Akibat hukum prnyataan pailit secara teoritis diatur dalam Bagian Kedua UU No. 37 Tahun 2004 di dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 61. akan tetapi bila diteliti
secara mendalam ternyata akibat hukum tersebut tidak hanya terbatas pada pasal- pasal tersebut, melainkan dalam seluruh pasal-pasal UU No. 37 Tahun 2004.
Tidaklah mudah merinci seluruh akibat hukum pernyataan pailit.
a. Akibat kepailitan bagi debitor sendiri.
Pasal 24 UU No. 37 Tahun 2004 mengatur bahwa debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk
dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan. Ketentuan ini tidak mengakibatkan si debitor menjadi tidak mampu membuat
perjanjian, tetapi walau debitor tidak kehilangan kecakapannya untuk melakukan perbuatan hukum, perbuatan itu tidak mempunyai akibat hukum atas kekayaannya
yang tercakup dalam harta kepailitan. Hanya pada harta yang termasuk bundel pailit, debitor kehilangan wewenang untuk mengurusnya dan mengalihkannya. Bila debitor
melanggar ketentuan itu, maka perbuatannya tidak mengikat kekayaannya itu, kecuali perikatan yang bersangkutan mendatangkan keuntungan bagi bundel pailit.
132
Sebagai konsekuensi dari hal tersebut di atas, maka setiap dan seluruh perikatan antara debitor yang dinyatakan pailit dengan pihak ketiga yang dilakukan
sesudah pernyataan pailit, tidak akan tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan itu. Oleh
132
Parwoto Wignjosumarto, Hukum Kepailitan Selayang Pandang, Jakarta : Tatanusa, 2003, hal. 35
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
karena itu, maka gugatan-gugatan yang diajukan dengan tujuan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit, selama dalam kepailitan, yang secara langsung
diajukan pada debitor pailit, hanya dapat diajukan dalam bentuk laporan untuk pencocokan.
Hal ini berlaku juga bagi suami atau istri dari debitor pailit yang kawin dengan persatuan harta kekayaan. Kepailitan seorang suami atau seorang istri yang
kawin dalam persatuan harta diperlakukan sebagai kepailitan persatuan tersebut. Kepailitan tersebut meliputi segala benda yang jatuh dalam persatuan harta
perkawinan juga terkena sita kepailitan dan otomatis masuk ke dalam bundel pailit.
133
b. Akibat kepailitan bagi kreditor.