekerja; punya pekerjaan tetap atau pengangguran.
3 Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik; indikator yang digunakan
adalah status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas tingkat morbiditas. 4
Psychologicalspiritual mental, yaitu kesejahteraan psikologi; indikator yang digunakan adalah sakit jiwa, tingkat stres, tingkat bunuh diri, tingkat
perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal perkosaan, pencurian
Universitas Sumatera Utara
24 perampokan, penyiksaanpembunuhan, penggunaan narkoba NAPZA,
perusakan, tingkat kebebasan seks. Beberapa studi menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan subjektif adalah umur, gender dan pendidikan, status finansial Zhang, 2007, status perkawinan dan kesehatan fisik. Hasil penelitian Chen
2010 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Semakin banyak frekuensi
peran, kontak dengan tetangga dan aktivitas grup maka semakin tinggi rata-rata kesejahteraan perempuan.
2.12. Hasil Penelitian Terdahulu