Wanprestasi Ingkar Janji Kedudukan Seimbang para Pihak

yang tidak transparan telah menimbulkan biaya yang signifikan bagi negara. Penghematan bisa kita peroleh dengan cara membuat mekanisme pengadaan yang transparan dan berdasarkan prinsip persaingan sehat. 165 Dalam setiap kontrak, tidak terkecuali untuk kontrak Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli, sering terjadi kontrak tidak terlaksana dengan semestinya. Banyak hal yang mempengaruhi jalannya suatu kontrak pengadaan barangjasa, yang dapat menyebabkan kontrak tersebut diubah atau dibatalkan sama sekali. Adapun hal-hal yang menjadi hambatan dalam Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli adalah :

A. Wanprestasi Ingkar Janji

Wanprestasi default atau non fulfilment, ataupun yang disebut juga dengan istilah breach of contract maksudnya adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak- pihak tertentu seperti yang disebut dalam kontrak yang bersangkutan. 166 Wanprestasi adalah ketiadaaan suatu prestasi, sedangkan prestasi dalam hukum perjanjian berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. 167 165 Boediono, Makalah SeminarPerbaikan Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Indonesia, diselenggarakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, 23 Agustus 2006, hlm. 4. 166 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hlm. 87. 167 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Perjanjian Tertentu, Bandung: Sumur Bandung, 1974, hlm. 44. Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B Labuhan Deli, 2009 Seorang debitur dapat dikatakan wanprestasi “apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat menenuhinya dan tidak seperti yang diperjanjikan”. 168 Wujud dari wanprestasi tersebut meliputi 169 : 1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi 2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna 3. Terlambat memenuhi prestasi 4. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan Dalam hal wanprestasi berupa tidak sempurnanya pemenuhan prestasi, dalam ilmu hukum kontrak dikenal dengan suatu doktrin yang disebut dengan “Doktrin Pemenuhan Prestasi Substansi” Substansial Performance. Yang dimaksud dengan “Dokterin Pemenuhan Prestasi Substansi,” adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa sungguhpun satu pihak tidak melaksanakan prestasinya secara sempurna, tetapi jika ia telah melaksanakan prestasinya tersebut secara substansial, maka pihak lain harus juga melaksanakan prestasinya secara sempurna. Apabila suatu pihak tidak melaksanakan prestasinya secara substansial, maka ia disebut telah tidak melaksanakan kontrak secara “material” material breach. Karena itu, jika tleh dilaksanakan secara substansial performance terhadap kontrak yang bersangkutan, tidaklah berlaku lagi doktrin exceptio non adimpleti contractus, yakni doktrin yang 168 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1982, hlm. 147. 169 Ahmad Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 74. Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B Labuhan Deli, 2009 mengajarkan bahwa apabila satu pihak tidak melaksanakan prestasinya, maka pihak lain dapat juga tidak melaksanakan prestasinya. 170 Dengan memberlakukan doktrin pelaksanaan kontrak secara substansial, maka untuk mengetahui apakah tidak terlaksananya kontrak merupakan “material” atau tidak, masalahnya sangat relatif dan dalam praktek sangat ditentukan oleh kebijakan hakim yang mengadili perkara yang bersangkutan. Debitur yang melakukan wanprestasi perlu ditentukan dalam keadaan atau bentuk yang bagaimana seorang debitur tidak memenuhi prestasi yang diperjanjikan tersebut. Dalam perjanjian untuk tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, apabila debitur melakukannya berarti ia melanggar perjanjian. Sedangkan dalam perjanjian untuk menyerahkan sesuatu barang atau untuk melakukan suatu perbuatan, apabila barang tidak diserahkan atau perbuatan tidak dilakukan, dapat dikatakan bahwa debitur telah melakukan wanprestasi. Dalam perjanjian pengadaan barangjasa dikenal bentuk-bentuk wanprestasi yang tidak berbeda dari bentuk-bentuk wanprestasi dalam keadaan khusus, yaitu 171 : 1. Penyedia barangjasa mengundurkan diri setelah memasukkan harga penawaran 2. Penyedia barangjasa terlambat menyelesaikan pekerjaan dari jadwal waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak 3. Penyedia barangjasa belum memulai pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan 170 Munir Fuady, Op.Cit. hlm. 89. 171 Henny Saida Flora, Karakter Hukum Perjanjian Pemborongan Realestate di Kotamadya Medan, Tesis Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2000, hlm. 109. Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B Labuhan Deli, 2009 4. Penyedia barangjasa menghentikan pekerjaan tanpa alasan yang sah Dalam syarat-syarat kontrakperjanjian dicantumkan mengenai saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan pemborongan. Penyedia barangjasa harus memulai pekerjaan sesuai dengan jangkat waktu yang telah ditetapkan setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja SPMK yang dikeluarkan oleh pihak pengguna barangjasa. Jadi penyedia barangjasa harus memulai pekerjaan tanpa menunda kecuali secara tegas disetujui atau diperintahkan oleh pihak pengguna barangjasa atau oleh sebab-sebab di luar pengendalian penyedia barangjasa. Apabila penyedia barangjasa menunda atau tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan maka penyedia barangjasa dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi. 172 Wanprestasi yang sering terjadi pada Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan menurut Bapak Edilauder Lumbangaol, SH, MH selaku Kepala Bagian PPL Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara yaitu 173 : 1. Spesifikasi atau mutu barang yang ditawarkan oleh pihak pengguna barangjasa tidak sama dengan spesifikasi atau mutu yang dikirimdisediakan pihak penyedia barangjasa. 2. Penyedia barangjasa dalam mengirimkan keperluan bahan makanan tidak sesuai jumlah yang telah diperhitungkan sebelumnya. 3. Wanprestasi dimana pemborongpenyedia barangjasa menghentikan pekerjaan tanpa alasan, hal ini disebabkan ketidakmampuan penyedia barangjasa dalam menyelesaikan pekerjaan borongan, yang disebabkan penyedia barangjasa tidak mempunyai cukup modal atau peralatan ataupun tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, dan juga disebabkan karena penyedia barangjasa salah perhitungan di dalam 172 Ibid, hlm. 110. 173 Hasil wawancara dengan Bapak Edilauder Lumbangaol, Kepala Bagian PPL Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara pada tanggal 19 Juni 2009. Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B Labuhan Deli, 2009 menetapkan harga pada waktu penawaran sehingga penyedia barangjasa mengalami kerugian dan akhirnya meninggalkan pekerjaan tanpa memberitahukan pihak pengguna barangjasa. Apabila terjadi wanprestasi maka jaminan pelaksanaan menjadi milik Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli. Jaminan pelaksanaan adalah bentuk penanggungan yang diberikan oleh Bank untuk menanggung pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan oleh pemborong. 174 Dalam pemborongan bangunan, jaminan pelaksanaan hanya diberikan kepada pemborong yang telah diluluskan dalam pelelangan pekerjaan setelah pemborong menyetorkan sejumlah persentase tertentu dari nilai pemborongan. Dalam hal pemborongan tidak memulai pelaksanaan pekerjaan pada waktu yang telah ditetapkan, maka jaminan pelaksanaan menjadi milik negara. Juga dalam hal pemborong mengundurkan diri setelah menandatangani kontrak, maka jaminan pelaksanaan menjadi milik negara. Dalam perjanjian Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli, pihak penyedia barangjasa wajib menyerahkan Jaminan Pelaksanaan Pengadaan berupa quarantee yang harus dikeluarkan Bank Umum yang juga dapat dikeluarkan oleh perusahaan Asuransi kerugian yang mempunyai Program Surety Bond. Besar nilai jaminan adalah 5 lima persen dari biaya pengadaan. Surat Jaminan Pelaksanaan diserahkan kembali oleh Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli kepada pihak penyedia barangjasa setelah jangka waktu pelaksanaan pengadaan berakhir. 174 Sri Soedewi Masjchum Sofwan, Himpunan Karya Pemborongan Bangunan, Yogyakarta: Liberty, 1982, hlm. 14 Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B Labuhan Deli, 2009 Adapun ketentuan dari jaminan pelaksanaan dalam perjanjian Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli adalah: 1. Jika pihak penyedia barangjasa principal: a. Menyelesaikan pekerjaan tersebut pada waktunya dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan dalam kontrak, atau b. Membayar, memperbaiki dan mengganti obligee semua kerugian dan kerusakan yang mungkin diderita obligee oleh sebab kegagalan atau kelalaian pihak principal dalam melaksanakan kontrak, maka jaminan ini tidak berlaku lagi, jika tidak, maka jaminan tetap berlaku dari tanggal Surat Penunjukan Pemenang Lelang sampai dengan tanggal yang ditetapkan dan dapat dimintakan perpanjangannya oleh principal sampai 14 empat belas hari setelah masa pemeliharaan berakhir. 2. Tuntutan penagihan klaim atas jaminan dilaksanakan oleh obligee secara tertulis kepada surety segera setelah timbul cidera janji wanprestasi defaul oleh pihak principal dalam melaksanakan kontrak dan bukan resiko-resiko pemilik. Surety harus membayar kepada obligee sejumlah jaminan tersebut selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari setelah menerima tuntutan penagihan dari pihak obligee berdasarkan keputusan obligee mengenai pengenaan sanksi akibat cidera janji oleh pihak principal. 3. Menunjuk pada pasal 1832 KUH Perdata ditegaskan kembali bahwa Surety melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya harta benda pihak yang Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B Labuhan Deli, 2009 dijamin lebih dahulu disita dan dijual guna melunasi hutangnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 1831 KUH Perdata. 4. Setiap pengajuan ganti rugi terhadap surety berdasarkan jaminan harus sudah diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 3 tiga bulan sesudah berakhirnya masa laku jaminan ini. Apabila terbukti bahwa penyedia barangjasa telah melakukan tindakan wanprestasi, maka Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli melakukan hal- hal sebagai berikut : 1. Ganti rugi oleh pihak penyedia barangjasa Dalam Surat Perjanjian Borongan Tentang Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan Nomor : W2.E20.PL.03.06-130 Tahun 2008 antara Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli dengan CV. Tri Putra dan dalam Surat Perjanjian Borongan Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli Tahun 2009 adalah Nomor: W2.E20.PL.02.02.03-122 antara Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli dengan CV. Warga Jaya, memuat ketentuan sebagai berikut : a. Pihak Kedua dan berhak menolak barang-barang bila mutunya menyimpang dari perjanjian serta dapat tambahan bila jumlah yang dikirimkan masih ada kekurangan. b. Bila Pihak Kedua tidak memasukkan sebagian barang yang dimaksud sesuai dengan manage bon atau sebagian ditolak karena tidak baik mutunya Pihak Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B Labuhan Deli, 2009 Kedua wajib memasukkan kembali memenuhi kekurangan mengganti dalam jangka waktu yang ditentukan oleh Pihak Pertama. c. Apabila Pihak Kedua dalam waktu yang ditentukan tidak memenuhi kewajibannya maka Pihak Pertama berhak membeli barang yang dimaksud dari pihak lain atas beban Pihak Kedua. d. Pihak Kedua harus segera mengganti pengeluaran yang dilakukan Pihak Pertama untuk pembelian barang-barang yang dimaksud ditambah dengan denda sebagai berikut : i. Untuk pertama kali sebanyak 5 dari jumlah harga barang yang dimaksud j. Untuk kedua kali 10 dari jumlah barang yang dimaksud 2. Pembayaran dendasanksi oleh pihak penyedia barangjasa Dalam Surat Perjanjian Borongan Tentang Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan Nomor : W2.E20.PL.03.06-130 Tahun 2008 antara Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli dengan CV. Tri Putra dan dalam Surat Perjanjian Borongan Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli Tahun 2009 adalah Nomor: W2.E20.PL.02.02.03-122 antara Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli dengan CV. Warga Jaya, memuat ketentuan sebagai berikut : d. Apabila Pihak Kedua tanpa persetujuan yang berwenang menghentikan pemasukan barang-barang, maka Pihak Kedua diwajibkan membayar semua kerugian yang diderita Pihak Pertama. e. Untuk itu kepada Pemenang Cadangan I dapat melanjutkan pekerjaan ini dengan perhitungan seperti dalam penawaran. Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B Labuhan Deli, 2009 f. Setiap hari keterlambatan pemasukan bahan makanan dikenakan denda sebesar 1 o oo permil dari harga borongan dan jumlah sebesar-besarnya 5 dari harga borongan. 3. Perselisihan Kontrak Dalam Surat Perjanjian Borongan Tentang Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan Nomor : W2.E20.PL.03.06-130 Tahun 2008 antara Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli dengan CV. Tri Putra dan Dalam Surat Perjanjian Borongan Pengadaan Bahan Makanan Keperluan NarapidanaTahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli Tahun 2009 adalah Nomor: W2.E20.PL.02.02.03-122 antara Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli dengan CV. Warga Jaya, ketentuan mengenai perselisihan kontrak adalah, ”Perselisihan yang timbul karena salah satu pihak ingkar janji akan diselesaikan secara musyawarah, bila tidak dapat diselesaikan maka kedua belah pihak memilih diselesaikan dan diputuskan oleh pengadilan setempat”.

B. Force Majeure