commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat diperlukan bagi kehidupan. Matematika berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam berbagai
ilmu dan kehidupan. Jika dicermati pada setiap aspek kehidupan manusia tidak lepas dari asas yang berlaku atau dipelajari dalam matematika dan pada gilirannya
akan mempermudah dalam pemecahannya. Salah satu contohnya saat kita berbelanja di supermarket atau saat belajar mata pelajaran fisika pasti akan
menemukan penggunaan simbol matematika. Penggunaan simbol yang bervariasi dan rumus yang beragam akan menuntut siswa untuk lebih berfikir menemukan
cara bagaimana menguasai semua konsep dalam matematika. Begitu pentingnya mata pelajaran matematika untuk kehidupan, maka banyak dibuka Bimbingan
Belajar khusus Matematika seperti kumon dan berbagai cara jitu untuk mempermudah penguasaan konsep matematika seperti jarimatika, sempoa, dsb.
Banyak siswa tidak suka dengan mata pelajaran matematika. Dari hasil pembagian angket pada siswa kelas 3 SD Negeri Kepatihan Surakarta menyatakan
70 tidak menyukai mata pelajaran matematika. Berbagai alasan siswa diantaranya adalah siswa menganggap matematika tidak bermanfaat karena
matematika hanya berlaku dengan penyajian yang berbentuk angka-angka. Selain itu, siswa merasa bosan saat pembelajaran matematika berlangsung. Guru hanya
menuntut siswa untuk tenang dan diam selama proses pembelajaran berlangsung sehingga tidak terjadi pola interaksi antara guru dan siswa.
Selain proses pembelajaran Matematika yang kurang menyenangkan, kemampuan siswa dalam memahami, mengerti, dan menganalisis suatu materi
khususnya matematika sangat berbeda-beda sehingga menyebabkan hasil belajar matematika siswa rendah. Hasil kajian dokumen dan wawancara dengan guru
kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta, peneliti menemukan beberapa siswa dengan hasil belajar rendah serta tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
1
commit to user
2
KKM. Bahkan ada siswa yang membutuhkan bantuan orang lain atau membutuhkan pelayanan khusus dalam proses pembelajaran untuk memahami
suatu materi. Anak tersebut masuk di dalam kategori anak berkesulitan belajar. Anak berkesulitan belajar dapat ditemui pada kelas-kelas awal, salah satunya
adalah kelas 3 SD. Seperti yang disa PSDLNDQ6XQDUGL³6HEDJLDQEHVDU
dari siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran terdapat di kelas- kelas awal adalah anak secara pedagogis disebut Berkesulitan Belajar Spesifik
DWDXVHULQJGLNHQDOGHQJDQLVIXQJVL 0LQLPDO2WDN´QDk berkesulitan belajar dapat ditemui hampir di setiap sekolah, bahkan setiap kelas bisa dipastikan
menemukan anak berkesulitan belajar. Prevalensi anak berkesulitan belajar yang ditemukan mencapai 6,2 dari
populasi yang ada. Hal tersebut merupakan hasil analisis berdasarkan penelitian yang dilakukan Sunardi di tahun 2000. Sedangkan Anton Sukarno 2006: 45
PHQ\HEXWNDQ ³SUHYDOHQVL VLVZD EHUNHVXOLWDQ EHODMDU GLSHUNLUDNDQ VHEHVDU HQDP EHODV GDUL SRSXODVL VLVZD VHNRODK´ 8QWXN PHQHQWXNDQ VLVZD WHUJRORQJ
anak berkesulitan belajar dapat dengan cara melihat nilai atau hasil belajar dalam kurun waktu tertentu.
Alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika anak berkesulitan belajar adalah dengan mengubah strategi
pembelajaran saat pembelajaran matematika berlangsung. Guru hanya perlu mengubah strategi yang awalnya ceramah menjadi strategi yang dapat
menciptakan pola interaksi edukasi yang sesuai dengan kondisi yang ada. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan menerapkan strategi tutor sebaya.
Tutor Sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik dengan pendekatan kooperatif, dimana
terdapat rasa saling menghargai dan mengerti dibina diantara peserta didik yang bekerja sama sehingga Anak Berkesulitan Belajar dapat mengikuti pembelajaran
dengan hasil belajar sesuai harapan. Tutor Sebaya merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif.
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Isjoni 2010: 10 mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan
commit to user
3
guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Maheady, Harper dan Mallete menyebutkan Class-Wide Peer Tutoring CWPT adalah suatu
strategi pembelajaran dimana siswa diajari oleh teman sebaya yang dilatih dan diawasi oleh guru kelas Tina Diandani : 2009.
Dengan demikian, Tutor Sebaya sebagai strategi pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika Anak Berkesulitan
Belajar. Dari penjelasan di atas, maka peneliti mengangkat penelitian yang berjudul
³Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Anak Berkesulitan Belajar Kelas IIIA SD Negeri
Kepatihan Surakarta Tahun Pelajaran 20102011 ´
B. Rumusan Masalah