BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Variabel Penelitian
4.1.1. Perkembangan Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan satuan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS yang berarti nilai yang mencerminkan harga mata uang Dollar AS dalam satuan Rupiah,
data mulai Januari 2004 sampai dengan Februari 2009. Berikut penjelasan perkembangan nilai tukar:
8000 8500
9000 9500
10000 10500
11000 11500
12000
2004 2005
2006 2007
2008 KURS
Gambar 4.1. Perkembangan Kurs Januari 2004 sd Februari 2009
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas diketahui bahwa perkembangan kurs dari Januari 2004 sampai dengan Februari 2009. Nilai kurs yang paling tinggi terjadi pada
awal tahun 2004 pada posisi di atas Rp. 8.000 per dollar sedangkan nilai kurs yang paling rendah terjadi pada awal tahun 2008 terdepresisi ke level Rp. 10.500 per
dollar. Peningkatan kurs terjadi karena adanya kapital inflow yang masuk ke Indonesia dan sebaliknya. Titik kurs yang paling tertinggi terjadi pada awal tahun
2004 yang hanya mencapai di bawah Rp 8.400 per dollar Amerika Serikat. Apresiasi tersebut terjadi akibat adanya berbagai faktor yang terjadi khususnya terhadap
menguatnya kondisi makro ekonomi Indonesia dan pasca pemilu yang aman dan damai sehingga direspon oleh kalangan ekonomi dengan positif. Kuatnya
fundamental ekonomi Indonesia mendorong masyarakat untuk memegang rupiah dibandingkan dengan dollar Amerika Serikat. Sedangkan depresiasi rupiah yang
paling tertinggi terjadi pada akhir tahun 2008 dan awal 2009 hingga mencapai titik terendah yaitu di atas Rp.11.500 per US dollar. Depresiasi tersebut terjadi akibat
krisis keuangan global yang melanda Amerika Serikat dan dunia sehingga menurunkan berbagai indikator ekonomi Indonesia seperti pasar saham dan turunnya
ekspor-impor Indonesia. Banyak investor yang menarik uangnya dari sektor keuangan ke sektor riil sehingga dapat menurunkan kurs rupiah sebagai salah satu
sumber pasar keuangan.
4.1.2. Perkembangan SBI
SBI, adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. SBI dalam
penelitian ini diukur dalam persen data mulai bulan Januari 2004 sampai dengan Februari 2009. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sektor perbankan telah
mengidap berbagai kelemahan tercermin pada besarnya jumlah kredit macet pada sejumlah bank dengan terjadinya krisis yang telah mengakibatkan pemerintah
mengambil kebijakan ketat, di samping serbuan rush berulang-ulang sektor perbankan menjadi semakin terpuruk karena disintermediasi perbankan sudah terjadi
sejak akhir 1997 dan kualitas aktiva produktif juga semakin buruk. Berikut perkembangan SBI tahun 2004 sd tahun 2009.
7 8
9 10
11 12
13
2003 2004
2005 2006
2007 2008
SBI
Gambar 4.2. Perkembangan SBI Januari 2004 sd Februari 2009
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas diketahui bahwa nilai SBI pada tahun 2004 merupakan titik terendah berada pada kisaran 7,5 persen sedangkan pada akhir tahun
2005 dan awal tahun 2006 SBI mencapai level tertinggi mencapai di atas 12 persen, kemudian menurun kembali pada akhir tahun 2007 dan kembali meningkat di awal
tahun 2008. Peningkatan SBI disebabkan pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar
dan inflasi yang terjadi. Dalam kondisi reses jumlah inflasi yang tinggi mendorong permintaan mayarakat akan uang semakin banyak dan jumlah uang beredar juga
makin banyak beredar di masyarakat, untuk itu perlu peningkatan terhadap sertifikat Suku Bunga Bank Indonesia sehingga jumlah uang beredar akan semakin menurun.
Naiknya sertifikat Suku Bunga Bank Indonesia pada pertengahan tahun 2005 sampai awal tahun 2006 hingga di atas 12 persen disebabkan kondisi ekonomi yang terjadi
inflasi. Penurunan SBI dimaksudkan untuk menumbuhkan sektor riil melalui pinjaman investasi dengan bunga yang rendah hal tersebut terjadi sepanjang tahun
2004 yang hanya di bawah 8 persen. Penurunan terhadap sertifikat Suku Bunga Bank Indonesia akibat pulihnya kondisi makro ekonomi sehingga untuk mendukung
pergerakan investasi diperlukan pinjaman dengan bunga yang lebih rendah sehingga sektor riil dapat berjalan dengan baik.
4.1.3. Perkembangan Inflasi