sebagai pihak Penggugat Pemohon Pailit. Di dalam Pasal 2 UU Kepailitan yang baru yaitu UU No. 37 Tahun 2004 terdapat 6 enam pihak yang dapat mengajukan
permohonan pailit, yaitu : 1. Debitor
itu sendiri.
2. Satu atau lebih kreditor. 3. Kejaksaan untuk kepentingan umum.
4. Bank Indonesia jika debitornya adalah suatu bank. 5. Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam jika debitornya adalah perusahaan
Efek. 6. Menteri Keuangan jika debitornya adalah Perusahaan Asuransi.
1. Syarat-Syarat Kepailitan
Syarat-syarat tersebut penting karena apabila permohonan kepailitan tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka permohonan tersebut tidak akan dikabulkan
oleh Pengadilan Niaga. Menurut Pasal 1 ayat 1 UUK: Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas
permintaan seorang atau lebih Kreditornya. 1. Dalam Pasal 1 ayat 1 No. 37 Tahun 2004 tersebut di atas digunakan dua istilah
yang sebenarnya sama artinya, yaitu permohonan ... baik atas permohonannya
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
sendiri... dan permintaan ...maupun atas permintaan seorang.... Tidak jelas mengapa tidak digunakan satu istilah saja, yaitu apakah menggunakan istilah
permohonan saja atau istilah permintaan saja. 2. Syarat Paling Sedikit Harus Ada 2 dua Kreditor Concursus Creditorum
Pengadilan Niaga dalam putusannya No. 26Pailit1999PN.Niaga Jkt.Pst. tanggal 31 Mei 1999 dalam perkara kepailitan antara PT Liman Internasional
Bank sebagai Pemohon Pailit melawan PT Wahana Pandugraha sebagai Termohon Pailit berpendirian bahwa Kantor Palayanan Pajak Jakarta-Gambir dan
Kantor Pelayan Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Pandeglang yang ditarik dalam permohonan sebagai Kreditor lain oleh pemohon dan ditolak oleh yang
bersangkutan, maka Majelis Hakim dapat menerima alasan penolakan tersebut karena utang pajak timbul berdasarkan ketentuan undang-undang bukan karena
adanya perjanjian utang-piutang antara Termohon dengan Kantor Pelayanan Pajak.
Terhadap perkara tersebut Mahkamah Agung RI dalam putusan Kasasinya, yaitu putusan No. 015K7N1999 tanggal 14 Juli 1999 mengemukakan dalam
pertimbangannya: bahwa Kantor Pelayanan Pajak maupun Kantor Pelayana Pajak Bumi dan Bangunan, tidak termasuk Kreditor dalam ruang lingkup pailit. Bentuk
utang pajak adalah tagihan yang lahir dari UU No. 6 tahun 1983 sebagaimana dirubah dengan UU No. 9 tahun 1994, Ketentuan Umum Perpajakan = KUP.
Berdasarkan undang-undang tersebut, memberi kewenangan khusus Pejabat Pajak untuk melakukan eksekusi langsung terhadap utang pajak di luar campur tangan
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
kewenangan Pengadilan. Dengan demikian terhadap tagihan utang pajak harus diterapkan ketentuan Pasal 41 ayat 3 UU No. 4 tahun 1998, yakni menempatkan
penyelesaian penagihan utang pajak berada di luar jalur proses pailit, karena mempunyai kedudukan hak istimewa penyelesaiannya.
Harus dibedakan antara pengertian Kreditor dalam kalimat ...mempunyai dua atau lebih Kreditor... dan Kreditor dalam kalimat ...atas permintaan seorang
atau lebih Kreditornya. yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004. Kalimat yang pertama adalah untuk mensyaratkan bahwa Debitor tidak
hanya mempunyai utang kepada satu Kreditor saja. Dengan demikian menurut pendapat penulis, kata Kreditor yang dimaksud dalam kalimat yang pertama itu
adalah sembarang Kreditor, yaitu baik Kreditor konkuren maupun Kreditor preferen. Yang ditekankan di sini adalah bahwa keuangan Debitor bukan bebas
dari utang, tetapi memikul beban kewajiban membayar utang-utang. Sedangkan maksud kalimat yang kedua adalah untuk menentukanbahwa permohonan pailit
dapat diajukan bukan saja oleh Debitor sendiri tetapi juga oleh Kreditor. Dalam kalimat yang kedua ini, Kreditor yang dimaksud adalah Kreditor
konkuren. Mengapa harus Kreditor konkuren adalah karena seorang Kreditor separatis atau Kreditor pemegang Hak Jaminan tidak memmpunyai kepentingan
untuk diberi hak mengajukan permohonan pernyataan pailit mengingat Kreditor separatis telah terjamin sumber pelunasan tagihannya, yaitu dari barang agunan
yang dibebani dengan Hak Jaminan.
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
Apabila seorang Kreditor separatis merasa kurang terjamin sumber pelunasan piutangnya karena nilai Hak Jaminan yang dipegangnya lebih rendah daripada
nilai piutangnya, dan apabila Kreditor separatis itu menghendaki untuk mem- peroleh sumber pelunasan dari harta pailit, maka Kreditor separatis itu harus
terlebih dahulu melepaskan hak separatisnya, sehingga dengan demikian berubah statusnya menjadi Kreditor konkuren.
113
Berlakunya ketentuan bahwa Debitor harus mempuyai dua atau lebih Kreditor, menimbulkan masalah hukum. Haruskah Kreditor pemohon pernyataan pailit
membuktikan bahwa Debitor mempunyai Kreditor lain selain dari Kreditor pemohon? Apabila memang Kreditor pemohon diharuskan untuk dapat
membuktikan bahwa selain Kreditor pemohon masih ada Kreditor lain, hal itu tidaklah mudah dilakukan oleh Kreditor tersebut.
Oleh karena tidak ada ketentuan yang mewajibkan agar setiap utang yang diterima oleh seorang Debitor harus didaftarkan pada suatu badan tertentu yang
diserahi tugas untuk mencatat utang-utang dalam suatu daftar khusus, maka sulit bagi Kreditor pemohon untuk dapat mengetahui siapa saja Kreditor-kreditor dari
Debitor. Oleh karena menurut KUH Acara Perdata Indonesia HIR seorang yang
mengajukan gugatan atau permohonan harus membuktikan kebenaran gugatan atau permohonannya, atau dengan kata lain beban pembuktian ada pada
113
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Jakarta :Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 109.
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
penggugat atau pemohon, maka pemohon pernyataan pailit harus dapat membuktikan bahwa Debitor memiliki lebih dari satu Kreditor terdapat Kreditor
lain selain Kreditor pemohon, dan harus dapat pula menyebutkan dengan mengemukakan bukti-bukti siapa saja Kreditor-kreditor lain itu.
3. Syarat Harus Adanya Utang Syarat lain yang harus dipenuhi bagi seorang
pemohon pernyataan pailit ialah harus adanya utang. UU No. 37 Tahun 2004 tidak menentukan apa yang dimaksudkan dengan utang. Dengan demikian para
pihak yang terkait dengan suatu permohonan pernyataan pailit dapat berselisih pendapat mengenai ada atau tidak adanya utang. Pihak-pihak yang dimaksud ialah
penasihat hukum dari pemohon, penasihat hukum dari Debitor, dan Majelis Hakim yang memeriksa permohonan itu, baik Majelis Hakim Pengadilan Niaga,
Majelis Hakim Kasasi, maupun Majelis Hakim Peninjauan Kembali. 4.
Syarat Utang Harus Telah Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih Pasal 1 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 tidak membedakan tetapi menyatukan syarat utang yang telah
jatuh waktu dan utang yang telah dapat ditagih. Penyatuan tersebut ternyata dari kata dan di antara kata jatuh waktu dan dapat ditagih. Kedua istilah itu
dapat berbeda pengertiannya dan kejadiannya. Suatu utang dapat saja telah dapat ditagih tetapi belum jatuh waktu. Pada perjanjian-perjanjian kredit perbankan,
kedua hal tersebut jelas dibedakan. Utang yang telah jatuh waktu ialah utang yang dengan lampaunya waktu penjadwalan yang ditentukan di dalam perjanjian kredit
itu, menjadi jatuh waktu dan karena itu pula Kreditor berhak untuk menagihnya.
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pengertian utang yang telah jatuh waktu dan utang yang telah dapat ditagih berbeda. Utang yang telah jatuh waktu, atau utang yang telah expired, dengan
sendirinya menjadi utang yang telah dapat ditagih, namun utang yang telah dapat ditagih belum tentu merupakan utang yang telah jatuh waktu. Utang
hanyalah jatuh waktu apabila menurut perjanjian kredit atau perjanjian utang- piutang telah sampai jadwal waktunya untuk dilunasi oleh Debitor sebagaimana
ditentukan di dalam perjanjian itu. Misalnya saja telah sampai jadwal cicilan bagi pelunasan kredit investasi yang ditentukan bertahap, misalnya setiap 6 enam
bulan sekali setelah masa tenggang grace period lampau, dan harus telah dilunasi seluruhnya pada akhir perjanjian yang bersangkutan. Namun, suatu utang
sekalipun jatuh waktunya belum tiba, mungkin saja utang itu telah dapat ditagih, yaitu karena telah terjadi salah satu peristiwa yang disebut events of default
sebagaimana ditentukan ai dalam perjanjian itu.
114
Maka seyogianya kata-kata di dalam Pasal 1 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 yang berbunyi utang yang telah jatuh waktu dan telah dapat ditagih diubah
menjadi cukup berbunyi utang yang telah dapat ditagih atau utang yang telan dapat ditagih baik utang tersebut telah jatuh waktu atau belum. Penulisan seperti
kalimat yang penulis usulkan itu akan menghindarkan selisih pendapat apakah utang yang telah dapat ditagih tetapi belum jatuh waktu dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit. Biasanya diberikan
114
Ibid, hal. 110.
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
somasi dahulu apabila tidak diindahkan, maka Debitor tersebut dianggap lalai dan utang telah dapat ditagih.
5. Syarat Cukup Satu Utang Saja Telah Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih Bunyi Pasal 1 ayat 1 di dalam Perpu No. 1 Tahun 1998 sebagaimana telah
disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998 merupakan perubahan dari bunyi Pasal 1 Faillissementsverordening S. 1905 No. 217 jo S. 1906 No. 348. Bunyi Pasal 1
ayat 1 sebelum diubah, yaitu bunyi Pasal 1 ayat 1 Fv, adalah: Setiap Debitor yang tidak mampu membayar utangnya yang berada dalam
keadaan berhenti membayar kembali utang tersebut, baik atas permintaannya sendiri maupun atas permintaan seorang kreditor atau beberapa orang kreditornya,
dapat diadakan putusan oleh hakim yang menyatakan bahwa debitor yang bersangkutan dalam keadaan pailit. Seyogianya salah satu syarat untuk
mengajukan permohonan pemyataan pailit terhadap seorang Kreditor adalah bahwa selain Debitor memiliki lebih dari seorang Kreditor, Debitor tersebut harus
pula dalam keadaan insolven, yaitu tidak membayar lebih dari 50 lima puluh perseratus utang-utangnya.
Dalam Pasal 1 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 maupun dalam pasal-pasal lain, tidak ditentukan bahwa apabila permohonan pernyataan pailit diajukan oleh
seorang Kreditor, dipersyaratkan bahwa utang kepada Kreditor pemohon harus telah jatuh waktu dan telah dapat ditagih serta tidak dibayar oleh Debitor. Dengan
demikian dapat dipertanyakan apakah seorang Kreditor sekalipun piutangnya belum jatuh waktu dan dapat ditagih boleh tampil sebagai pemohon pernyataan pailit dengan
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
syarat pemohon harus dapat membuktikan bahwa Debitor memiliki utang kepada Kreditor lain yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.
115
Bank pemberi kredit secara mudah dapat mengetahui keadaan keuangan para Debitornya dari laporan hasil pemeriksaan audit oleh akuntan publik yang
diwajibkan oleh bank yang bersangkutan untuk disampaikan oleh Debitor kepada bank dari waktu ke waktu. Kalau Kreditor hanya boleh mengajukan permohonan
pernyataan pailit menunggu sampai utang Debitor telah jatuh waktu dan dapat ditagih, yang mungkin saja masih agak lama, maka kepentingan Kreditor dapat sangat
dirugikan. Berbeda dengan kasus di atas, dapat muncul kasus lain. Misalnya, Debitor D
memiliki utang kepada Kreditor A, B, dan C. Utang kepada Kreditor A telah jatuh waktu dan dapat ditagih, sedangkan utang Debitor kepada Kreditor B, dan C, belum
jatuh waktu dan dapat ditagih. Dalam kasus ini pertanyaan yang timbul adalah apakah dimungkinkan permohonan pailit diajukan oleh Kreditor A karena utang Debitor
kepadanya telah jatuh waktu dan dapat ditagih tetapi utang Debitor terhadap Kreditor B dan C belum jatuh waktu dan dapat ditagih?
Dari bunyi Pasal 1 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 dapat ditafsirkan bahwa permohonan pernyataan pailit terhadap seorang Debitor dapat diajukan cukup apabila
Debitor tidak membayar hanya untuk satu utang saja yang telah jatuh waktu dan dapa ditagih, sepanjang Debitor mempunyai dua atau lebih Kreditor. Sekali lagi, Debitor
115
H. Man. S. Sastrawidjaya, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung : Alumni, 2006, hal. 23.
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
harus dalam keadaan insolven telah berada dalam keadaan berhenti membayar kepada para Kreditornya, bukan sekadar tidak membayar kepada satu atau dua orang
Kreditor saja, sedangkan kepada para Kreditor lainnya Debitor masih melaksanakan kewajiban pembayaran utang-utangnya dengan baik.
116
Dalam hal Debitor hanya tidak membayar kepada satu atau dua orang Kreditor saja, sedangkan kepada para Kreditor yang lain Kreditor masih membayar
utang-utangnya, ma.ka terhadap Debitor tidak dapat diajukan permohonan pailit kepada Pengadilan Niaga tetapi diajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri
pengadilan perdata biasa. Ada sebuah contoh yang sangat menarik mengenai putusan pailit Pengadilan
Niaga terhadap suatu perusahaan yang masih solven hanya berdasarkan dalih bahwa perusahaan tersebut tidak membayar kewajibanya kepada salah satu Kreditor tertentu
saja, sekalipun kepada Kreditor-kreditor lainnya perusahaan tersebut masih memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan baik. Putusan yang dimaksud adalah
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. PAILIT2000PN. NIAGA.JKT.PST tanggal 13 Juni 2002 itu, yang menyatakan PT.
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia PT. AJMI pailit. Putusan tersebut telah memicu reaksi yang keras tidak saja dari dalam negri, tetapi juga dari dunia internasional.
117
Manulife adalah Suatu perusahaan asuransi yang didirikan oleh sebuah perusahaan di Kanada, saham sebesar 51, Dharmala Sakti Sejahtera, Tbk 40, dan
116
Ibid, hal. 25
117
Syarat-Syarat Kepailitan, http:www.hukumonline.com, terakhir diakses pada tanggal 2 Juli 2008.
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
International Finance Corporation IFC 9. Perusahaan asuransi jiwa yang tergolong terbesar di Indonesia itu pada saat dipailitkan memiliki keadaan keuangan
yang cukup baik dengan aset senilai Rp 1,3 triliun, 400 ribu pemegang polis. Dengan alasan tidak membayar dividen keuntungan perusahaan tahun 1998,
PT. AJMI dimohon melalui Pengadilan Niaga Jakarta untuk dinyatakan pailit. Yang memohon putusan pernyataan pailit itu ialah Paul Sukran, S.H. yang berkedudukan
selaku Kurator dari perusahaan yang sudah dinyatakan pailit sebelumnya, yaitu PT. Dharmala Sakti Sejahtera, Tbk. PT. DSS, yang pada 1998 memiliki 40 saham PT.
AJMI sebagaimana telah dikemukakan di atas. Sesudah PT DSS pailit, saham PT. AJMI miliknya dilelang dan dibeli oleh Manulife. Pertimbangan PT. DSS sebagai
pemohon dalam mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap PT. AJMI itu adalah bahwa dengan dinyatakannya PT. DSS pailit, maka segala sesuatu yang
menyangkut pengurusan harta kekayaan PT. DSS Debitor pailit sepenuhnya dilakukan oleh Kurator. Selaku Kurator yang diangkat berdasarkan Penetapan
Pengadilan Niaga, Pemohon sebagai Kurator bertugas melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit serta berusaha mengumpulkan semua harta kekayaan
yang dimiliki oleh PT. DSS termasuk tugasnya sebagai Kurator, adalah melakukan penagihan kepada PT. AJMI selaku termohon berupa membayarkan dividen tahun
buku 1999 berikut bunga-bunganya kepada PT. DSS selaku pemilikpemegang 40 saham pada PT. AJMI yang tercatat untuk tahun buku 1999. Dalam Pasal X Akte
Perjanjian Usaha Patungan, di antara para pemegang saham, dalam mendirikan PT. AJMI, telah disepakati bahwa Sejauh perusahaan memperoleh laba dan telah
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
mendapatkan suatu surplus untuk dibagikan kepada para pemegang saham untuk tahun pembukuan Perusahaan yang mana pun sebagaimana dapat dilihat dari
Laporan Keuangan yang telah diaudit sehubungan dengan tahun pembukuan yang bersangkutan, hak akan mengatur agar perusahaan PT. Asuransi Jiwa Manulife-
semua membayar dividen sedikitnya sama dengan 30 dari life surplus yang melebihi Rp 100.000.000,00 seratus juta rupiah.
118
Berdasarkan Laporan Keuangan PT. AJMI tahun buku 1999 dan 1998 yang dibuat oleh ERNST YOUNG selaku auditor independen, Consolidated Financial
Statement Desember 31, 1999 and 1998 telah ditentukan bahwa PT AJMI telah mendapat surplus dari keuntungan sebesar Rp 186.306.000.000,00 seratus delapan
puluh enam miliar tiga ratus enam juta rupiah. Berdasarkan Laporan Keuangan tersebut dan dengan mengacu kepada Pasal X Akta Perjanjian Usaha Patungan, maka
menurut Pemohon, dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham Termohon PT AJMI adalah sebesar Rp 55.891.800.000,00 lima puluh lima miliar
delapan ratus sembilan puluh satu juta delapan ratus ribu rupiah yaitu sebesar 30 x Rp 186.306.000.000,00. Berdasarkan hal tersebut di atas dan dengan mengacu kepada
Pasal X Akta Perjanjian Usaha Patungan, maka menurut Pemohon, PT DSS sebagai pemegang saham sebanyak 40 berhak untuk mendapat pembagian dividen beserta
bunga-bunganya sebesar 40 x Rp 55.891.800.000,00, yaitu sebesar Rp 22.356.720.000,00 dua puluh dua miliar tiga ratus lima puluh enam juta tujuh ratus
dua puluh ribu rupiah. Total kewajiban Termohon kepada Pemohon setelah utang
118
Ibid.
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
dividen itu ditambah dengan bunga yang belum dibayarkan sejak tanggal 01 Januari 2000 sampai dengan 30 April 2002 2 tahun 4 bulan dengan perhitungan bunga
sebesar 20 pertahun adalah berjumlah Rp 32.789.856.000,00 tiga puluh dua milyar tujuh ratus delapan puluh sembilan juta delapan ratus lima puluh enam ribu rupiah.
Termohon dengan berbagai alasan berusaha untuk menghindar dari kewajiban membayar dividen tersebut yang telah diupayakan penagihannya oleh Pemohon.
119
Permohonan Pemohon untuk memailitkan Termohon PT. AJMI telah dikabulkan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan putusan sebagaimana
dikemukakan di atas. Sehubungan dengan putusan pernyataan pailit terhadap PT. AJMI oleh Pengadilan Niaga tersebut reaksi keras datang dari pemerintah Kanada.
Reaksi keras tersebut muncul karena MI merupakan perusahaan yang keadaan keuangannya masih solven.
Menteri Luar Negeri Kanada Bill Graham pernah mengatakan pemerintah Kanada mempertimbangkan untuk melancarkan aksi retaliasi balasan terhadap
Pemerintah RI karena dinilai tidak menunjukkan respons yang memadai berkaitan dengan kasus pailit PT. Asuransi AJ Manulife Indonesia AJMI yang kontroversial.
Graham, mengatakan Pemerintah Kanada akan mengkaji semua opsi, termasuk kemungkinan menerapkan sanksi terhadap Pemerintah Indonesia. Bahkan, ia tidak
menutup kemungkinan Indonesia akan menghadapi sanksi internasional. Lebih lanjut Ferry de Kerckhove Duta Besar Kanada untuk Indonesia, menuding Pemerintah Rl
tidak berbuat apa-apa untuk memecahkan kasus sengketa antara Manulife Financial
119
Ibid.
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
Corp dengan mantan mitra lokalnya, Dharmala Group, yang berlarut-larut sejak tahun 1998. Beliau menyatakan bahwa pemerintah Canada tidak puas dengan respons
yang ditunjukkan oleh Pemerintah Indonesia.
120
Duta Besar Prancis untuk Indonesia Herve Ladseus dalam konferensi pers usai pertemuan dengan Jajaran pemerintah Provinsi Jawa Barat di Bandung, Rabu,
mendesak pemerintah RI bersikap tegas dalam menegakkan aturan hukum, agar para investor asing mendapat kepastian keamanan atas modal yang telah ditanarnkan di
Indonesia. Menurut dia, kasus PT. AJMI merupakan suatu presenden buruk terhadap iklim investasi di Indonesia. Investor asing akan semakin enggan menanamkan
modalnya di Indonesia. Hal senada diungkapkan oleh Presiden American Chamber of Commerce Kamar Dagang dan IndustriKadin Amerika Carol Hessler, yang
menyatakan bahwa reformasi hukum merupakan hal yang sangat penting untuk saat ini.
121
Deputi Managing Director IMF, Anne Krueger, Dow Jones Newswires, bahkan menyatakan dengan tegas, IMF tidak senang atas perkembangan di Indonesia
menyangkut privatisasi dan juga reformasi hukum. Salah satu yang disoroti Krueger menyangkut keputusan kontroversi Pengadilan Niaga yang akhirnya memailitkan
AJMI. Kueger juga mengaku, IMF sependapat dengan Pemerintah Kanada dan juga para investor asing bahwa keputusan pengadilan tersebut akan dapat mengurangi
120
Buntut Kasus Pailit PT AJMI; Ka Pertimbangkan Sanksi Untuk RF, Harian Kompas, edisi tanggal 21 Juni 2002.
121
Menko Perekonomian: Kasus PT AJMI Harus Jadi Pelajaran, Harian Kompas, edisi Kamis, 20 Juni 2002.
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
minat investor asing untuk berinvestasi ke Indonesia. Sehubungan dengan reaksi pemerintah Kanada tersebut di atas, Staf Ahli Menko Perekonomian, Mahendra
Siregar, mengemukakan bahwa di dalam negara demokrasi, pemerintah tidak bisa ikut campur dalam proses ataupun keputusan pengadilan. Terutama, kata dia, dalam
kasus perdata, seperti Manulife. Siregar juga mengharapkan pemerintah Kanada dapat memahami apa yang sedang dilakukan oleh Indonesia dalam menjalankan agenda
reformasi, terutama di bidang hukum.
122
Menko Perekonomian, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, mengatakan bahwa masalah kepailitan PT.AJMI merupakan gambaran Indonesia yang ada pada saat ini
dan pemerintah tidak bisa mencampuri masalah yudikatif. Atas putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tersebut, PT. AJMI telah mengajukan Kasasi. Reaksi-reaksi
tersebut seperti gugatan korupsi, tekanan negara luar akhirnya berhenti setelah kemudian Mahkamah Agung dengan Putusan Nomor: 021KN202 tanggal 5 Juli
2002 telah mengabulkan permohonan Kasasi dari Pe-mohon Kasasi dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 13 Juni 2002
Nomor 10PAILIT 2002PN.NIAGA.JKT.PST.
123
Ini adalah contoh kontroversi berdasarkan syarat-syarat dimungkinkannya perusahaan yang masih solven dipailitkan hanya dengan alasan karena ada salah satu
Kreditor yang utangnya telah jatuh waktu dan dapat ditagih tidak dibayar, sekalipun kepada Kreditor yang lain kewajiban-kewaiiban Debitor masih dipenuhi dengan baik.
122
Ibid.
123
Menko Perekonomian, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Kepailitan PT. AJMI Contoh Kasus Kepailitan di Indonesia, Harian Kompas, edisi Rabu, 20 Juni 2002.
Agussalim Nasution : Standar Kepentingan Umum Dalam Permohonan Kepailitan Oleh Kejaksaan Menurut…, 2008 USU e-Repository © 2008
Jadi dengan persyaratan kepailitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 maka terhadap terjadinya wanprestasi oleh orang perorangan atau
suatu badan hukum Debitor berkaitan dengan kewajiban kontraktual pada khususnya atau kewajiban hukum pada umumnya kepada pihak lain Kreditor, pihak
yang dirugikan Kreditor telah diberi dua pilihan oleh hukum yang berlaku untuk dapat menuntut haknya, yaitu apakah akan menuntut haknya melalui Pengadilan
Negeri pengadilan perdata biasa dengan mengajukan gugatan atau mengajukan permohonan pailit melalui Pengadilan Niaga.
124
Oleh karena persyaratan kepailitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1 No. 37 Tahun 2004 tersebut dapat menimbulkan malapetaka bagi dunia usaha,
dan lebih lanjut dapat mengurangi minat luar negeri untuk menanamkan modal di Indonesia, dan dapat menyebabkan keengganan lembaga-lembaga pemberi kredit
untuk membiayai penrusahaan-perusahaan di Indonesia. UU No. 37 Tahun 2004 pada hakekatnya harus menganut asas bahwa hanya perusahaan yang insolven saja yang
dapat dinyatakan pailit sebagaimana yang dianut oleh undang-undang kepailitan di banyak negara.
2. Keadaan dan Prosedur Permohonan Kepailitan