13 ada, pigmen yang digunakan biasanya stabil dan konsentrasinya kecil sekali 0,01-
0,5. Titanium dioksida 0,01 ditambahkan pada berbagai sabun untuk menimbulkan efek berkilau.
11. Parfum Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum sebagai pewangi.
Pewangi ini harus berada dalam pH dan wana yang berbeda pula. Setiap pabrik memilih bau dan warna sabun bergantung pada permintaan pasar atau masyarakat
pemakainya. 12. Pengontrol pH
Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat, dapat menurunkan pH sabun.
13. Bahan tambahan khusus Berbagai bahan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pasar, produsen,
maupun segi ekonomi dapat dimasukkan kedalam formula sabun. Dewasa ini dikenal berbagai macam sabun khusus, misalnya menambahkan sukrosa dan
gliserin Wisitaadmadja,1997.
2.5.3 Cara kerja sabun
Kemampuan sabun untuk menyingkirkan lemak dari pakaian juga berpangkal
dari “sejenis melarutkan yang sejenis”. Bila sabun bersentuhan dengan minyak atau lemak yang mengotori pakaian , ekor hidrofob dari anion larut dalam
lemak. Minyak berangsur- angsur terpisah dari serat pakaian dan terbungkus dalam misel yang menjerat minyak didalamnya. Misel mengemulsikan minyak
dan mempertahankannya dalam suspensi sehinggga dapat terbawa oleh air bilasan Brady, 1994.
Universitas Sumatera Utara
14 Surfaktan adalah prinsip kerja dari setiap deterjen, yang jika dilarutkan
kedalam cairan cenderung memekat pada permukaan cairan tersebut. Kesanggupan ini disebabkan sifat fisiokimia yang dualistik, yaitu mempunyai
bagian yang senang pada pelarut filik dan bagian yang tidak senang pada pelarut fobik. Jika pelarutnya air, maka surfaktan akan berada di batas antara air dan
yang dilarutkan dan tegak lurus terhadap batas tersebut dengan bagian yang bersifat filik berada dalam air.
Dua jenis surfaktan yang dikenal, yaitu: 1. Surfaktan ionik, yakni surfaktan yang bila terlarut dalam pelarut air akan
terurai menjadi ion negatif dan positif. 2. Surfaktan nonionik tidak berionisasi, misalnya poliglikol ester dan
alkohol jenuh. Selain sebagai pelarut, surfaktan dapat bekerja sebagai pembasah,
pembentuk busa, dan pengemulsi. Pada sabun, surfaktan bekerja sebagai pelarut kotoran dan lemak, pengemulsi, dan pembentuk busa. Meskipun banyaknya
busa tidak mempengaruhi daya larut dan daya bersih sabun, namun masih banyak orang menyukai busa sabun dalam pencucian.
2.5.4 Kegunaan sabun
Kegunaan sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua
sifat sabun. 1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non-polar,
seperti tetesan-tetesan minyak.
Universitas Sumatera Utara
15 2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung
anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak
dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi Fessenden Fessenden, 1992.
Sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat sebagai lemak atau minyak karena sabun dapat mengemulsikan lemak
atau minyak . Jadi sabun dapat bersifat sebagai emulgator Poedjaji, 2004.
2.6 Jenis-jenis Minyak Pada Pembuatan Sabun