24 perampokan, penyiksaanpembunuhan, penggunaan narkoba NAPZA,
perusakan, tingkat kebebasan seks. Beberapa studi menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan subjektif adalah umur, gender dan pendidikan, status finansial Zhang, 2007, status perkawinan dan kesehatan fisik. Hasil penelitian Chen
2010 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Semakin banyak frekuensi
peran, kontak dengan tetangga dan aktivitas grup maka semakin tinggi rata-rata kesejahteraan perempuan.
2.12. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyani et. al2001 yang mengatakan bahwa fakor-faktor yang menyebabkan perempuan ikut terjun ke sektor publik
adalah: a
Jika pendapatan suami masih belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga, maka istri akan bekerja lebih banyak untuk membantu
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Artinya, ketika jumlah penghasilan keluarga terutama suami relatif kecil, maka keputusan perempuan
berstatus menikah untuk bekerja relatif besar, b
Jika pendapatan suami sudah mampu mencukupi kebutuhan keluarga, maka istri tidak akan bekerja di sektor publik dan hanya fokus pada urusan
rumah tangga. Artinya, ketika jumlah penghasilan suami relatif besar, maka keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja relatif kecil,
c Pengaruh jumlah tanggungan pada keluarga terhadap keputusan seorang
perempuan yang berstatus menikah untuk bekerja. Semakin banyak jumlah
Universitas Sumatera Utara
25 tanggungan dalam keluarga membuat semakin besar keikutsertaan
perempuan untuk berusaha memenuhi kebutuhan keluarga, mulai dari kebutuhan sekolah anak-anak, biaya dapur, kebutuhan pokok dan biaya tak
terduga lainnya. Kenyataannya di dalam keluarga miskin, sebagian besar yang
memungkinkan keluarga mereka tetap bertahan hidup dikarenakan perempuan yang berperan dalam menafkahi keluarga, semakin miskin suatu keluarga maka
keluarga itu semakin bergantung kepada produktivitas ekonomi seorang perempuan.
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hugen 2011 terhadap buruh
perkebunan kelapa sawit, menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya alokasi kerja perempuan untuk terjun ke sektor
publik adalah: a
Usia dan pendidikan, usia istri diduga sangat berpengaruh terhadap aktivitas mereka dalam bekerja sehari-hari. Dilihat dari aspek umur istri
berusia rata-rata 34,5 tahun, masuk dalam kategori usia produktif yang berarti mempunyai potensi sebagai sumber tenaga kerja baik di dalam
maupun di luar daerah tempat tinggal. Sementara itu tingkat pendidikan istri sebagian besar 76,33 tamat SD selebihnya hanya tamat SLTP
23,76. Istri yang bekerja di luar rumah lebih besar dipekerjakan pada jenis pekerjaan yang dominan membutuhkan tenaga fisik,
b Tanggungan keluarga, tanggungan keluarga dalam penelitian ini
mengacu pada pendapat Sajogyo, P. 1994 yang mengatakan,
Universitas Sumatera Utara
26 tanggungan keluarga dihitung dengan memilah berapa jumlah jiwa yang
masih menjadi tanggungan dan masih dalam satu priuk nasi, c
Kepala keluarga bekerja diluar daerah, pada umumnya kepala keluarga akan mencari pekerajan keluar daerah tempat tinggal jika lapangan kerja
di dalam daerah merea tinggal kurang menjanjikan atau pendapatan dari usaha tani kurang mencukupi kebutuhan keluarga,
d Alokasi waktu kerja bagi yang mempunyai anak balita, karena waktunya
lebih banyak digunakan untuk mengurus anak balita. Sisanya digunakan untuk kegiatan reproduktif dan sosial.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Suhartini 2010 ikutnya perempuan terjun ke
sektor publik untuk bekerja menopang perekonomian keluarga menyebabkan: a
Para perempuan yang bekerja pada sektor publik mendapat keuntungan karena dapat memperluas hubungan sosial dengan masyarakat luas dan
tidak hanya berinterkasi dengan anak dan suami, b
Kehidupan ekonomi para perempuan tidak mengalami perubahan karena pendapatan yang diperoleh belum mampu untuk memenuhi kebutuha
primer, skunder dan tersier, c
Pola pengambilan keputusan dalam perempuan ada hal-hal tertentu yang didominasi oleh istri atau perempuan terutama dalam hal yang berkaitan
dengan urusan domestik, d
Hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas pengasuhan anak-anak, pendidikan anak-anak, dan kesehatan relati dilakukan secara bersama
antara suami dan istri.
Universitas Sumatera Utara
27 Selain faktor-faktor penyebab ikut terjunnya istri untuk membantu suami
ayah dalam menopang perekonomian keluarga, dibawah ini terdapat hasil penelitian terdahulu mengenai persepsi suami terhadap aktifitas peran ganda
perempuan di sektor domestik dan di sektor publik sebagai berikut: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Iriani 2003 persepsi suami terhadap aktifitas peran ganda perempuan sunda di rumah tangga dan di luar rumah tangga
adalah: a
Istri diharapkan tidak meninggalkan kodratnya walaupun melakukan pekerjaan nafkah untuk menunjang keuangan keluarga,
b Istri dan suami secara bersama-sama memberikan perhatian terhadapa
pendidikan dan kesehatan anak yang merupakan tanggung jawab orangtua,
c Istri dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, kerena
suami-istri sebagai mitraperan dalam keluarga. Persepsi positif dari suami tersebut, menunjukan bahwa keluarga sebagai jaringan hubungan
sistem sosial berlangsung dengan stabil, karena masing-masing anggotanya dapat melaksanakan fungsi dan perannya yang sesuai dengan
status masing-masing. Dengan adanya pergeseran peran pelaksaan peran istri, maka suami sebagai mitraperannya dapat melakukan perubahan
peran kontekstual secara adaptif, sehingga upaya mewujudkan keberfungsian keluarga dapat terwujud.
2. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ieke Iriani 2003 mengenai persepsi
suami terhadap aktifitas istri di sektor publik adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
28 a
Suami menghargai hak dan kewajiban istri dalam melakukan aktifitas di luarrumah, karena dapat meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkan wawasannya, b
Memberi dukungan dan motivasi terhadap perkembangan usaha atau karier istirnya,
c Memberikan dukungan dengan meninggalkan nilai yang sudah tidak
relevan dengan dinamika masyarakat. Penelitian ini memperlihatkan bahwa telah terjadi transformasi kesetaraan
gender dengan bentuk kemitrasejajaran perempuan-laki-laki, dalam hal ini akibat adanya persepsi positif dari perempuan Sunda terhadap aktifitas peran-gandanya.
Menjaga stabilitas struktur dan fungsi keluarga, maka perempuan Sunda mengembangkan harapan anticipatory dalam pelaksanaan perannya dan secara
konsisten menerima peran kodrati mengandung, melahirkan dan menyusui, laki- laki dalam hal ini suami mengembangkan konsensus dengan meninggalkan nilai
yang membatasi ruang gerak perempuan Sunda dan mengembangkan nilai budaya yang mendukung perempuan Sunda untuk eksis di sektor publik.
Lingkungan masyarakat Sunda mengembangkan nilai budaya yang mendukung aktifitas peran ganda, sebagai upaya pemberdayaan
perempuan.Dalam hal ini peran kodrit perempuan tetap menjadi tuntutan budaya dan agama.Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa walaupun budaya Sunda
masih menempatkan perempuan di sektor domestik, namun kekuatan budaya tradisional yang membatasi ruang gerak perempuan, telah dianggap negatif dan
sudah tidak relevan lagi dengan dinamika masyarakatnya.Sehingga perempuan memiliki ‘pengakuan’ dan legalitas dari masyarakat untuk tampil sebagai pekerja
Universitas Sumatera Utara
29 atau pencari nafkah serta dapat berpartisipasi dalam kegiatan
kemasyarakatan.Berdasarkan temuan penelitian ini dapat dikemukakan bahwa alternatif model peran-ganda yang dipilih oleh perempuan Sunda adalah ‘model
ideal’ atau model keseimbangan, karena perhatian terhadap keluarga dan aktifitas di sektor publik memiliki proporsi yang seimbang.
2.13. Kerangka Pemikiran