Fakta Hukum Penerapan Justice Collaborator Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor: 161/Pid.Sus/TPK/2015/PN.Jkt.Pst)

Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidana.

3. Fakta Hukum

64 a. Berdasarkan keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti, bukti surat, dan petunjuk terkait dakwaan I diperoleh fakta hukum sebagai berikut: Kasus ini bermula sekitar bulan Maret sampai dengan 9 Juli 2015. Dimana awalnya karena dilakukan penyelidikan oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dengan dugaan terjadinya Tindak Pidana Korupsi Dana Bantuan Sosial BANSOS, Bantuan Daerah Bawahan BDB, Bantuan Operasional Sekolah BOS dan Penahanan Pencairan Dana Bagi Hasil DBH di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diduga dilakukan oleh Gubernur Sumatera Utara yaitu Gatot Pujo Nugroho. Pada tanggal 19 Maret 2015 Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara mengeluarkan surat panggilan permintaan keterangan yang ditujukan kepada Ahmad Fuad Lubis selaku Kepala Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan tanggal 31 Maret 2015 mengeluarkan surat permintaan keterangan yang ditujukan kepada Sabrina selaku Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Selain Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, pada tanggal 20 Maret 2015 Kejaksaan Agung juga mengeluarkan surat permintaan keterangan 64 Ibid Universitas Sumatera Utara yang ditujukan kepada Kepala Biro Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Sekretaris Daerah Pemprovsu terkait kasus korupsi dimana dalam surat tersebut sudah tercantum nama Gatot Pujo Nugroho. Bahwa setelah mengetahui pemanggilan tersebut, Terdakwa I dan Terdakwa II menemui O.C. Kaligis yang notabenenya adalah pengacara pribadi dari para terdakwa dimana kedatangan mereka adalah untuk membahas bagaimana agar panggilan-panggilan tersebut tidak mengarah kepada Terdakwa I. Lalu atas perintah para terdakwa, Ahmad Fuad Lubis dan Sabrina mendatangi O.C. Kaligis dengan tujuan pendampingan dalam memberikan keterangan di Kejaksaan Agung. Setelah pendampingan tersebut, O.C. Kaligis menyarankan kepada para terdakwa agar diajukan permohonan pengujian kewenangan ke PTUN Medan terhadap surat permintaan keterangan dari Kejatisu dengan tujuan agar panggilan tidak mengarah ke Terdakwa I, dan terdakwa I menyetujui usulan tersebut. Pada tanggal 29 April 2015, sebelum mendaftarkan gugatan O.C. Kaligis, Yaghari Bastara Guntur dan Yurinda Tri Achyuni melakukan konsultasi dengan Ketua Pengadilan PTUN Medan yaitu Tripeni Irianto Putro yang difasilitasi oleh Syamsir Yusfan, dan setelah pertemuan tersebut Tripeni Irianto Putro mempersilahkan gugatan dimasukkan ke PTUN, dan setelah pertemuan O.C. Kaligis memberikan uang sebesar SGD 5.000 kepada Tripeni Irianto Putro dan USD 1000 kepada Syamsir Yusfan. Pada 5 Mei 2015 Yagari Bhastara Guntur mendaftarkan gugatan ke PTUN setelah mendapatkan telepon dari Syamsir Yusfan, dan setelah pendaftaran gugatan Yagari Bhastara Guntur memberikan Universitas Sumatera Utara uang sebesar USD 10.000 kepada Ketua PTUN Medan dengan tujuan agar Ketua PTUN Medan yang menjadi Ketua Majelis Hakim untuk menangani kasus tersebut. Beberapa hari setelah pendaftara gugatan, Yagari Bhastara Guntur dan Yurinda Tri Achyuni mendatangi kantor Tripeni Irianto Putro, yang dihadiri Dermawan Ginting dan Amir Fauzi, untuk menyampaikan permohonan yang akan dinyatakan tidak sah. Dalam pertemuan tersebut Amir Fauzi sempat mengatakan tidak setuju dengan petitum permohonan yang diajukan oleh mereka. Tetapi mereka mengatakan bahwa itu adalah hal baru dan juga sudah diperiksa oleh beberapa ahli. Pada tanggal 18 Mei dilakukan sidang pertama, dan sebelum dimulai O. C. Kaligis menemui Ketua PTUN Medan untuk meyakinkan agar bersikap berani memutus sesuai petitum karena gugatan termasuk kategori baru. Setelah melalui persidangan, pada tanggal 30 Juni 2015 O. C. Kaligis menelepon Evy Susanti meminta uang sebesar USD 30.000 yang diserahkan oleh Evy Susanti sebesar USD 15.000, dan sisanya pada 1 Juli 2015 sebesar USD 15.000 dan hal ini diketahui oleh Terdakwa I. Setelah menerima uang dari Terdakwa II, O.C. Kaligis, Yagari Bhastara Guntur dan Yurinda Tri Achyuni berangkat ke Medan untuk menemui hakim PTUN yang memeriksa perkaranya. Keesokan harinya O.C. Kaligis, Yagari Bhastara Guntur, dan Yurinda Tri Achyuni mendatangi Ketua PTUN Medan dan mendesak agar permohonannya dikabulkan sambil menyerahkan uang kepada Tripeni namun ditolak oleh Tripeni. Universitas Sumatera Utara Pada hari yang sama O. C. Kaligis dan Yurinda Tri Achyuni pulang ke Jakarta, sedangkan Yagari Bhastara Guntur diperintahkan oleh O.C. Kaligis untuk tetap di Medan agar menemui hakim anggota. Pada saat menemui hakim anggota terjadilah kesepakatan untuk memenuhi permintaan O. C. Kaligis tapi dengan adanya pemberian uang yang akan diberikan pada 5 Juli 2015. Setelah itu Dermawan Ginting dan Amir Fauzi menemui Tripeni Irianto Putro, dalam pertemuan itu terjadilah kesepakatan bahwa permohonan akan dikabulkan sebagian. Pada 5 Juli 2015 sesuai kesepakatan, O. C. Kaligis, Yagari Bhastara Guntur, Yurinda Tri Achyuni pergi ke Medan untuk menyerahkan uang. Atas perintah O. C. Kaligis, Yagari Bhastara Guntur menyerahkan uang kepada Dermwan Ginting dan Amir Fauzi masing-masing sebesar USD 5.000. Di hari yang sama Terdakwa II menelepon Yagari Bhastara Guntur untuk memastikan apakah semua aman, dan dijawab aman oleh Yagari Bhastara Guntur. Pada 6 Juli O. C. Kaligis menelepon Yagari Bhastara Guntur untuk memastikan apakah semua aman, dan jawaban Yagari adalah aman. Di hari yang sama Yagari Bhastara Guntur juga bertemu Gatot Pujo Nugroho dimana Gatot menanyakan perkembangan perkaranya. Pada 7 Juli adalah pembacaan putusan. Setelah pembacaan putusan Yagari Bhastara Guntur memberikan uang kepada Syamsir Yusfan sebesar USD 1.000 dan kembali ke Jakarta, disini uang belum diserahkan kepada Tripeni Irianto Putro karena akan diserahkan sendiri oleh O. C. Kaligis di minggu selanjutnya. Pada 8 Juli Syamsir Yusfan menelepon Yagari Bhastara Guntur dan mengatakan bahwa Universitas Sumatera Utara Hakim Ketua akan mudik, dan atas perintah O. C. Kaligis keesokan harinya Yagari Bhastara Guntur berangkat ke Medan untuk menyerahkan uang sebesar USD 5.000 kepada Tripeni. Saat Yagari Bhastara Guntur akan keluar dari ruangan Tripeni, KPK menangkap Yagari Bhastara Guntur dan Tripeni Irianto Putro. b. Berdasarkan keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti, bukti surat, dan petunjuk terkait dakwaan II diperoleh fakta hukum sebagai berikut: Kasus ini bermula sekitar bulan April – Mei 2015. Awalnya pada tanggal 20 Maret 2015 setelah Ahmad Fuad Lubis mendapatkan surat panggilan permintaan keterangan terkait Tindak Pidana Korupsi Dana Bantuan Sosial BANSOS, Bantuan Daerah Bawahan BDB, Bantuan Operasional Sekolah BOS dan Penahanan Pencairan Dana Bagi Hasil DBH dan Penyertaan Modal pada sejumlah BUMD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diduga dilakukan oleh Gubernur Sumatera Utara yaitu Gatot Pujo Nugroho. Sehubungan dengan hal tersebut, Terdakwa II berkonsultasi dengan Yulius Irawansyah yang merupakan Advokat pada Kantor Pengacara O.C. Kaligis dan Yulius Irawansyah mengusulkan agar dilakukan pendekatan Partai melalui islah, karena menurutnya hal ini ditenggarai oleh ketidakharmonisan antara Terdakwa I dengan Wakilnya Tengku Erry Nuradi yang merupakan anggota Parta Nasdem. Selain dengan orang-orang tersebut, Terdakwa II juga menjalin komunikasi dengan Fransisca Insani Rahesti yang juga merupakan teman dari Patrice Rio Capella Anggota Komisi III DPR, eks Sekjen Partai Nasdem. Universitas Sumatera Utara Sekitar bulan Maret 2015, dilakukan pertemuan antara Patrice Rio Capella, O.C. Kaligis dan Fransisca Insani Rahesti membahas mengenai islah yang akan dilakukan dengan Tengku Erry Nuradi dan Patrice Rio Capella setuju. Pada bulan April, Patrice Rio Capella juga pernah bertemu Terdakwa I, dan dari pertemuan tersebut Terdakwa I semakin yakin bahwa Patrice Rio Capella akan membantu permaslahan yang idhadapinya di Kejagung. Pada bulan Mei, Fransisa menerima pesan yang dikirimkan oleh Patrice Rio Capella yang dianggap Fransisca bahwa itu adalah bentuk permintaan uang bayaran, lalu pesan ini disampaikan kepada Yulius Irawansyah dan Yulius yang menyampaikan ke Terdakwa II lalu Terdakwa II menyampaikan ke Terdakwa I dan pemberian uang tersebut disetujui oleh Terdakwa I. Setelah itu, 19 Mei 2015 dilakukanlah islah antara Terdakwa I dengan Tengku Erry Nuradi yang juga dihadiri oleh Surya Paloh dan O. C. Kaligis. Dari pertemuan tersebut tercapailan kesepakatana untuk memperbaiki hubungan antara Terdakwa I dan Tengku Erry Nuradi. Pada tanggal 20 Mei siang, Terdakwa II bertemu dengan Fransisca Insani Rahesti untuk menyerahkan uang sebesar Rp 20.000.000 yang akan diserahkan kepada Patrice Rio Capella dan Rp 10.000.000 untuk Fransisca Insani Rahesti. Malam harinya Fransisca menyerahkan uang tersebut kepada Patrice Rio Capella dan Patrice Rio Capella memberikan Fransisca Insani Rahesti sebesar Rp 50.000.000. Pada tanggal 22 Mei, Terdakwa II bertemu Patrice Rio Capella dan Fransisca Insani Rahesti untuk meminta tolong agar dilakukan perdamaian dengan Tengku Erru Nuradi serta mengamankan posisi Terdakwa I selaku Gubernur Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara, dan dari pembicaraan itu Patrice Rio Capella menyampaikan akan menjalin komunikasi dengan Kejagung setelah pulang Umroh. Pada tanggal 3 Juni, sepulang dari umroh, Patrice Rio Capella ditegur oleh Surya Paloh karena pertemuan dengan para terdakwa. Pada saat terjadi operasi tangkap tangan terhadap Yagari Bhastara Guntur pada 9 Juli 2015, maka pada bulan Agustus Fransisca Insani Rahesti menghubungi Patrice Rio Capella karena takut hal tersebut akan merembet ke dirinya, lalu diadakanlah pertemuan antara kedua orang itu dan Patrice Rio Capella meminta agar apabila Fransisca dipanggil oleh KPK ia mengatakan uang tersebut masih berada di tangannya. Setelah beberapa kali terjadi pertemuan antara Patrice Rio Capella dan Fransisca Insani Rahesti karena ketakutan Fransisca dan beberapa kali ia mengembalikan uang tersebut kembali kepada Patrice, namun akhirnya uang tersebut dikembalikan lagi kepada Fransisca, maka selanjutnya pada tanggal 25 Agustus 2015 Fransisca mengembalikan uang tersebut kepada penyidik KPK karena dirinya tidak mapu berbohong.

4. Tuntutan Pidana