Pertanggungjawaban Administrasi Korporasi dalam Pengelolaan

kaku, namun harus tetap konsisten untuk melakukan perlindungan terhadap lingkungan hidup.

3. Pertanggungjawaban Administrasi Korporasi dalam Pengelolaan

Lingkungan Hidup Pertanggungjawaban administrasi dalam Perseroan Terbatas timbul karena adanya izin yang diberikan kepada Perseroan Terbatas untuk membangun dan menjalankan operasional perusahaannya. Pemberian izin ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah Propinsi, KabupatenKota kepada Perseroan Terbatas, pertanggungjawaban PT harus dilihat dari hak dan kewajiban yang harus dipatuhi akibat izin tersebut. Apabila PT tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dikenakan kepadanya sehingga mengakibatkan timbulnya masalah lingkungan maka pemerintah dapat menjatuhkan sanksi melalui instrumen-instrumen yang bersifat administrasi. Penegakan hukum administrasi di bidang lingkungan hidup mengacu pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Pasal 10 huruf e, Bab VI pasal 18-29 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup UUPLH, yang dapat disederhanakan dikelompokkan jadi 5 lima bagian, yaitu : a. Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 10 huruf e UUPLH b. Perizinan Pasal 18-21 UUPLH. c. Pengawasan Pasal 22-24 UUPLH. d. Sanksi Administrasi Pasal 25-27 UUPLH. Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008 e. Audit Lingkungan Hidup Pasal 28-29 UUPLH. Perangkat pengelolaan ini merupakan pranata awal di bidang hukum yang disiapkan oleh aparatur pemerintah sebagai tindakan administrasi terhadap suatu rencana usaha danatau kegiatan yang akan dilakukan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Penerapan masing-masing instrumen ini tergantung dari keperluannya, dan salah satu pertimbangannya antara lain adalah melihat dampak yang ditimbulkannya. Ketentuan sanksi administratif terkait erat dengan sistem perizinan 121 yang mempunyai fungsi instrumental, yaitu pengendalian perbuatan terlarang dan sanksinya ditujukan kepada perlindungan kepentingan. 122 Seseorang yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana tercantum dalam izin yang diberikan dikenakan sanksi administrasi yang diberikan oleh instansi yang berwenang memberi izin tersebut. Sanksi administrasi dapat didayagunakan atau diterapkan oleh badan atau pejabat pemerintah terhadap subyek hukum pelanggar ketentuan administrasi. Dalam UUPLH diatur ketentuan sanksi administratif di dalam Pasal 2, Pasal 25 dan Pasal 27 UUPLH meliputi paksaan pemerintah, 123 pembayaran sejumlah uang tertentu, 124 dan pencabutan izin usaha dan atau kegiatan. 125 Adakalanya terjadi pelanggaran tertentu oleh usaha danatau kegiatan yang dianggap berbobot untuk dihentikan kegiatan usahanya, misalnya telah ada warga masyarakat yang terganggu kesehatannya akibat 121 Hardjasoemantri, Koesnadi, Op.Cit., hal.341. 122 Syahrin, Alvi, Op.Cit., hal.221. 123 Pasal 25 ayat 1 UUPLH 124 Pasal 25 ayat 5 UUPLH 125 Pasal 27 ayat 1 UUPLH. Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008 pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup 126 , tetapi tindakan ini jarang dilakukan mengingat dapat mengakibatkan tutupnya perusahaan yang justru akan merugikan para karyawan yang terkena PHK. Tindakan administratif juga dapat dilakukan dalam bentuk gugatan administrasi. Gugatan administrasi diajukan oleh masyarakat yang hak dan kepentingannya yang berkaitan dengan lingkungan hidup dirugikan oleh instansi pemerintah. Gugatan administrasi diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1985. Berdasarkan UU PTUN dan Pasal 27 ayat 3 UUPLH tentang pelanggaran, maka bersumber dari kewenangan pemerintah untuk mengatur peruntukan, pengembangan, penggunaan, penyediaan, pengelolaan dan pengawasan sumber daya serta mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang atau subyek hukum dengan sumbernya, warga masyarakat dapat mengajukan gugatan kepada PTUN berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan pemerintah tersebut yang merugikan hak dan kepentingan mereka yang berkaitan dengan lingkungan hidup. 127 Pelanggaran Hukum Administrasi memuat ketentuan-ketentuan yang pada hakekatnya bersifat mengatur. Karena itu pelanggaran terhadap ketentuan hukum administrasi dinamakan pelanggaran administratif atau regulatory offences. Pelanggaran terhadap hukum administrasi umumnya tidak memerlukan akibat atau korban lebih dahulu Tujuan pengaturan hukum administrasi adalah mencegah 126 Hardjasoemantri, Koesnadi, Op.Cit., hal.349. 127 Nasution, Bismar , Op.Cit., hal. 208. Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008 terjadinya korbanakibat-akibat yang tidak diinginkan, sehingga pelanggaran hukum administrasi dapat diketahui secara dini, selagi belum menimbulkan korban. Program yang didesain dengan baik dan dilaksanakan secara sistematis dan konsisten akan selalu mampu mendeteksi pelanggaran hukum administrasi pada waktu dini ketika pelanggaran tersebut masih bertaraf kecil dan belum sampai menimbulkan korban. Dengan demikian, penindakan hukum lingkungan administrasi harus diutamakan dan didahulukan. Penindakan hukum administrasi dilakukan bertolak dari dan dalam kerangka pelaksanaan program penaatan dan penegakan sebagai suatu program, maka diharapkan temuan pelanggaran tersebut terjadi pada waktu dilakukannya inspeksi atau pemantauan atau pengawasan terhadap lingkungan compliance inspection atau inspeksi rutin. Pendayagunaan sanksi administrasi dalam penegakan hukum lingkungan merupakan hal yang utama dan pertama dilakukan, sebelum mendayagunakan sanksi lainnya. Karena dengan mendayagunakan sanksi administrasi berarti kita akan dapat memperbaiki atau memulihkan keadaan lingkungan hidup yang telah rusak atau tercemar tadi, di samping memberikan efek jera kepada pihak lainnya. Sanksi administrasi di sini berfungsi sebagai instrumen pengendalian dampak lingkungan hidup. Dalam suatu tindak hukum administrasi terdapat suatu ikatan hukum rechsbetrekking antara administrasi dengan seorang warga masyarakat. Warga masyarakat terikat mempunyai verplichting untuk melakukan atau memenuhi Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008 sesuatu. Bila lalai atau tidak dapat menunaikannya, maka administrasi dapat melakukan sanksi hukum administrasi Negara terhadapnya tanpa perantaraan atau melalui hakim. Berbeda dengan perikatan perdata, seseorang yang lalai atau tidak dapat memenuhi kewajiban dapat digugat oleh pihak lain kepada hakim perdata. Administrasi tidak memerlukan perantaraan hakim untuk menjalankan sanksi hukum administrasi negara. Di samping itu, masih ada pula yang dikenakan sanksi pidana bilamana warga masyarakat yang bersangkutan tidak memenuhi keterikatannya kepada ikatan hukum administrasi tertentu, sehingga dia dikenakan atau terkena 2 dua sanksi sekaligus, yaitu sanksi hukum administrasi dan sanksi hukum pidana. Sanksi-sanksi merupakan bagian penutup yang penting di dalam hukum, juga dalam hukum administrasi. Pada umumnya tidak ada gunanya memasukkan kewajiban-kewajiban atau larangan-larangan bagi para warga di dalam peraturan perundang-undangan tata usaha negara, manakala aturan-aturan tingkah laku itu tidak dapat dipaksakan oleh tata usaha negara dalam hal dimaksud diperlukan. Peran penting pada pemberian sanksi di dalam hukum administrasi memenuhi hukum pidana, seperti pada sistem perizinan yang menurut perundang-undangan memuat ketentuan penting yang melarang pada warga bertindak tanpa izin. Pada tempat lain di dalam undang-undang biasanya dapat kita temukan sanksi-sanksi pidana tertentu. Bagi pembuat peraturan penting untuk tidak hanya melarang tindakan-tindakan yang tanpa disertai izin, tetapi juga terhadap tindakan-tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang dapat dikaitkan pada suatu izin, termasuk Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008 sanksi-sanksi hukum administrasi yang khas. Sanksi-sanksi hukum administrasi yang khas tersebut antara lain : a. paksaan pemerintah bestuursdwang. b. penarikan kembali keputusan ketetapan yang menguntungkan izin, pembayaran, subsidi. c. pengenaan denda administratif d. pengenaan uang paksa oleh pemerintah dwangsom. Bestuursdwang sebagai tindakan-tindakan yang nyata feitelijke handeling dari penguasa guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum administrasi atau bila masih melakukan apa yang seharusnya yang ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang. Hal itu membedakan bestuursdwang dengan sanksi-sanksi lainnya, menjalankan bestuursdwang merupakan suatu tindakan penguasa dengan cara yang amat langsung. Sanksi-sanksi lainnya lebih berperan secara tidak langsung werken meer indirecht. Pengenaan denda administrasi menyerupai penggunaan suatu sanksi pidana. Pertimbangan-pertimbangan kebijaksanaan yang terutama membenarkan pada sejumlah kasus terbatas tata usaha negara dapat beralih pada pengenaan denda. Menurut Philipus M. Hadjon, di negeri Belanda, pengenaan uang paksa oleh badan tata usaha negara merupakan sanksi modern. Hal tersebut sebagai suatu alternatif untuk penerapan bestuursdwang”. Pengenaan sanksi-sanksi administrasi hanya mungkin apabila badan tata usaha negara mengetahui adanya pelanggaran-pelanggaran nyata atas peraturan Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008 perundang-undangan. Hal itu tidak terjadi dengan sendirinya. Karena itu, tata usaha negara mempekerjakan pegawai-pegawai yang ditugaskan untuk mengadakan pengawasan disebut juga kontrol. Didalam praktek, pengawasan merupakan syarat bagi dimungkinkannya pengenaan sanksi dan sekaligus menurut pengalaman, pelaksanaan dari pengawasan itu sendiri telah mendukung penegakan hukum handhaving. Para warga melihat bahwa penguasa dengan sungguh-sungguh menegakkan peraturan perundang-undangan. Lagi pula, pegawai-pegawai pengawasan melalui penerangan penyuluhan, anjuran bujukan, peringatan dan nasihat biasanya dapat mencegah terjadinya suatu keadaan pengenaan sanksi tak dapat dihindari. Pengawasan administratif merupakan sarana penegakan hukum lingkungan yang bersifat preventif, yakni guna memastikan bahwa peraturan perundang- undangan lingkungan ditaati. 128 Pasal 22 sampai dengan Pasal 24 UUPLH mengatur mengenai pengawasan terhadap penataan penanggungjawab usaha danatau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup, di samping ketentuan Pasal 23 UUPLH yang merupakan landasan terbentuknya Badan Pengendalian Dampak Lingkungan BAPEDAL sebagai badan pengawas yang mewakili pemerintah yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden Nomor 196 Tahun 1998. Adapun tindakan dari aparatur pemerintah dalam menyiapkan perangkat pengelolaan di bidang lingkungan hidup, berdasarkan Pasal 10 huruf e UUPLH terdiri atas 1 Tindakan preemtif, 2 Tindakan preventif, dan 3 Tindakan proaktif. 128 Syahrin, Alvi, Op.Cit., 211. Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008 1. Tindakan Preemtif Tindakan Preemtif adalah tindakan pada tingkat pengambilan keputusan dan perencanaan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam tingkat pengambilan keputusan dan perencanaan, yaitu : a. Penyiapan tata ruang, khususnya penyiapan lokasi sebagai usaha danatau kegiatan yang memberikan dampak terhadap lingkungan. b. Penyiapan ketentuan tentang AMDAL yang cermat. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menghendaki ketentuan tentang AMDAL untuk senantiasa direvisi guna menyesuaikan terhadap perkembangan tersebut. 2. Tindakan Preventif Tindakan Preventif adalah tindakan pada tingkat pelaksanaannya. Kegiatan yang dilakukan pada tingkat ini, antara lain : a. Penerapan Baku Mutu BM limbah. Beberapa BM yang sudah disiapkan oleh pemerintah pusat Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup. b. Penetapan Instrumen Ekonomi. Instrumen Ekonomi yang dapat diberikan bagi satu usaha danatau kegiatan yang sedang berjalan, antara lain : Pajak Keringanan Pajak, Pungutan Pencemaran Pollution Charges, Teknologi Akrab Lingkungan Hidup, Asuransi, Penghargaan. 3. Tindakan Proaktif Tindakan Proaktif adalah tindakan pada tingkat produksi. Tindakan yang dapat dilakukan pada tingkat ini adalah sebagai contoh : Standarisasi Lingkungan Hidup Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008 Kep. KA BAPEDAL No. Kep-29BAPEDAL051997 tentang Standarisasi, Akreditasi dan Sertifikasi Bidang Lingkungan Hidup. Dari ketiga bentuk pertanggungjawaban korporasi dalam pengelolaan lingkungan di atas merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan dalam pengelolaan lingkungan hidup, baik dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan individual, melalui pengawasan dan penerapan sanksi administratif, kepidanaan dan keperdataan. Dengan demikian, penegakan hukum lingkungan dilaksanakan melalui tiga bidang hukum tersebut, artinya, penegakan hukum lingkungan mencakup pengawasan dan penerapan sarana-sarana hukum dalam ketiga bidang hukum lingkungan tersebut. Sriwaty: Penerapan Sanksi Perdata Terhadap korporasi Dalam Sengketa Lingkungan hidup, 2007. USU e-Repository © 2008

BAB IV PENERAPAN SANKSI PERDATA TERHADAP KORPORASI DALAM