BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan pemerintah merupakan salah satu alat untuk menggerakkan roda perekonomian, oleh karenanya penyerapan
anggaran melalui pengadaan barang dan jasa ini menjadi sangat penting.
46
Namun, tidak kalah penting dari itu adalah urgensi pelaksanaan pengadaan yang efektif dan
efisien serta ekonomis untuk mendapatkan manfaat maksimal dari penggunaan anggaran.
47
Pasca jatuhnya pemerintah Orde Baru, Indonesia telah memulai babak baru sejarah reformasi sistem pengadaan barang dan jasa publik. Diawali dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Usaha Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Kehadiran produk perundangan ini, kemudian didukung dengan lahirnya Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pengadaan BarangJasa
Pemerintah. Prinsip dasar lahirnya Keputusan Presiden ini adalah penggunaan anggaran secara efektif dan efisien, mendorong persaingan sehat, pengadaan yang
transparan dan akuntabel serta tidak diskriminatif.
48
46
Majalah Kompetensi, Upaya Perbaikan Sistem Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Edisi 3 Tahun 2006, hlm. 4.
47
Ibid.
48
Transparency International, Bagaimana Mengurangi Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Publik, Pengalaman TI Indonesia, lihat
http:www.transparency.orgpolicy_researchsurveys_ indicesbpicomplete_report_bpi_2002.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
Namun dalam prakteknya, Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 memiliki beberapa kelemahan. Antara lain
49
: 1.
Adanya inkonsistensi antara ketentuan Keppres dengan peraturan lain. Inkonsistensi ini ditunjukan dengan adanya beberapa pasal yang dinilai
bertentangan dengan peraturan lain yang setara. Bahkan, ada pasal yang bertentangan dengan undang-undang, yang dalam hierarki hukum Indonesia tidak
dibenarkan;
2. Munculnya konflik dalam pelaksanaannya di daerah. Yang utamanya disebabkan
perbedaan interpretasi. Disebabkan ketentuan yang tidak jelas dan membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam lembar terpisah berupa Surat Edaran sebagai
petunjuk teknis pelaksanaan. Selain itu, muncul kecenderungan daerah untuk lebih mengacu kepada undang-undang daripada aturan dibawahnya. Akibat
ketidakjelasan aturan main tersebut, pengadaan barang dan jasa di pemerintah daerah hanya berdasarkan pada kebijakan kepala daerah semata, terutama
mengenai kebijakan Penunjukan Langsung dan tender terbatas. Kebijakan tersebut akan memunculkan terjadinya persaingan tidak sehat dan merajalelanya
korupsi, kolusi dan nepotisme;
3. Mata rantai birokrasi yang panjang. Sebelum mengikuti tender, perusahaan
diharuskan mendapatkan persetujuan dari pejabat terkait yang dibutuhkan; 4.
Sumber daya manusia yang kurang professional. Hal ini dikarenakan basis penunjukan pejabat pengadaan barang dan jasa berbau nepotisme dan kolusi atau
pejabat tersebut tidak memiliki keahlian teknis dalam tender bidang yang ditanganinnya.
Kelahiran Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 secara khusus ditujukan untuk mengatur tata cara pengadaan barang dan jasa di pemerintahan, baik yang
bersumber pada anggaran negara APBNAPBD maupun non anggaran bantuansumbangan dana dari luar negeri. Keputusan Presiden ini sekaligus
mendorong terjadinya globalisasi dan liberalisasi sistem pengadaan barang dan jasa di Indonesia. Selain membenahi kelemahan-kelemahan dalam aturan sebelumnya,
49
Ibid.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 juga menambahkan beberapa hal yang prinsipil dan strategis dalam upaya pencegahan korupsi.
Berikut aspek penting dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
50
: 1.
Adanya kejelasan bahwa pengguna anggaran daerah adalah pengguna barang dan jasa. Pasal 1
2. Adanya kewajiban untuk mengumumkan rencana pengadaan barang dan jasa
setiap awal tahun dan sanksi kepada panitia dan penyedia barang dan jasa bila terbukti curang dalam pengumuman lelang.
3. Adanya ketentuan untuk mengangkat pejabat pengadaan dalam pengadaan
barangjasa Rp. 50 juta. Pasal 1 4.
Adanya kewajiban bagi pengguna barang dan jasa serta panitia PBJ untuk memiliki sertifikat keahlian.
5. Adanya perubahan segmen pasar, hanya ada usaha kecil dan non usaha kecil,
tidak ada segmen pasar untuk jasa konsultansi. 6.
Masa transisi bagi jasa pelaksanaan konstruksi golongan menengah Rp. 1-3 milyar dan UK jasa konsultansi konstruksi s.d. Rp 200 juta.
7. Sertifikat Badan Usaha-PBJ Non Konstruksi bukan syarat mutlak PBJ sukarela.
8. Biaya penggandaan dukumen lelang diperkenankan.
9. Dibukanya akses masyarakat dalam pelaksaan pengadaantender.
10. Menghilangkan Conflict of Interest Larangan pengawas, pimpinan proyek
menjadi anggota panitia; larangan PNS menjadi penyedia. 11.
Mendorong diutamakannya penggunaan pascakualifikasi dibanding prakualifikasi.
12. Larangan menambah persyaratan kualifikasi di luar yang sudah ditentukan dalam
Keppres Ex : pembatasan wilayah, persyaratan harus mempunyai KTA KADIN, dll
13. Panitia pengadaan diperlukan untuk pengadaan dengan nilai diatas Rp 50 juta,
dan jumlah anggota panitia pengadaan minimal 3 orang atau berjumlah gasal. 14.
Memudahkan proses prapasca kualifikasi dengan membudayakan kualifikasi dengan tidak menyerahkan secara langsung dokumen yang banyak tetapi hanya
dengan surat pernyataan.
15. Dimasukannya pasal mengenai penerapan Pakta Integritas dalam Pengadaan
BarangJasa pemerintah. Namun dalam Keppres ini penjelasan mengenai mekanisme penerapan Pakta Integritas belum dijelaskan secara detail.
51
50
Budihardjo, Direktur Executive Indonesian Procurement Watch, Perbandingan antara Keppres 802003 dam PP No. 181999, Jakarta: Transparency International, 2002, hlm. 115
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono menyadari bahwa pengadaan barang dan jasa merupakan sektor yang paling rawan korupsi. Dalam Instruksi Presiden
Nomor 5 Tahun 2005 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, terutama adendum keenam menyebutkan untuk melaksanakan penerapan Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun 2003. Pemerintah juga secara aktif melakukan perbaikan atau pembaruan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003. Sedikitnya, Keputusan Presiden
ini sudah mengalami 7 kali perubahan yang cukup signifikan. Yang terakhir adalah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003. Pengadaan barang dan jasa pada hakikatnya merupakan upaya pihak
pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkannya, dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepaktan harga,
waktu dan kesepakatan lainnya.
52
Agar hakikat atau esensi pengadaan barang dan jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belah pihak yaitu pihak
pengguna dan penyedia haruslah selalu berpatokan pada filosofi pengadaan barang dan jasa, tunduk kepada etika dan norma pengadaan barang dan jasa yang berlaku,
51
Adanya kekeliruan dalam mengartikan Pakta Integritas, karena tidak ada penjelasan bagaima
an Barang dan Jasa dan Berbagai Permasa
a, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 3. na pemerintah melakukan mekanisme tersebut.
52
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengada lahanny
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
mengik
, struktu
borong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerja
atau pengembang dapat berupa badan hukum baik pemerintah maupun swasta. Si uti prinsip-prinsip, metode dan proses pengadaan barang dan jasa yang
baku.
53
Setiap proses penyelenggaraan pemerintahan dan negara, otoritas pemerintah memerlukan perangkat-perangkat, baik itu berupa perangkat keras maupun perangkat
lunak.
54
Perangkat keras misalnya sarana, prasarana, barang-barang keperluan dan inventaris Negara dan lain-lain, sedangkan perangkat lunak melingkupi sistem
r maupun sumber daya manusia yang akan melakukan proses pengurusan dan pengelolaan tersebut agar dapat menjadi efektif dan efesien bagi kepentingan rakyat.
Untuk melaksanakan pengadaan barang dan jasa tersebut, biasanya pemerintah melakukan perjanjian pemborongan seperti yang terdapat dalam Pasal
1601 b Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Menurut Pasal 1601 b Kitab Undang- undang Hukum Perdata, perjanjian pemborongan adalah perjanjian dengan mana
pihak yang satu si pem an bagi pihak yang lain pihak yang memborongkan dengan menerima suatu
harga yang ditentukan. Dalam suatu perjanjian pemborongan itu harus ada pihak yang saling
mengikatkan diri yaitu antara si pemborong dengan pihak yang memborongkan dan dalam perjanjian pemborongan itu ditentukan hak si pemborong serta kewajibannya,
adanya suatu pembayaran, adanya resiko dan lain-lain. Pihak yang memborongkan
53
Ibid.
54
Gunawan Widjaja, Pengelolaan Harta Kekayaan Negara Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 4.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
pengembang mempunyai rencana memborongkan proyek sesuai dengan surat perjanjian pemborongankontrak dan apa yang tercantum dalam bestek. Kontrak
inilah y
arya pengusaha pertambangan batu bara, kontrak pengadaan barang
adalah perikatan antara pejabat pembuat komitmen dengan penyedia barang dan jasa ang harus dipedomani dan dilaksanakan oleh pihak pemborong.
Pada dasarnya, kontrak menurut namanya dibagi menjadi dua macam yaitu kontrak nominaat bernama dan inominat tidak bernama. Kontrak nominaat
merupakan kontrak yang dikenal dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Hal- hal yang termasuk dalam kontrak nominaat adalah jual beli, tukar menukar, sewa-
menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, pinjam- meminjam, pemberian kuasa, penanggungan utang, perdamaian dan lain-lain.
Kontrak inominaat adalah kontrak yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Jenis kontrak ini belum dikenal pada saat Kitab Undang-undang Hukum
Perdata diundangkan. Kontrak yang termasuk dalam kontrak inominaat adalah kontrak surogasi, kontrak terapeutik, perjanjian kredit, standar kontrak, perjanjian
kemitraan, perjanjian k dan lain-lain.
55
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, tidak ditemukan pengertian kontrak pengadaan barang, yang ada hanya pengertian kontrak. Kontrak
55
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak diluar KUH Perdata, Buku Satu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 1.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa Pasal 1 angka 17 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007.
Subjek hukum dalam kontrak pengadaan barang adalah pengguna barang dan penyedia barang. Penggunaan barang adalah kepala kantorsatuan kerjapemimpin
proyekpengguna anggaran daerahpejabat yang disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang dalam lingkungan
unitproyek tertentu. Penyedia barang adalah badan usaha atau orang perseroan yang kegiatan usahanya menyediakan barang. Objek kontrak ini adalah kegiatan
pengadaan barang.
56
Dalam pengadaan barang tidak bergerak tidak tertutup kemungkinan bahwa pengadaannya juga dapat dilakukan melalui proses pembangunan, yang
mempergunakan jasa kontruksi kontraktor. Ini berarti kegiatan pengadaan barang juga tidak dapat dipisahkan dengan proses pengadaan jasa, khususnya yang meliputi
jasa pemborongan tetapi tidak meliputi jasa konsultasi dan jasa lainnya. Berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak berhubungan dengan isi
perjanjian, yaitu kebebasan menentukan “apa” dan “siapa” perjanjian itu diadakan. Perjanjian yang diperbuat sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata ini mempunyai
56
Ibid.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
kekuatan mengikat.
57
Pasal 1320 KUHPerdata menentukan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan diri
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. suatu hal tertentu
4. suatu sebab yang halal
Kontrak pengadaan barang adalah kontrak yang dikenal dalam Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan BarangJasa Instansi
Pemerintah dan telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan BarangJasa Instansi Pemerintah. Para pihak dalam kontrak ini
adalah penggunan barang dan penyedia jasa. Pengguna barang adalah :
58
1. kepala kantorsatuan kerja
2. pemimpin proyekpemimpin bagian proyek
3. pengguna anggaran daerahpejabat yang disamakan sebagai pemilik pekerjaan
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang dalam lingkungan unit kerjaproyek tertentu.
Penyedia barang adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang.
59
Kemudian kontrak pengadaan barang merupakan kontrak yang dikenal dalam kegiatan pengadaan barang yang dilakukan oleh
pemerintah, dimana sumber pembiayannya berasal dari APBNAPBD ataupun yang berasal dari bantuansumbangan dari negara lain. Pengertian pengadaan barang dapat
57
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 83.
58
Pasal 1 angka 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2007
59
Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2007
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
dibaca dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang yang dibiayai dengan APBNAPBD, baik yang
dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barangjasa. Pelaksanaan pengadaan barang ini dapat dilakukan secara :
1. swakelola
2. penyedia barang
Dilaksanakan secara swakelola artinya adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri.
60
Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola adalah
61
: a.
Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan fungsi dan
tugas pokok pengguna barangjasa; danatau
b. Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat
setempat; danatau c.
Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barangjasa; danatau
d. Pekerjaan yang secara rincidetail tidak dapat dihitungditentukan terlebih dahulu,
sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barangjasa akan menanggung resiko yang besar; danatau
e. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan;
danatau f.
Pekerjaan untuk proyek percontohan yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologimetode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia
barangjasa; danatau
g. Pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan
pemerintah, pengujian di laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan tinggilembaga ilmiah pemerintah;
60
Pasal 39 ayat 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003.
61
Pasal 39 ayat 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
h. Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barangjasa yang
bersangkutan.
Dilaksanakan oleh penyedia barang artinya adalah bahwa pengadaan barang itu dilaksanakan oleh penyedia barang. Barang adalah suatu benda dalam berbagai
dan uraian, yang meliputi
62
: 1.
bahan baku 2.
bahan setengah jadi 3.
barang jadi atau peralatan 4.
spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang Pada prinsipnya kontrak dapat diubah, dengan syarat ada kesepakatan antara
pengguna barang dan penyedia barang. Pengubahan kontrak merupakan upaya untuk mengatur atau meninjau kembali substansi kontrak yang telah dibuat antar pengguna
barang dengan penyedia barang. Dalam Pasal 34 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 telah ditentukan hal-hal yang dapat diubah. Hal-hal yang dapat diubah meliputi :
1. lingkup pekerjaannya
2. metode kerja
3. waktu pelaksanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Kontrak batal demi hukum apabila isi kontrak melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kontrak dibatalkan apabila para pihak terbukti
melakukan
63
:
62
Pasal 1 angka 10 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2007.
63
Pasal 35 ayat 7 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
1. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKN
2. Kecurangan
3. Pemalsuan dalam proses pengadaan maupun pelaksanaan kontrak
KKN merupakan kegiatan untuk melakukan kegiatan kolusi, korupsi dan nepotisme yang dilakukan antara pengguna barang dengan penyedia barang. Dalam
pelaksanaan pengadaan barang, seringkali muncul kasus yang berkaitan dengan KKN ini. Apabila hal itu terjadi, maka tidak hanya pembatalan kontrak, tetapi juga dapat
dituntut berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Seperti diketahui bahwa hak-hak narapidana merupakan bagian dari hak asasi yang melekat pada diri manusia, oleh karena itu perlu mempersoalkan hak-hak
narapidana agar senantiasa dilindungi dan diakui oleh hukum serta aparat penegak hukum, khususnya para pembina di Lembaga Pemasyarakatan. Merupakan suatu
yang perlu bagi negara hukum untuk menghargai hak-hak asasi narapidana sebagai warga masyarakat yang harus diayomi, walaupun telah melanggar hukum.
64
Harus diakui, narapidana sewaktu menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan dalam beberapa hal kurang mendapat perhatian, khususnya
perlindungan hak-hak asasinya sebagai manusia. Dengan pidana yang dijalani
64
Petrus Irwan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan Dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm. 72.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
narapidana itu, bukan berarti hak-haknya dicabut, penghukuman bukan bertujuan untuk mencabut hak-hak asasi yang melekat pada dirinya sebagai manusia.
65
Pelaksanaan pembinaan yang kurang melindungi hak-hak narapidana di Indonesia cukup beralasan, mengingat keterbatasan anggaran serta sarana, salah
satunya adalah masih banyak Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia yang tidak menyediakan tempat tidur dan sarana sanitasi yang memadai.
66
Narapidana sulit mengharapkan pengobatan yang memadai di penjara. Obat- obatan yang tersedia sangat minim dan dokter yang tersedia hanya dokter jaga.
Akibatnya narapidana sering kali bersama-sama mengupayakan sendiri pengobatan terutama untuk membantu narapidana yang tidak punya uang. Dokter yang betul-
betul menangani narapidana adalah dokter narapidana, mereka siap menolong rekannya sesama narapidana yang sakit.
67
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan mengamanatkan bahwa sistem Pemasyarakatan bertujuan untuk mengembalikan
warga binaan pemasyarakatan sebagai warga yang baik dan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan serta
merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sistem pemasyarakatan menitik beratkan pada usaha
perawatan, pembinaan, pendidikan dan bimbingan warga binaan pemasyarakatan
65
Ibid, hal 73
66
Ibid
67
”Napi Sulit Berharap Pengobatan”, Harian Kompas, Selasa 10 April 2007, hlm.3.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
yang bertujuan untuk memulihkan kesatuan hubungan yang asasi antara individu warga binaan dengan masyarakat.
68
Sejalan dengan perkembangan paradigma yang terus berubah ditengah-tengah masyarakat serta upaya penegakkan hak asasi manusia dalam sistem tata peradilan
pidana, maka dilakukan pembenahan serta perubahan-perubahan pada sistem kepenjararaan melalui payung hukum pemasyarakatan yaitu Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, untuk mengadopsi norma-norma hukum lama yang masih relevan maupun instrument
internasional, aspek sosial, maupun opini masyarakat. Perubahan paradigma sosial, budaya, ekonomi dan hukum dalam mayarakat
merupakan hasil interaksi sosial pada tataran internasional yang dampaknya berimbas pada kondisi nasional, dampak tersebut cukup berpengaruh terhadap perkembangan
sistem tata peradilan pidana di Indonesia termasuk sistem perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan.
69
Lembaga Pamasyarakatan dimata masyarakat dipandang berfungsi sebagai tempat membatasi ruang gerak orang yang dijatuhi hukuman pidana penjara. Oleh
karena itu masyarakat umum lebih mengenal sebagai penjara dari pada Lembaga Pemasyarakatan. Fungsi pemenjaraan ini lebih merupakan usaha untuk memastikan
bahwa terpidana tidak akan mengulangi perbuatannya sepanjang masa
68
Lihat Konsideran Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006, Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
69
Mardjaman, Beberapa Catatan RUU Tentang Sistem Pemasyarakatan, Jurnal Legislasi Indonesia, Dirjen Peraturan Perundang-undangan Dep Hukum dan HAM RI, Vol. 2 No.3, September
2005, hal. 109
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
penghukumannya. Dengan kata lain fungsi pemenjaraan terpidana penjara merupakan strategi untuk membuat agar terpidana tidak mampu melakukan pelanggaran hukum ,
atau dalam konsep penologi disebut incapacitation.
70
Dalam fungsi incapacitation ini penyelenggara penjara tidak berpretensi bahwa narapidana yang selesai menjalani hukuman akan menjadi jera, sehingga ciri
utama kegiatannya adalah menjaga agar tidak terjadi pelarian narapidana. Kalau ada kegiatan yang diprogramkan bagi narapidana, kegiatan tersebut adalah kegiatan kerja
yang bersifat produktif, dengan hasil produksi yang kompetitif dipasarkan dipasar terbuka. Bahkan terhadap narapidana yang dipandang rawan menimbulkan masalah,
ia diawasi secara ketat dalam ruang yang berstatus maximum security atau bahkan kini diperkenalkan dengan status super maximum security.
71
Dalam sistem peradilan pidana, pemenjaraan merupakan salah satu fungsi dari penegakkan hukum, yakni sebagai tempat pelaksanaan hukuman bagi orang yang
dalam persidangan pidana dinyatakan terbukti melakukan kejahatan, dan orang tersebut harus menjalani hukuman penjara sebagaimana diputuskan oleh
pengadilan.
72
Pemberian derita semata-mata sebagai ukuran efektif tidaknya sanksi pidana tidak memberi jaminan bahwa yang dikenakan sanksi itu akan jera, tidak akan
mengulangi perbuatannya, dan karena itu tidak cukup memberi jaminan terhadap
70
Ibid, hal. 110.
71
Ibid.
72
Muhammad Mustofa, Memikirkan Sistem Pemasyarakatan yang Pas, Jurnal Legislasi Indonesia, 2006, hlm. 115-116.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
perlindungan masyarakat secara konsisten. Namum demikian sanksi hukum yang sekarang dipakai dalam KUHP adalah sanksi yang berupa pemberian hukuman
pidana yang bersifat pemberian deritanestapa.
73
Konsepsi pembinaan pelanggar hukum di Indonesia yang dikalangan praktisi dikenal dengan sistem pemasyarakatan, sejalan dengan aliran baru mengenai koreksi
yang menganut Re-Integrasi Sosial, tidak lagi memandang seorang pelanggar hukum terpidana sebagai seorang yang inhaerent dengan peribadinya, mempunyai kelainan-
kelainan khusus yang tidak terdapat pada seorang yang bukan pelanggar hukum sebagaimana halnya dengan doktrin Rehabilitasi dan tidak pula menganggap seorang
terpidana sebagai seorang yang sosialisasinya tidak lengkap sebagaimana doktrin Re- Sosialisasi, melainkan menganggap seorang pelanggar hukum terpidana sebagai
seorang anggota masyarakat yang berada dalam status posisi hukum yang khusus sebagai akibat dari perbuatannya yang meretakkan kesatuan hubungan dengan
masyarakat.
74
Dalam pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara khususnya pengadaan barang dan
jasa yang berhubungan dengan hak tahanan atau narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli yaitu dalam hal pengadaan bahan makanan sering
terjadi kekosongan pada tiga bulan pertama awal tahun, sehingga untuk menghindari kekosongan tersebut pelaksanaan kontrak pengadaan harus dilakukan melalui
73
Ibid., hlm.118.
74
Adi Sujatno, Bunga Rampai Pemasyarakatan, Depatemen Kehakiman dan HAM R.I 2002, hlm. 1.
Bona Hotman Situngkir : Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana Tahanan Studi Rutan Klas II B
Labuhan Deli, 2009
mekanisme tahun jamak multi years, untuk itu Rapat Kerja Teknis Pemasyarakatan Tahun 2008 mendesak untuk segera diajukan usulan kepada Menteri Keuangan
tentang pengecualian terhadap pengadaan bahan makanan narapidana serta mengusulkan perubahan standar biaya makan narapidana tersebut dengan sistem
rayonisasi.
75
Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan asumsi serta penemuan- penemuan awal di lapangan maka penulis mempunyai keinginan yang kuat untuk
mengadakan penelitian yang lebih komprehensif dan mendalam untuk menyusun tesis dengan judul Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang
Pengadaan BarangJasa Pemerintah Dikaitkan dengan Pengadaan Bahan Makanan NarapidanaTahanan Studi Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli
B. Permasalahan