Upaya Hukum Yang dilakukan Jaksa Pengacara Negara Demi Kepentingan Umum.

b. Mengawasi pembayaran kepada kreditor, pengalihan atau pengagunan kekayaan debitor yang dalam rngka kepailitan memerlukan kurator. Pengadilan dapat menetapkan syarat agar kreditor yang mengajukan permohonan sita jaminan dan penunjukan kurator sementara untuk memberikan jaminan dalam jumlah yang dianggap wajar oleh pengadilan. Untuk kepentingan harta pailit dapat dimintakan pembatalan atas segala perbuatan hukum debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan kreditor sebelum pernyataan pailit ditetapkan. Salinan Putusan Pengadilan Niaga dalam perkara kepailitan secara lengkap dikirimkan surat pengantara kepada debitor, pihak yang mengajukanpihak Pemohon Jaksa Pengacara Negara. Kurator dan Hakim Pengawas paling lambat 3 tiga hari sejak tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit ditetapkandiucapkan. 176

C. Upaya Hukum Yang dilakukan Jaksa Pengacara Negara Demi Kepentingan Umum.

Upaya hukum, terhadap putusan permohonan pernyataan pailit adalah upaya kasasi ke Mahkamah Agung. Dengan demikian tidak diperlukan lagi adanya banding melalui pengadilan tinggi. Upaya untuk kasasi ini harus diajukan dalam waktu 8 176 Ibid. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 delapan hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga. 177 Dalam hal ini harus diingat bahwa Mahkamah Agung merupakan “Judex Jure” saja, yaitu Mahkamah Agung hanya mengadili bagaimana penerapan atau aplikasi hukum terhadap suatu perkara telah dilakukan oleh Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Tinggi dalam kasus umumnya. Walaupun demikian, Mahkamah Agung dapat juga menjadi “Judex Factie” seperti yang dilakukan oleh Pengadilan Niaga ataupun Pengadilan Negeri yang mengadili hal-hal sehubungan dengan fakta dan hukum dari perkara yang ada. Sehingga semestinya upaya hukum kasasi tidak merupakan suatu upaya hukum sepenuhnya mengenai fakta dan hukum. Upaya hukum kasasi seharusnya hanya dibatasi pada masalah bagaimana penerapan hukum saja oleh Pengadilan Niaga. Hal-hal yang akan dievaluasi atau diperiksa oleh Mahkamah Agung atas suatu perkara kasasi dari Pengadilan Niaga, adalah : 178 1. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang. 2. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku. 3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang- undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan. 179 177 Pasal 11 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU : “Upaya hukum dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung”. 178 Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-Undangan yang terkait dengan Kepailitan, Bandung : Nuansa Aulia, 2006, hal. 56. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 Berdasarkan Penjelasan dari Pasal 11 UU No. 37 Tahun 2004 antara lain dikatakan bahwa : “sepanjang menyangkut kreditor, maka yang dapat mengajukan kasasi bukan saja kreditor yang merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama, tetapi termasuk pula kreditor lain yang bukan pihak pada persidangan tingkat pertama yang tidak puas terhadap putusan atas permohonan pailit yang ditetapkan”. Pemohon kasasi wajib menyampaikan kepada Panitera Pengadilan memori kasasi pada tanggal permohonan kasasi didaftarkan. Kemudian panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi paling lama 2 dua hari setelah permohonan kasasi didaftarkan, Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada Panitera pengadilan paling lambat 7 tujuh hari setelah tanggal Termohon kasasi menerima memori kasasi. Panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi, memori kasasi dan kontra memori kasasi beserta berkas perkara yang bersangkutan kepada Mahkamah Agung, paling lambat 14 empat belas hari setelah tanggal permohonan kasasi didaftarkan. Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lambat 60 enam puluh hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima Mahkamah Agung. 180 Lebih lanjut dimungkinkan untuk mengajukan Peninjauan Kembali pada Mahakamah Agung terhadap putusan atas permohonan untuk pernyataan kepailitan yang telah berkekuatan hukum tetap Pasal 14 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004. Permohonan Peninjauan Kembali dapat diajukan apabila : 179 Bismar Nasution, Sunarmi, Loc.cit, hal. 30. 180 Himpunan Peraturan Perundang-undangan No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, Op.cit. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 a. Setelah perkara diputus ditemukan bukti tertulis baru yang bersifat menentukan, yang pada waktu perkara diperiksa di pengadilan sudah ada, tetapi belum ditemukan; atau b. Dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat kekeliruan yang nyata vide, Pasal 295 ayat 2 Sub a.b UU No. 37 Tahun 2004. Pernyataan pailit barulah timbul apabila debitor atau kreditor mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada pengadilan niaga. Syarat-syarat agar seserong debitor dinyatakan pailit diatur di dalam UU No. 37 Tahun 2004. Di samping debitor atau kreditor secara orang perorangan, pihak lainpun bisa mengajukan permohonan pernyataan pailit, yaitu kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Menteri Keuangan. Akibat hukum prnyataan pailit secara teoritis diatur dalam Bagian Kedua UU No. 37 Tahun 2004 di dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 61. akan tetapi bila diteliti secara mendalam ternyata akibat hukum tersebut tidak hanya terbatas pada pasal- pasal tersebut, melainkan dalam seluruh pasal-pasal UU No. 37 Tahun 2004. Tidaklah mudah merinci seluruh akibat hukum pernyataan pailit.

a. Akibat kepailitan bagi debitor sendiri.

Pasal 24 UU No. 37 Tahun 2004 mengatur bahwa debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 Ketentuan ini tidak mengakibatkan si debitor menjadi tidak mampu membuat perjanjian, tetapi walau debitor tidak kehilangan kecakapannya untuk melakukan perbuatan hukum, perbuatan itu tidak mempunyai akibat hukum atas kekayaannya yang tercakup dalam harta kepailitan. Hanya pada harta yang termasuk bundel pailit, debitor kehilangan wewenang untuk mengurusnya dan mengalihkannya. Bila debitor melanggar ketentuan itu, maka perbuatannya tidak mengikat kekayaannya itu, kecuali perikatan yang bersangkutan mendatangkan keuntungan bagi bundel pailit. 181 Sebagai konsekuensi dari hal tersebut di atas, maka setiap dan seluruh perikatan antara debitor yang dinyatakan pailit dengan pihak ketiga yang dilakukan sesudah pernyataan pailit, tidak akan tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan itu. Oleh karena itu, maka gugatan-gugatan yang diajukan dengan tujuan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit, selama dalam kepailitan, yang secara langsung diajukan pada debitor pailit, hanya dapat diajukan dalam bentuk laporan untuk pencocokan. Hal ini berlaku juga bagi suami atau istri dari debitor pailit yang kawin dengan persatuan harta kekayaan. Kepailitan seorang suami atau seorang istri yang kawin dalam persatuan harta diperlakukan sebagai kepailitan persatuan tersebut. Kepailitan tersebut meliputi segala benda yang jatuh dalam persatuan harta 181 Sentosa Sembiring, Op.cit, hal. 58. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 perkawinan juga terkena sita kepailitan dan otomatis masuk ke dalam bundel pailit. 182

b. Akibat kepailitan bagi kreditor.

Kedudukan para kreditor terhadap debitor pailit adalah sama paritas creditorium dan karenanya mereka mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi bundel pailit sesuai dengan besarnya tagihan masing-masing, kreditor ini disebut kreditor konkuren. Namun demikian ada pengecualian yaitu terhadap golongan kreditor yang haknya didahulukan berdasarkan ketentuan Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUHPerdata, kreditor ini disebut kreditor separatis. 183

c. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitor.

Sesudah putusan hakim tentang pernyataan pailit diucapkan, maka seluruh harta kekayaan sebagaimana ditentukan dalam Paal 21 UU No. 37 Tahun 2004 dinyatakan sebagai harta pailit. Pengecualian dibuat untuk beberapa barang dipakai dan diperlukan oleh si pailit dan keluarganya secara pribadi, sebagaimana disebut dalam Pasal 22 UU No. 37 Tahun 2004, diantaranya benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitor sehubungan dengan pekerjaannya, profesi si pailit, penghasilan si pailit dari pekerjaan pribadi si pailit yang besarnya ditentukan 182 Bismar Nasution, Sunarmi, Dasar-Dasar Hukum Kepailitan di Indonesia, Magister Kenotariatan Program Pascasarjana, USU, Medan, 2003, hal. 44. 183 Pasal 1139 KUHPerdata berisi tentang piutang-piutang yang diistimewakan terhadap benda-benda tertentu, sedangkan Pasal 1149 berisi tentang piutang-piutang yang diistimewakan atas semua benda bergerak dan tidak bergerak yang dilunasi dari pendapatan penjualan benda-benda itu. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 oleh hakim pengawas dan biaya hidup yang diterima untuk memenuhi pembayaran uang nafkah berdasarkan hukum. 184 Segala tuntutan hukum yang berpangkal pada hak dan kewajiban yang mengenai harta pailit harus dimajukan oleh atau kepada kurator. Selain itu segala tunutan yang bertujuan untuk mendapatkan pemenuhan suatu perikatan dari harta pailit mencakup baik perikatan untuk dapat pembayaran suatu jumlah uang maupun prestasi lain dari bundel si pailit, selama kepailitan berlangsung, maka hanya boleh dimajukan dengan cara melaporkan kepada kurator atau diversifikasi. D. Analisis Kasus Permohonan Kepailitan Yang Diajukan Oleh Jaksa Sebagai Pengacara Negara Demi Kepentingan Umum. Untuk melihat lebih jauh tentang standar kepentingan umum yang menjadi pedoman bagi Kejaksaan dalam pengajuan permohonan pernyataan pailit dalam penelitian ini menganalisis perkara No. 02Pailit2005PN. NiagaMdn, yang dilakukan oleh Lembaga Kejaksaan untuk kepentingan umum selanjutnya disebut sebagai Pemohon Pailit. Terhadap PT. Aneka Surya Agung sebagai Termohon Pailit. Adapun duduk perkaranya : 1. Bahwa hubungan Pemohon dengan Termohon adalah bahwa Pemohon sebagai Jaksa Pengacara Negara pda Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam yang mempunyai kewenangan di bidang Perdata termasuk di dalamnya untuk mengajukan 184 K. Santoso, Akibat Putusan Pailit, Makalah Seminar Kepailitan, Jakarta, 14 Juli 1998, hal. 2. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 Permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan Niaga sesuai undang-undang Kejaksaan, UU No. 16 Tahun 2004 jo UU No. 4 Tahun 1998 jo Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2000 Jo UU No. 37 Tahun 2004. 2. Bahwa Termohon adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri sandal dan dalam menjalankan usahanya itu Termohon memerlukan tenaga dengan kewajiban membayar upah buruh, kewajiban membayar Jamsostek bagi para pekerja dan uang pesangon bagi setiap pekerja yang diberhentikan, tenaga listrik, telepon Jasa Telkom. 3. Bahwa Termohon mempunyai kewajiban yang belum dibayar lunas kepada para Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat P-4P untuk membayar hak- hak normatif para pekerja yang sudah diputuskan oleh P-4P tanggal 30 Mei 2005 sebesar Rp. 5.515.570.204,- PT. Jamsostek cabang Tanjung Morawa bulan April 2004 sampai dengan Februari 2005 sebesar Rp. 425.567.831,86,- PT. PLN cabang Lubuk Pakam, sejak bulan Maret 2004 sampai dengan bulan Agustus 2004 sebesar Rp. 318.150.584,- Telkom Kandatel Medan sebesar Rp. 5.997.160,- dan PT. BNI sebesar Rp. 8.994.595.808,-. 4. Bahwa dalam kenyataannya Termohon tidak dapat lagi menjalankan usahanya, perusahaan telah menghentikan kegiatan produksinya sehingga tidak mampu lagi memenuhi segala kewajibannya kepada para kreditur di atas, untuk menghindari pembayaran terhadap tagihan atau kewajiban Termohon Direktur atau seluruh pengurus PT. Aneka Surya Agung berdasarkan surat dari Kepala Kepolisian Resort Deli Serdang No. B-1070IV2005 tanggal 19 April 2005, Termohon telah Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 masuk dalam Daftar Pencarian Orang DPO yang berarti tidak diketahui keberadaannya melarikan diri. 5. Bahwa sebagian para kreditur antara lain yaitu terdiri dari PT. PLN, PT. Telkom, PT. Jamsostek dan PT. Bank Negara Indonesia PT. BNI adalah Badan Usaha Milik Negara, sedangkan kreditor yang lain yaitu para pekerjaburuh dan mantan buruh yang telah diberhentikan yang menurut ketentuan point 1 satu di atas termasuk kategori pihak dan lain-lain. 6. Bahwa sampai saat ini baik Termohon maupun para kreditor tidak ada satupun yang mengajukan pernyataan pailit terhadap Termohon, oleh karena itu agar permasalahan tersebut tidak berlarut-larut dan Pemohon khawatir hal tersebut merupakan ‘itikad buruk dari Termohon untuk mengulur-ulur waktu, sehingga dapat menghindar atau melepaskan tanggung jawab dari kewajibannya dan dapat mengganggu kepentingan umum, karena para kreditor lain maupun para buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Nasional SPN akan main hakim sendiri dan berunjuk rasa, mengambil dan merusak asset Termohon, maka dengan ini pihak Pemohon mengambil langkah penegakan hukum dengan mengajukan permohonan pailit demi kepentingan umum terhadap Termohon. Dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim, menimbang bahwa sebagai suatu hukum yang bersifat khusus lex specialis, UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, mengatur tentang pihak-pihak yang memiliki kewenangan legitima standi in judicio untuk mengajukan permohonan pailit, dimana dalam Pasal 2 ayat 2 disebutkan bahwa : “pihak kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 untuk kepentingan umum”. Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 2 ayat 2 dicantumkan keadaan-keadaan yang memungkinkan kejaksaan untuk mengajukan permohonan pailit demi kepentingan umum, yaitu : a. Debitor melarikan diri; b. Debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan; c. Debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat; d. Debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana masyarakat luas;’ e. Debitor tidka beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu; atau f. Dalam hal lainnya menurut Kejaksaan merupakan kepentingan umum. Sedangkan tata cara pihak Kejaksaan untuk mengajukan permohonan pailit adalah sama dengan permohonan pailit yang diajukan oleh debitor atau kreditor, dengan ketentuan bahwa permohonan pailit dapat diajukan oleh Kejaksaan tanpa menggunakan jasa Advokat”. Di samping itu untuk memperjelas mekanisme kewenangan Kejaksaan untuk mengajukan permohonan pailit telah diatur berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah RI No. 17 Tahun 2000 tentang Permohonan Pernyataan Pailit untuk Kepentingan Umum; Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU tersebut ditentukan, bahwa pihak Kejaksaan meskipun tidak berkedudukan sebagai kreditor juga berwenang mengajukan permohonan pailit Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 terhadap diri seorang debitor untuk kepentingan umum sepanjang jika tidak ada pihak lain yang mengajukan permohonan pailit terhadap debitor tersebut. Di samping itu, ketentuan Pasal 7 UU No. 37 Tahun 2004 yang mengharuskan permohonan pailit diajukan oleh seorang advokat tidak berlaku jika yang menjadi pemohon pailit adalah pihak Kejaksaan. Dengan kata lain, pihak Kejaksaan dapat maju sendiri untuk mengajukan permohonan pailit. Menimbang, bahwa dalam permohonannya, Pemohon memohon agar Termohon dianyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya, karena telah mempunyai sejumlah utang pada beberapa Badan Usaha Milik Negara yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dan kini malahan tidka mempunyai aktifitas produksi dan bahkan beberapa pengurusnya telah dinyatakan dalam Daftar Pencarian Orang DPO oleh pihak Kepolisian. Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 telah diatur syarat-syarat kepailitan sebagai berikut : a. Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor. b. Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Menimbang, bahwa sistem pembuktian sederhana syarat-syarat untuk dapat dinyatakan pailit tersebut, sesungguhnya bersangkutan dengan cara pemeriksaan permohonan pailit yaitu dengan berlandaskan acara cepat speedy trial yang dengan tegas diatur dalam Pasal 8 ayat 4 UU No. 37 Tahun 2004 yang menyatakan : “permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 telah dipenuhi”. Menimbang, bahwa dengan demikian, adanya kewajiban-kewajiban untuk membayarkan sejumlah uang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih tersebut kepada pihak Bank Indonesia, pihak PT. Telkom, pihak PT. PLN, PT. Jamsostek dan pembayaran hak-hak normatif kepada 420 orang karyawan PT. Aneka Surya Agung yang telah diputuskan hubungan kerjanya merupakan suatu bukti bahwa Termohon memiliki dua atau lebih kreditor. Amar putusan Pengadilan Niaga Medan : 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebahagian; 2. Menyatakan Termohon PT. Aneka Surya Agung pailit dengan segala akibat hukumnya; 3. Menunjuk Balai Harta Peninggalan Medan sebagai Kurator dalam Kepailitan PT. Aneka Surya Agung: 4. Menunjuk dan mengangkat Sdr. Maratua Rambe, SH Hakim Niaga Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan sebagai Hakim Pengawas; 5. Membebankan biaya permohonan pailit kepada Termohon pailit PT. Aneka Surya Agung sebesar Rp. 5.000.000,- lima juta rupiah. 6. Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya. Analisa mengenai standar kepentingan umum yang menjadi dasar bagi Kejaksaan dalam mengajukan permohonan pailit khususnya dalam perkara No. 02Pailit2005PN.NiagaMdn, adalah sebagai berikut : Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 Bahwa adanya surat perintah penunjukan Jaksa Pengacara Negara untuk mengajukan permohonan pailit atas kepentingan umum yang dikeluarkan oleh Kejaksaan Lubuk Pakam adalah wujud dari peranan dan kewenangan legitima standi in judicio Kejaksaan yang dapat mengajukan pailit berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2000, hal ini diperkuat juga dengan pertimbangan Majelis Hakim dalam Perkara No. 02Pailit2005PN.NiagaMdn. Partisipasi masyarakat meerupakan salah satu komponen yang menjadi necessery condition dalam upaya penegakan hukum dan keadilan, maka oleh kerenaya apabila dikaitkan dengan permohonan pengajuan pailit yang diajukan oleh Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam ini, maka Jaksa menilai permohonan pailit dapat diajukan mengingat debitor yang tidak dapat membayar utangnya kepada beberapa badan usaha milik negara PT. Telkom, PT. PLN, PT. Jamsostek dan pembayaran hak-hak normatif kepada 420 orang karyawan PT. Aneka Surya Agung yang telah diputuskan hubungan kerjanya. Hal ini merupakan indikasi adanya kepentingan rakyat kepentingan umum yang harus diperhatikan. Sesuai dengan UU No. 37 Tahun 2004 jo Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2000, dimana dalam undang- undang tersebut diatur bahwa Kejaksaan dapat mengajukan permohonan kepailitan untuk kepentingan umum, maka sesuai dengan tegaknya supremasi hukum dan keadilan yang berasal dari adanya partisipasi rakyat yang dalam hal ini adanya partisipasi masyarakat yang melaporkan ke Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam mengenai PT. Aneka Surya Agung Termohon Pailit yang telah melakukan Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 Pemutusan Hubungan Kerja PHK secara sepihak kepada 420 orang karyawannya tanpa membayar hak-hak normatif yang diatur dalam Pasal 95 ayat 4 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwasanya : “dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi, berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerjaburuh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya”. Dalam perkara a quo penulis menyimpulkan bahwasanya karyawan-karyawan tersebut adalah termasuk dalam kategori kepentingan orang banyakumum. Adapun hak buruh yang harus dipenuhi apabila perusahaan pailit berdasarkan Pasal 165 UU No. 13 Tahun 2003 yakni berupa pesangon sebesar 1 satu kali ketentuan Pasal 156 ayat 2, yaitu : Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 paling sedikit sebagai berikut : a. Masa kerja kurang dari 1 satu tahun, 1 satu bulan upah; b. Masa kerja 1 satu tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 dua tahun, 2 dua bulan upah; c. Masa kerja 2 dua tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tiga tahun, 3 tiga bulan upah; d. Masa kerja 3 tiga tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 empat tahun, 4 empat bulan upah; e. Masa kerja 4 empat tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 lima tahun, 5 lima bulan upah; f. Masa kerja 5 lima tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 enam tahun, 6 enam bulan upah; g. Masal kerja 6 enam tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tujuh tahun, 7 tujuh bulan upah; h. Masa kerja 7 tujuh tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 delapan tahun, 8 delapan bulan upah; i. Masa kerja 8 delapan tahun atau lebih, 9 sembilan bulan upah. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 Kemudian mendapat uang penghargaan masa kerja sebesar 1 satu kali ketentuan Pasal 156 ayat 3, yakni : Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan sebagai berikut : a. Masa kerja 3 tiga tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 enam tahun, 2 dua bulan upah; b. Masa kerja 6 enam tahun atau lebih, tetapi kurang dari 9 sembilan tahun, 3 tiga bulan upah; c. Masa kerja 9 sembilan tahun atau lebih, tetapi kurang dari 12 dua belas tahun, 4 empat bulan upah; d. Masa kerja 12 dua belas tahun atau lebih, tetapi kurang dari 15 lima belas tahun, 5 lima bulan upah; e. Masa kerja 15 lima belas tahun atau lebih, tetapi kurang dari 18 delapan belas, 6 enam bulan upah; f. Masa kerja 18 delapan belas tahun atau lebih, tetapi kurang dari 21 dua puluh satu tahun, 7 tujuh bulan upah; g. Masa kerja 21 dua puluh satu tahun atau lebih, tetapi kurang dari 24 dua puluh empat tahun, 8 delapan bulan upah; h. Masa kerja 24 dua puluh empat tahun atau lebih, 10 sepuluh bulan upah. Selanjutnya mendapat uang penggantian hak dengan ketentuan Pasal 156 ayat 4, yakni : Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi : a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; b. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerjaburuh dan keluarganya ke tempat dimana pekerjaburuh diterima bekerja; c. Penggantian perumaan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15 lima belas persen dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerjasama. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 Maka berdasarkan Pasal 1 ayat 2 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU dinyatakan bahwa kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. 185 Berdasarkan hasil penelitian penulis, Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam yang pertama kali mengajukan permohonan kepailitan demi kepentingan umum. Kemudian dalam proses pengajuan permohonan kepailitan tersebut tidak terdapat kendala- kendala hukum baik dari lembaga Kejaksaan maupun dari Pengadilan Niaga Medan, hal tersebut membuktikan legitimasi yang dimiliki lembaga Kejaksaan dalam mengajukan permohonan pengajuan kepailitan. Kemudian dalam pertimbangan hukumnya Majelis Hakim Pengadilan Niaga Medan juga mempertimbangkan bahwasanya tata cara permohonan pailit adalah sama dengan permohonan pailit yang diajukan oleh debitor atau kreditor, dengan ketentuan bahwa permohonan pailit dapat diajukan oleh Kejaksaan tanpa menggunakan advokat. Hal tersebut sesuai dengan mekanisme kewenangan Kejaksaan untuk mengajukan permohonan pailit yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2000 tentang Permohonan Pernyataan Pailit untuk kepentingan umum. Mengenai pertimbangan Majelis Hakim ini, Kepala Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam, i.c. Pemohon pailit sangat setuju mengingat mengenai finansial Kejaksaan adalah swadaya dari Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam dan menurut hematnya Kejaksaan 185 Lihat Penjelasan Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 :”yang dimaksud dengan kreditor dalam ayat ini adalah baik kreditor konkuren, kreditor separatis maupun kreditor preferen. Khusus mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harga debitor dan haknya untuk didahulukan. Bilamana terdapat sindikasi kreditor maka masing-masing kreditor adalah kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 Negeri Lubuk Pakam telah profesional di bidang hukum, oleh karenanya pertimbangan hukum dan amar putusan Pengadilan Niaga Medan dalam perkara a quo telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku vide UU No. 37 Tahun 2004 jo Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2000. Perlu ditegaskan, bahwasanya dalam perkara a quo Termohon pailit tidak mengajukan upaya hukum yakni kasasi ke Mahkamah Agung, oleh karenanya putusan perkara a quo telah mempunyai kekuatan hukum tetap inkracht. Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008 B A B V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan