Gugatan berdasarkan hukum lingkungan keperdataan hanya menyangkut mengenai pemberian ganti rugi, sedangkan gugatan berdasarkan hukum lingkungan
administratif merupakan kompetensi absolut peradilan administrasi berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang PTUN.
144
Kerancuan seperti ini tampak misalnya dalam gugatan yang diajukan Yayasan WALHI pada tanggal 30 Desember 1988 dengan Nomor Register Perkara
No. 820PDT.G1988 PN JKT. PST dalam kasus perusakan Hutan Pinus dan pencemaran Sungai Asahan. Yayasan Walhi dalam kasus ini mengajukan gugatan
terhadap 5 tergugat, termasuk di dalamnya PT. Inti Indorayon Utama dan instansi pemerintah yang memberikan izin kepada perusahaan tersebut untuk beroperasi.
145
B. Prosedur Pengajuan Gugatan Penyelesaian Sengketa Perdata Lingkungan Hidup
1. Syarat Pengajuan Gugatan
Salah satu lembaga yang dapat digunakan dalam rangka penyelesaian sengketa perdata lingkungan hidup adalah pengadilan Pasal 30 ayat 1 UUPLH.
Ketika terjadi pencemaran yang berdampak pada kehidupan kepentingan orang, masyarakat dan lingkungan hidup Pasal 34 ayat 1 UUPLH, berhak
mengajukan gugatan ke pengadilan meminta pertanggungjawaban kepada
144
Wijoyo, Suparto, Penyelesaian Sengketa Lingkungan, Surabaya: Airlangga University Press, 1999, hal 55.
145
WALHI, Kesimpulan dan Putusan Proses Peradilan Masalah-masalah Lingkungan, Jakarta : Walhi, 1992, hal 1.
Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008
pelaku pencemaran berupa ganti kerugian, melakukan tindakan tertentu Pasal 34 ayat 1 UUPLH, memberikan hak melakukan tindakan tertentu serta biaya atau
pengeluaran riil kepada organisasi lingkungan hidup jika lingkungan hidup yang tercemar tersebut dikelola berdasarkan pola kemitraan yang salah satunya
melibatkan organisasi lingkungan hidup yang bersangkutan Pasal 38 ayat 2 UUPLH. Disamping itu, Hakim atas dasar kebijaksanaan dan tanggungjawabnya
terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup Pasal 6 ayat 1 UUPLH dapat menetapkan pembayaran uang paksa Pasal 34 ayat 2 UUPLH setiap hari
keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu sebagaimana dimaksud oleh Pasa134 ayat 1 di atas.
Siapa saja yang berhak melakukan gugatan perdata dalam perkara lingkungan hidup. Hal ini diatur pada Pasal 37, 38 dan 39 UUPLH, ketentuan ini
dengan jelas mengatur, yaitu orang pribadi, masyarakat, organisasi lingkungan hidup serta pemerintah melalui pengacaranya kejaksaan. Pasal-pasal di atas
sekaligus merupakan pedoman di dalam mengajukan perkara hingga perkara itu diproses oleh Hakim pengadilan.
Gugatan ke pengadilan dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan atas pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup yang didasarkan
kepada : a.
adanya pencemaran merupakan syarat pertama pengajuan gugatan perdata LH ke Pengadilan, baik oleh orang perorang, masyarakat, organisasi lingkungan
hidup maupun pemerintah.
Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008
b. Untuk pencemaran yang berskala besar yang merugikan masyarakat dan
lingkungan hidup, masyarakat dapat menempuh 2 dua cara, yaitu: 1
Langsung mengajukan sendiri gugatan perwakilan ke pengadilan 2
Melaporkan hal pencemaran tersebut kepada aparat penegak hukum untuk segera ditindak lanjuti
Upaya hukum pertama yang dilakukan adalah dengan mengajukan Gugatan perwakilan ini diatur pada Pasal 37 ayat 1 dalam penjelasannya
menyatakan sebagai hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan
permasalahan, faktor hak, dan tuntutan yang ditimbulkan karena pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. Dengan demikian, masyarakat dalam jumlah
besar class members di pengadilan cukup diwakili oleh kelompok kecil class representatives, bukan pihak luar. Tetapi kelompok kecil class representatives
tersebut karena kurang memahami seluk beluk hukum acara perdata, dapat didampingi oleh konsultan hukum LBH melalui surat kuasa biasa.
Kemudian upaya kedua, yaitu ditempuh melalui prosedur pelaporan kepada penegak hukum Kepolisian. Setelah menerima laporan dari masyarakat,
pihak Kepolisian menindaklanjutinya terlebih dahulu dengan cara turun kelapangan ke lokasi tempat terjadinya pencemaran untuk mengecek kebenaran
laporan masyarakat. Mengenai tindakan apa yang dilakukan, biasanya Kepolisian sudah memiliki prosedur tetap termasuk didalamnya menangani kasus
pencemaran lingkungan hidup.
Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008
Oleh Kepolisian, data sementara tersebut disampaikan berkoordinasi kepada instansi pemerintah yang bertanggungjawab membawahi persoalan
lingkungan hidup. Sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat, maka instansi pemerintah yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup
berkewajiban melakukan tindakan-tindakan tertentu Pasal 37 ayat 2 UUPLH dalam rangka penyelamatan lingkungan hidup dan kepentingan masyarakat akibat
pencemaran. Adapun tindakan yang dilakukan UUPLH tidak menjelaskannya lebih
lanjut, namun berdasarkan Pasal 37 ayat 3 hal tersebut akan diatur melalui peraturan pemerintah, hingga sekarang belum diterbitkan. Karena hal ini
berkaitan dengan penyelesaian perkara lingkungan hidup di Pengadilan, maka menurut pendapat Penulis Pasal 37 UUPLH memberi isyarat bahwa
pemerintah melaui pengacaranya Kejaksaan bisa melakukan gugatan perdata LH ke Pengadilan.
Sebelum gugatan diajukan, pemerintah instansi terkait akan melakukan pengumpulan data untuk memperkuat gugatannya, apakah pencemaran tersebut
benar-benar telah merugikan pemerintah secara materil atas pengeluaran biaya riil dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang bersangkutan. Pengumpulan data
dilakukan oleh sebuah Tim bentukan pemerintah yang beranggotakan orang- orang biasanya ahli di bidang tertentu dari instansi pemerintah terkait atau juga
di luar instansilembaga independen yang sifatnya sementara ad hoc, namun
Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008
kemungkinan bisa juga ditunjuk Tim Ahli yang ada di BAPEDAL atau BAPEDALDA setempat.
Sementara itu, gugatan oleh organisasi lingkungan hidup ataupun orang perorangan dapat dilakukan langsung ke Pengadilan, baik didampingi atau tidak
didampingi pengacara. Kesemua gugatan tersebut nantinya akan di proses di persidangan oleh
Majelis Hakim yang akhirnya menghasilkan putusan dikabulkan atau tidak seluruh atau sebagian gugatan penggugat, baik dalam bentuk ganti kerugian,
melakukan tindakan tertentu, dll. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa ada beberapa pihak yang
bisa mengajukan gugatan perdata dalam perkara lingkungan hidup, yakni orang perorang, masyarakat melalui gugatan perwakilan, pemerintah kejaksaan serta
organisasi lingkungan hidup.
2. Proses Jalannya Gugatan di Pengadilan