pengurusan sejauh mana nasehat itu diterima oleh direksi. Dalam melakukan pengawasan komisaris harus mempunyai itikad baik dan penuh tanggung jawab demi
perseroan dan dapat mempertanggungjawabkannya kepada organ tertinggi dalam perseroan, yaitu RUPS.
3. Tanggung Jawab Perseroan dan Pengurus Perseroan
Tanggungjawab Perseroan Terbatas terpisah dengan tanggungjawab para pengurusnya.
67
Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum, sehingga para pengurus perseroan tidak bertanggungjawab secara pribadi. Perseroan Terbatas
bertanggungjawab atas tindakan dan perbuatan hukum perseroan tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya pemisahan antara harta perusahaan dengan harta pendiri
perusahaan, sehingga tanggung jawab secara hukum juga dipisahkan. Jadi apabila Perseroan Terbatas melakukan suatu perbuatan dengan pihak lain, maka yang
bertanggungjawab adalah perseroan tersebut, dengan tanggungjawab sebatas harta benda yang dimiliki oleh perusahaan.
68
Tanggungjawab terbatas limited liability ini digambarkan oleh Frank H. Easterbrook dan Daniel R. Fischel sebagai berikut:
67
Hal ini berbeda dengan tanggung jawab hukum dari perusahaan yang tidak berbentuk badan hukum, misalnya Firma, Usaha Dagang Biasa, CV, dan lain-lain perusahaan yang tidak berbentuk
badan hukum, disebabkan tidak adanya pemisahan antara harta perusahaan dengan harta pribadi, sehingga tanggung jawab hukumnya juga tidak terpisah. Apabila terjadi kerugian pada pihak ketiga,
maka pihak ketiga dapat meminta pemilik perusahaan untuk bertanggung jawab secara hukum secara tanggung renteng. Lihat, Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law, Eksistensinya
dalam Hukum Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002, hal. 2-3.
68
Fuady, Munir, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law, Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hal. 2-3.
Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008
Tanggungjawab terbatas merupakan gambaran yang terlihat jelas dalam hukum perusahaan. Walaupun mitra usaha bersama secara individu bertanggungjawab
terhadap utang dari perkongsian dalam usaha bersama tersebut, para pemegang saham tidak bertanggungjawab untuk seluruh utang dari Perseroan Terbatas
tersebut. Penegasannya adalah pada kontrak dari hukum perusahaan. Tanggungjawab terbatas merupakan antithesis dari suatu kontrak yang merupakan
kewajiban bagi investor sebagai ganti dari kewajiban ini. Banyak yang berpendapat bahwa Perseroan Terbatas harus mentaati peraturan atau menolong
para pelanggan, karyawan dan lingkungan sekitarnya. Tanggung jawab terbatas bisa menggambarkan kesenjangan hukum jika tidak digambarkan secara jelas.
Perseroan terbatas tidak mempunyai tanggung jawab yang terbatas berarti mereka harus membayar seluruh utang sama seperti semua orang kecuali dalam beberapa
kasus mereka menerima pengampunan jika perusahaan itu bangkrut. Tanggung jawab terbatas itu bisa dikatakan terbatas artinya para investor dalam perusahaan
tersebut tidak dikenakan biaya tambahan dari jumlah yang ada dalam perkiraan mereka. Seseorang yang harus membayar 100 dan tidak boleh lebih dari itu.
Jika dia membeli suatu bond sejumlah 100 atau menjual barang-barang kepada perusahaan 100 maka persero tersebut hanya boleh mengambil kredit sebesar
100, tidak boleh lebih dari itu.”
69
Uraian di atas menunjukkan bahwa persero dari suatu Perseroan Terbatas hanya bertanggungjawab sebesar modal yang dimasukkannya ke dalam Perseroan
Terbatas tersebut sehingga pertanggungjawabannya juga sebesar modal yang dimasukkannya.
Pasa1 82 berbunyi: “Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan”.
Pasal 84 berbunyi: 1 Anggota direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila:
69
Easterbrook, Frank H. dan Fischel, Daniel R., The Economic Structure of Corporate Law, United States of America : Harvard University Press, 1996, hal. 40.
Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008
a terjadi perkara di depan pengadilan antara perseroan dengan anggota direksi yang bersangkutan; atau
b anggota direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan perseroan;
2 Dalam anggaran dasar ditetapkan yang berhak mewakili perseroan apabila terdapat keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1;
3 Dalam hal anggaran dasar tidak menetapkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, RUPS mengangkat l satu orang pemegang saham atau lebih
untuk mewakili perseroan; Pasal 85 berbunyi:
1 Setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan;
2 Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1; 3 Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu
persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota direksi yang karena
kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.
Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB III TANGGUNGJAWAB KORPORASI DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN A. Kewajiban Korporasi Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kewajiban korporasi dalam pengelolaan lingkungan hidup tentunya didasarkan kepada izin yang diberikan kepada korporasi dalam hal ini Perseroan
Terbatas, yaitu izin mendirikan Perseroan Terbatas dan termasuk didalamnya izin untuk membangun dan menjalankan kegiatan operasional perusahaan tersebut.
Tanggungjawab korporasi dalam pengelolaan lingkungan hidup merupakan hal penting yang harus dilakukan, dimana korporasi dapat terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dalam perbuatan-perbuatan melanggar hukum, terutama di bidang lingkungan hidup. Ketentuan yang menegaskan korporasi dapat
menjadi subjek hukum dapat dilihat pada Pasal 46 UUPLH. yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan badan hukum adalah satu perkumpulan yang dapat
memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia serta memiliki kekayaan sendiri. Sedangkan dalam hukum pidana sering dikenal dengan istilah
korporasi yang pengertiannya lebih luas, bisa berbentuk badan hukum maupun non badan hukum serta dapat juga dijatuhi sanksi pidana bila melakukan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup. Korporasi berperan sebagai subjek dari pengelolaan lingkungan hidup
karena merupakan perusahaan-perusahaan besar yang paling banyak berperan dalam usaha pemanfaatan lingkungan hidup, karena dalam aktivitasnya perusahaan
Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008