Pembuatan Sabun Uji Efek Anti Hiperpigmentasi

28 Untuk memperoleh jumlah konsentrasi tepung beras dam ekstrak daun kemuning digunakan rumus: Ekstrak x Total berat formula sabun Tepung x Total berat formula sabun Jumlah Sabun yang di dapat adalah 10 Buah dengan berat fisik sabun rata-rata yaitu 95.2 gram.

3.4 Pembuatan Sabun

Untuk membuat sabun diperlukan larutan NaOH 30 dengan cara ditimbang NaOH yang tertera pada formulasi kemudian dilarutkan dalam aquades yang diaduk sampai larut seluruhnya. Minyak kelapa, minyak sawit dan minyak kacang yang sudah ditimbang sesuai formulasi di atas dimasukkan dalam mixer kemudian ditambahkan dengan larutan NaOH. Diaduk dengan mixer hingga homogen dan terjadi masa sabun. Kemudian tambahkan asam stearat, gliserin, asam sitrat, NaCl, natrium lauril sulfat dan parfum. Setelah homogen kemudian tambahkan ekstrak kemuning, dan tepung beras pada formula. Masa sabun kental yang telah ditambahkan tepung beras dan ekstrak daun kemuning dituang ke dalam cetakan dan didiamkan sampai mengeras. Simpan selama satu minggu, kemudian sabun digunakan sebagai penelitian lanjutan untuk diteliti efeknya sebagai anti hiperpigmentasi. 3.5 Pemeriksaan Sifat Fisik Sabun 3.5.1 Pengukuran pH sabun Pengukuran pH sabun menggunakan pH Meter dengan cara: alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH 7,0 dan Universitas Sumatera Utara 29 larutan dapar pH basa pH 10,0 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan dengan tisu. Sebanyak 0,050 g sabun, dimasukkan ke dalam beaker gelas 100 ml, kemudian tambah air suling ad 50 ml konsentrasi 0,1. Setelah itu elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan hasil pH dari sediaan yang terukur Mariane, 2003.

3.5.2 Pengukuran ketinggian busa sabun

Sabun yang dihasilkan dari formulasi terlebih dahulu dipotong-potong hingga halus. Kemudian sebanyak 0,05 g sabun yang telah dipotong-potong dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml, lalu ditambahkan air suling ad 50 ml konsentrasi 0,1. Larutan sabun tersebut dikocok selama 100 detik sebanyak 200 kali kocokan dengan dua kali kocokandetik. Setelah di kocok busa yang terbentuk dibiarkan selama selama 10 menit dan diukur ketinggian busa yang dihasilkan setiap 5 menit Ernita, 2001.

3.5.3 Pengukuran tegangan permukaan sabun

Terdapat berbagai metode dalam mengukur tegangan permukaan air. Penelitian ini menggunakan metode pipa kapiler dalam mengukur tegangan permukaan air sabun, yaitu sebanyak 100 ml air sabun di masukkan kedalam beaker glass sesuai dengan konsentrasi ekstrak masing masing. Kemudian diukur dengan pipa kapiler dengan cara memasukkan ujung pipa kapiler kedalam beaker glass yang sudah diisi dengan air sabun sebanyak 5 kali dengan pipa kapiler yang berbeda-beda. Diukur panjang tegangan permukaan pada pipa kapiler dengan menggunakan penggaris Cm. Universitas Sumatera Utara 30 Setelah diukur panjang tegangan permukaan, kemudian dihitung menggunakan rumus pengukuran tegangan permukaan. Hasil yang didapat kemudian dikelompokkan beradasarkan konsentrasi dan dicatat hasilnya kedalam tabel yang menggunakan satuan dyne.

3.6 Uji Efek Anti Hiperpigmentasi

Untuk melihat perubahan noda yang terjadi pada kulit, dilakukan uji efek anti-hiperpigmentasi dengan menggunakan skin analyzer Aramo-SG. Pengujian efektivitas anti hiperpigmentasi dilakukan terhadap sukarelawan sebanyak 20 orang. Area kulit yang diteliti perubahanya adalah kulit punggung tangan dan dibagi menjadi 5 kelompok. Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu banyaknya noda Spot kondisi awal kulit dengan menggunakan alat skin analyzer . Perawatan mulai dilakukan dengan membagikan sediaan sabun sesuai konsentrasi yang telah ditetapkan untuk dipakai sehari-hari. Penggunaan sabun mulai dilakukan dengan cara mencuci punggung tangan satu kali sehari selama 4 minggu. Kemudian perubahan kondisi kulit diukur setiap minggunya, selama 4 minggu dengan menggunakan alat skin analyzer, terdiri dari 5 kelompok, yaitu: 1. Kelompok I dengan 4 sukarelawan menggunakan kombinasi tepung beras dengan ekstrak daun kemuning 3. 2. Kelompok II dengan 4 sukarelawan menggunakan kombinasi tepung beras dengan ekstrak daun kemuning 4. 3. Kelompok III dengan 4 sukarelawan menggunakan kombinasi tepung beras dengan ekstrak daun kemuning 5. Universitas Sumatera Utara 31 4. Kelompok IV dengan 4 sukarelawan untuk formula blanko. 5. Kelompok V dengan 4 sukarelawan untuk sabun merk Sabun Beras Thailand. Universitas Sumatera Utara 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Ekstraksi Daun Kemuning

Hasil yang didapat dari proses ekstraksi dari 300 g daun kemuning dengan menggunakan pelarut etanol 70 yang dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ±40°C yaitu berupa ekstrak kental dengan berat 115 g. 4.2 Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Sabun 4.2.1 Hasil pengukuran pH sediaan sabun Hasil pengukuran pH sabun kombinasi tepung beras dan ekstrak daun kemuning yang dilakukan dengan menggunakan pH meter pada berbagai konsentrasi, didapat perbedaan ukuran pH yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Data pengukuran pH sabun berdasarkan hari. Formula Nilai pH rata-rata pada hari ke 7 14 21 28 F1 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 F2 9,02 9,02 9,02 9,02 9,02 F3 9,05 9,05 9,05 9,05 9,05 F4 8,95 8,95 8,95 8,95 8,95 F5 9,05 9,05 9,05 9,05 9,05 Keterangan: F: Formula, F1: 3, F2: 4 dan F3:5 dan F4: Blanko tanpa ekstrak dan F5 adalah sabun merk Sabun beras thailand. Dilihat dari Tabel 4.1 bahwa terdapat perbedaan ukuran pH yang dihasilkan dengan variasi dengan variasi konsentrasi ekstrak daun kemuning yang ditambahkan pada formula sabun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 4 minggu tidak terdapat perubahan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa F3 dengan konsentrasi ekstrak kemuning 5 persen menyebabkan pH meningkat Universitas Sumatera Utara