Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi dengan judul “Penerapan Justice Collaborator terhadap terdakwa tindak pidana korupsi Studi Putusan Nomor: 161Pid.SusTPK2015PN.Jkt.Pst merupakan suatu judul yang sebelumnya belum pernah ditulis dalam bentuk skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, hal ini dapat dibuktikan dimana judul skripsi ini telah diperiksa sebelumnya oleh Perpustakaan Universitas Cabang FH USU Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum FH USU, pada tanggal 22 Juni 2016. Kalaupun ada beberapa redaksi yang mirip dengan beberapa skripsi sebelumnya atau karya tulis lainnya, hal tersebut tidak lain untuk menunjang perbendaharaan dari materi skripsi ini. Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis memulainya dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan korupsi, kemudian bahan- bahan yang berkaitan dengan Justice Collaborator. Dan setelah itu penulis merangkai sendiri menjadi sebuah karya ilmiah yang disebut dengan skripsi. Oleh karena itu, penulis berkeyakinan bahwa skripsi ini murni dibuat sendiri oleh penulis dan dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Perlindungan Hukum Universitas Sumatera Utara Secara universal, masyarakat dunia mengakui bahwa setiap manusia mempunyai sejumlah hak yang menjadi miliknya sejak keberadaannya sebagai manusia diakui, sekalipun manusia itu belum dilahirkan ke dunia ini. 16 Di dalam suatu masyarakat, bangsa dan negara, hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu dalam diri hukum. Artinya, hak dan kewajiban itu diatur oleh hukum. Hal ini dimaksudkan agar hak dan kewajiban manusia sebagai individu di dalam suatu masyarakat, bangsa dan negara dapat terlaksana dengan baik dan tertib, sehingga hak dan kewajiban individu sering diartikan sebagai hak dan kewajiban masyarakat. 17 Indonesia sebagai negara hukum menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal ini dapat dilihat dari pengaturan dalam konstitusinya yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Walaupun dalam Undang-Undang Dasar 1945 tidak ada secara khusus disebutkan kata Hak Asasi Manusia dalam kalimat: “bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa....”, tetapi dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 sudah diatur konsep perlindungan hukum terhadap hak-hak setiap warga negaranya. 18 16 O. C. Kaligis, Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, PT Alumni, Bandung 2006, Hal. 49 17 Ibid, Hal. 113 18 Ibid, Hal. 18-19 Beberapa diantaranya yaitu: Pasal 27 ayat 1 menyatakan: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Pasal 28 G ayat 1 menyatakan: Universitas Sumatera Utara “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.” Pasal 28 G ayat 2 menyatakan: “Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia...” Pasal 28 I ayat 1 menyatakan: Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.” Pasal 28 I ayat 2: “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.” Pasal 28 J menyatakan: “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.” Pasal 28 J ayat 2 menyatakan: Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan Universitas Sumatera Utara maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan ntuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokrasi.” Setiap ketentuan yang telah diatur dan termuat dalam setiap pasal dari UUD tersebut telah memberikan jaminan kepada setiap warga negara yang kesemuanya itu bermuara pada prinsip equality before the law. Sebagai latar belakang filosofis dan pengaturan persamaan kedudukan di hadapan hukum, dinyatakan bahwa manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dilengkapi dengan hak- haknya. Oleh karena itu, hak-hak tersebut melekat pada jati diri manusia sebagai hak yang sangat mendasar atau asasi. Hak asasi yang sangat funndamental adalah manusia dilahirkan merdeka dan memiliki hak-hak yang sama. 19 Perlindungan hukum merupakan sesuatu yang diberikan dan dijamin oleh negara untuk menghormati, melindungi, menegakkan dan memajukan hak-hak asasi manusia berdasarkan undang-undang dan peraturan hukum. 20 a. Peraturan Bersama Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia, dan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Republik Indonesia Nomor M.HH- 11.HM.03.02.th.2011, Nomor PER-045AJA122011, Nomor 1 Tahun Beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia memberikan definisi mengenai perlindungan, yaitu: 19 Ibid, Hal. 21 20 Ibid, Hal. 17 Universitas Sumatera Utara 2011, Nomor KEPB-0201-55122011, Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlindungan bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama Pasal 1 angka 5 menyebutkan bahwa: “Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak, dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman dan penghargaan kepada Pelapor, Saksi Pelapor dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.” b. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Pasal 1 angka 8 menyebutkan: “Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi danatau Korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.” c. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat. Pasal 1 angka 1, menyebutkan: Perlindungan adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada Universitas Sumatera Utara tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan. d. Peraturan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Permohonan Perlindungan pada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Pasal 1 angka 4 menyebutkan: Perlindungan adalah suatu bentuk pelayanan dan tindakan untuk pemenuhan hak dan pemberian bantuan serta memberikan rasa aman kepada saksi danatau korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Dari beberapa pengertian mengenai perlindungan yang telah disebutkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perlindungan merupakan suatu pelayanan pemenuhan hak yang diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman baik secara fisik maupun mental kepada saksi maupun korban dari tindakan berupa ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan. 2. Pengertian dan Ruang Lingkup Tindak Pidana Korupsi Menurut Fockema Andreae kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus Webster Student Dictionary: 1960. Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata Latin yang lebih tua. Dari kata Latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Universitas Sumatera Utara Inggris, yaitu Corruption, corrupt; Prancis, yaitu corruption; dan Belanda, yaitu corruptie korruptie. Dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia, yaitu “korupsi” yang memiliki arti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata- kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. 21 Dalam Black’s Law Dictionary, disebutkan bahwa: Corruption an act is done with an intention to give someone advantage inconsistent with official duty and the rights of others. The act of an official or fiduciary person who unlawfully and wrongfully uses his station or character to procure some benefit for himself or for another person, contrary to duty and the rights of others. Korupsi merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan beberapa keuntungan yang bertentangan dengan tugas dan hak orang lain. Perbuatan seorang pejabat atau seorang pemegang kepercayaan yang secara bertentangan dengan hukum, secara keliru menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bertentangan dengan tugas dan hak orang lain 22 Menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia korupsi bermakna penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan untuk kepentingan pribadi atau orang lain. 23 Pendapat dari beberapa pakar mengenai korupsi juga dapat dijelaskan sebagai berikut seperti Juniadi Suwartojo 1997 yang dikutip Yogi Suwarno 21 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, Hal. 4-5 22 Juni Sjafrien Jahja, Say No To Korupsi, Visimedia, Jakarta, 2012, Hal. 8-9 23 Ibid, Hal. 9 Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa korupsi ialah tingkah laku atau tindakan seseorang atau lebih yang melanggar norma-norma yang berlaku dengan menggunakan danatau menyalahgunakan kekuasaan atau kesempatan melalui proses pengadaan, penetapan pungutan penerimaan atau pemberian fasilitas atau jasa lainnya yang dilakukan pada kegiatan penerimaan danatau pengeluaran uang atau kekayaan, penyimpanan uang atau kekayaan serta dalam perizinan danatau jasa lainnya dengan tujuan keuntungan pribadi atau golongannya sehingga langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan danatau keuangan negaramasyarakat. Sementara Brooks memberikan pengertian korupsi yaitu: “Dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa hak menggunakan kekuasaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sedikit banyak bersifat pribadi.” Selanjutnya Alfiler menyatakan bahwa korupsi adalah: “Purposive behavior which may be deviation from an expected norm but is undertake nevertheless with a view to attain materials or other rewards.” 24 Korupsi itu merusak, dan alasannya sederhana saja, yakni, karena keputusan-keputusan penting yang diambil berdasarkan pertimbangan- pertimbangan pribadi, tanpa memperhitungkan akibat-akibatnya bagi publik. Jika tidak dapat dikendalikan, korupsi dapat mengancam lembaga-lembaga demokrasi dan ekonomi pasar. Dalam lingkungan yang korup, sumber daya akan disalurkan ke bidang-bidang tidak produktif -kelompok penindas- karena kelompok elite 24 Yogi Suwarno, Penelitian: Strategi Pemberantasan Korupsi, Dosen Tetap STIA LAN Jakarta , Peneliti pada Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN RI Universitas Sumatera Utara akan selalu berusaha melindungi diri mereka, kedudukan dan harta kekayaan mereka. 25 Untuk mengetahui adanya tindak pidana korupsi dapat dilihat dalam hal- hal sebagai berikut: 26 a. Unsur elemen yang terdapat dalam rumusan pasal-pasal dari Undang- undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Unsur-unsur tersebut meliputi: 1 Perbuatan melawan hukum yakni tindakan atau perbuatan yang melanggar atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, peraturan pelaksana undang- undang, melanggar keputusan presiden, peraturan menteri, atau peraturan direksi bagi suatu BUMN Badan Usaha Milik Negara 2 Menyalahgunakan wewenang, kedudukan, dan sarana Dalam implementasinya di lapangan, sering terjadi berbagai penyimpangan antara lain: a Penyimpangan yang dimulai dari tingkat perencanaan suatu proyek yang disebut korupsi berencana, yakni kedekatan atau adanya hubungan khusus antara rekanan pemborong dengan pejabat- pejabat di daerah dan pejabat di kementrian maupun di lembaga DPR di tingkat daerah dan pusat. Konspirasi ini meliputi harga yang di mark up maupun proses disetujuinya proyek itu oleh pihak pengambil keputusan di daerah dan pusat. 25 Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003, Hal.9 26 Juni Sjafrien Jahja, op. cit. Hal. 45-50 Universitas Sumatera Utara b Menyimpan uang negara pada rekening pribadi. Perbuatan ini dilakukan dengan memindahkan uang negar di bawah tanggung jawabnyadari rekening instansi yang secara struktural di bawah kendali pejabat tersebut ke rekening pribadinya, sehingga bunganya dapat dengan leluasa dipakainya. 3 Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi Konstruksi yuridis dalam undang-undang pemberantasan korupsi yang dianut di Indonesia sangat meluaskan jangkauannya. Walalupun pelaku tindak pidana tidak mendapat sesuatu keuntungan sama sekali tetapi harus mempertanggungjawabkan kerugian keuangan negara yang timbul karenanya. Beberapa negara selalu mengaitkan dengan adanya suap yang diterima oleh si pelaku. 4 Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Besarnya jumlah kerugian negara harus ditentukan oleh hasil audit yang dilakukan oleh instansi yang berwenang dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan BPK atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP. b. Modus operandi korupsi Dari berbagai kasus yang ditandatangani kejaksaan dan instansi penegak hukum lainnya, ditemukan bentuk-bentuk cara melakukan korupsi menggunakan modus: 1 Pemalsuan dokumen dilakukan dengan cara membuat surat palsu, dokumen palsu atau berita acara palsu. Hal ini sering tejadi dalam Universitas Sumatera Utara pembangunan proyek fisik, sepeeti gedung, lahan, jalan, reboisasi, pengerukan sungai, dan berbagai pekerjaan yang memerlukan adanya berita acara pada saat pencairan dana proyek. 2 Pemalsuan kuitansi, biasanya terjadi pada tanda terima sejumlah uang yang diisikan berbeda dengan besar jumlah fisik dana yang sebenarnya. 3 Menggelapkan uang barang milik negara atau kekayaan negara. 4 Penyogokan atau penyuapan biasanya terjadi antara seseorang yang memberikan hadiah kepada seorang pegawai negeri dengan maksud agar pegawai negeri tersebut berbuat atau menalpakan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya. 5 Gratifikasi, setiap pemberian dalam arti luas yang nilainya Rp10.000.000 sepuluh juta rupiah. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat discount, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma, fasilitas lainnya baik yang diterima di dalam negeri maupun luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik 27 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 27 Ibid, Hal. 63 Universitas Sumatera Utara tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk sebagai berikut: 28 a. Tindak Pidana Korupsi yang dikaitkan dengan Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian negara 1 Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yaitu melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara; 2 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunkan kewenangan, kesempatan atau saranna yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. b. Tindak Pidana Korupsi Terkait Suap-menyuap 1 Pasal 5 Ayat 1 huruf a: menyuap pegawai negeri dengan memberikan janji-janji karena jabatannya; 2 Pasal 5 Ayat 1 huruf b: menyuap pegawai negeri dengan memberikan hadiah karena jabatannya; 3 Pasal 5 Ayat 2: pegawai negeri yang menerima hadiah atau janji; 4 Pasal 6 Ayat 1 huruf a: memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim; 5 Pasal 6 Ayat 1 huruf b: memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada Advokat; 28 Surachmin dan Suhandi Cahaya, Strategi dan Teknik Korupsi Mengetahui Untuk Mencegah, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, Hal. 17-30 Universitas Sumatera Utara 6 Pasal 6 Ayat 2: bagi Hakim dan Advokat yang menerima hadiah atau janji. c. Tindak Pidana Korupsi yang Beraitan dengan Pembangunan, Leveransir, dan Rekanan 1 Pasal 7 Ayat 1 huruf a: pemborong, ahli bangunan yang melakukan perbuatan curang; 2 Pasal 7 Ayat 1 huruf b: setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bangunan yang membiarkan perbuatab curang; 3 Pasal 7 Ayat 1 huruf c: seorang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI danatau Kepolisian RI melakukan perbuatan curang; 4 Pasal 7 Ayat 1 huruf d: setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan barang keperluan TNI danatau Kepolisian RI membiarkan perbuatan curang; 5 Pasal 7 Ayat 2: orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang keperluan TNI danatau Kepolisian RI membiarkan perbuatan curang. d. Tindak Pidana Korupsi Penggelapan 1 Pasal 8: pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau sementara waktu menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan; Universitas Sumatera Utara 2 Pasal 9: pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau sementara waktu memalsukan buku-buku atau daftar-daftar administrasi; 3 Pasal 10 huruf a: pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau sementara waktu menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang bukti; 4 Pasal 10 huruf b: pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau sementara waktu membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang bukti; 5 Pasal 10 huruf c: pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau sementara waktu membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang bukti; 6 Pasal 11: pegawai negeri tau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatannya; 7 Pasal 12 huruf a: pegawai negeri tau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan jabatannya; 8 Pasal 12 huruf b: pegawai negeri tau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji karena telah melakukan sesuatu perbuatan dalam jabatannya; Universitas Sumatera Utara 9 Pasal 12 huruf c: hakim yang menerima hadiah atau janji; 10 Pasal 12 huruf d: advokat menerima hadiah atau janji. e. Tindak Pidana Korupsi Kerakusan Knevelarij 1 Pasal 12 huruf e: pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri menyalahgunakan kewenangannya memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri; 2 Pasal 12 huruf f: pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima, meminta, atau memotong pembayaran ; 3 Pasal 12 huruf g: pegawai negeri atau penyelenggara negara meminta, menerima pekerjaan, atau penyerahan barang; 4 Pasal 12 huruf h: pegawai negeri atau penyelenggara negara menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai, telah merugikan orang yang berkah; 5 Pasal 12 huruf i: pegawai negeri atau penyelenggara negara turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan. f. Tindak Pidana Korupsi tentang Gratifikasi 29 1 Pasal 12B: gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara; 29 Yang dimaksud dengan Gratifikasi menurut penjelasan didalam Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 adalah “pemberian secara luas”, yang meliputi pemberian uang, barang, rabat discount, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima didalam negeri maupun diluar negeri dan yang dilakuka dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. Universitas Sumatera Utara 2 Pasal 12C: penerima wajib melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK. g. Tindak Pidana Korupsi Pemberian Hadiah Pasal 13: setiap orang yang memberikan hadiah atau janji kepada pegawai negeri. 3. Pengertian Justice Collaborator Istilah Justice Collaborator merupakan istilah yang belum lama dikenal dalam hukum Indonesia. Lahirnya Justice Collaborator ditenggarai karena sulitnya mengungkapkan suatu tindak kejahatan karena sulitnya mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan memadai. Bagaimana mungkin aparat penegak hukum bisa mengumpulkan bukti-bukti jika orang-orang yang terlibat atau yang mengetahui tindak kejahatan tersebut tidak mau dan tidak berani memberikan informasi karena ancaman balasan terhadap dirinya dan juga keluarganya. 30 Karena latar belakang inilah peran Justice Collaborator lahir, dan perannya begitu penting. Keberadaan Justice Collaborator dianggap sangat penting karena sulit danatau besarnya sumberdaya yang harus dikeluarkan untuk mengungkap tindak pidana beratserius, seperti korupsi atau mafia hukum tanpa adanya informasi dari “orang dalam”. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain: 1 tindak pidana semacam ini kerap dilakukan secara terorganisir; 2 para pelaku sama-sama diuntungkan dengan adanya tindak pidana sehingga sulit mengharapkan adanya laporan dari pihak yang dirugikan; 3 pelaku tindak pidana tidak jarang melibatkan pihak yang memiliki kekuatan kekuasaanjabatan, 30 Firman Wijaya, op. cit. Hal. 20 Universitas Sumatera Utara finansial, dsb sehingga orang yang mengetahui tindak pidana tersebut takut untuk melaporkan ke aparat penegak hukum; 4 pelaku mengetahui cara dan semakin canggih dalam menyembunyikan tindak pidana transaksi dilakukan tunai, melakukan money laundring, melalui perantara, menghindari percakapan agar tidak terekam, dan sebagainya sehingga tidak mudah untuk menemukan bukti- bukti tindak pidana tersebut. 31 a. Peraturan Bersama Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia, dan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Republik Indonesia Nomor M.HH- 11.HM.03.02.th.2011, Nomor PER-045AJA122011, Nomor 1 Tahun 2011, Nomor KEPB-0201-55122011, Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlindungan bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama Pasal 1 angka 3: Berikut beberapa defini mengenai Justice Collaborator, yaitu: “Saksi Pelaku yang Bekerjasama adalah saksi yang juga sebagai pelaku suatu tindak pidana yang bersedia membantu aparat penegak hukum untuk mengungkap suatu tindak pidana atau akan terjadinya suatu tindak pidana untuk mengembalikan aset-aset atau hasil suatu tindak pidana kepada negara 31 Buku Perlindungan Terhadap Pelaku yang Bekerjasama, diakses melalui https:www.google.co.idurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=2cad=rjauact=8ved =0ahUKEwiMmvbOtpPOAhUcT48KHa3ZB0YQFgggMAEurl=http3A2F2Fpembaruanpe radilan.net2Fv22Fwp- content2Fuploads2F20112F072FBuku2520Perlindungan2520Terhadap2520Pelaku 2520Yang2520Bekerja2520Sama.pdfusg=AFQjCNHFuQYTfUZc9EJrafCt_N3u5H7d_w sig2=wDXDKVxBXdt3yg1w_z_-kQbvm=bv.128153897,d.c2I Hal. 5 Universitas Sumatera Utara dengan memberikan informasi kepada aparat penegak hukum serta memberikan kesaksian di dalam proses peradilan.” b. Council of Europe Committee of Minister Collaborator of justice adalah seseorang yang juga berperan sebagai pelaku tindak pidana, atau secara meyakinkan adalah merupakan bagian dari tindak pidana yang dilakukan secara bersama-sama atau kejahatan terorganisir dalam segala bentuknya, atau merupakan bagian dari kejahatan terorganisir, namun yang bersangkutan bersedia untuk bekerjasama dengan aparat penegak hukum untuk memberikan kesaksian mengenai suatu tindak pidana yang dilakukan bersama-sama atau terorganisir, atau mengenai berbagai bentuk tindak pidana yang terkait dengan kejahatan terorganisir maupun kejahatan serius lainnya. 32 c. Reccomendation Rec20059 of the Commitee of Ministers to member states on the protection of witnesses and collaborators of justice Adopted by the Committee of Ministers on April, 20th , 2005 at the 924th meeting of the Minister`s Deputies “Collaborator of Justice” means any person who faces criminal charges, or has been convicted of taking part in criminal association or other criminal organisation of any kind, or in offences of organised crime, but who agrees to coorporate with criminal justice authorities, particularly by giving testimon about a criminal association or organisation, or about any 32 Abdul Haris Semendawa, Penanganan dan Perlindungan Justice Collaborator dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia, Hal. 29 Universitas Sumatera Utara offence connected with organised crime or other serious crimes 33 d. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban Terjemahan bebas: Justice Collaborator adalah setiap orang yang menghadapi tuntutan criminal atau sudah ditetapkan untuk ambil bagian dalam asosiasi tindak pidana atau organisasi tindak pidana lainnya atau khususnya korupsi, tetapi dia setuju untuk bekerjasama dengan pejabat- pejabat peradilan pidana dengan memberikan kesaksian mengenai asosiasi atau organisasi tindak pidana atau tentang segala tindak pidana yang berhubungan dengan tindak pidana korupsi dan kejahatan-kejahatan serius lainnya. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban menyebutkan: “Saksi Pelaku adalah tersangka, terdakwa, atau terpidana yang bekerja sama dengan penegak hukum untuk mengungkap suatu tindak pidana dalam kasus yang sama.” e. Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum Justice Collaborator sebagai pelaku yang bekerja sama yaitu baik dalam status saksi, pelapor, atau informan yang memberikan bantuan kepada penegak hukum dalam bentuk, misalnya pemberian informasi penting, bukti-bukti yang kuat, atau keterangankesaksian di bawah sumpah, yang dapat mengungkapkan suatu tindak pidana dimana orang tersebut terlibat di 33 Abdul Haris Semendawai, Eksistensi Justice Collaborator dalam Perkara Korupsi Catatan tentang Urgensi dan Implikasi Yuridis atas Penetapannya Pada Proses Peradilan Pidana, Stadium General Fakultas Hukum Universitas Islam indonesia, Yogjakarta 17 April 2013, Hal. 8 Universitas Sumatera Utara dalam tindak pidana yang dilaporkannya tersebut atau bahkan suatu tindak pidana lainnya 34

F. Metode Penelitian