2.4. Teori Pergerakan Harga Saham
Teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan harga saham secara acak adalah teori random walk dan teori yang menjelaskan pola perubahan harga saham
adalah teori Elliott wave.
2.4.1. Teori
Random Walk
Istilah random walk merupakan istilah yang pertama kali muncul dalam koresponden di nature yang membahas mengenai bagaimana strategi optimal untuk
mencari orang mabuk yang ditinggalkan di tengah lapangan. Caranya adalah dengan memulai mencari ditempat pertama kali orang mabuk itu ditempatkan sebab orang
tersebut akan berjalan dengan arah yang tidak tertebak dan acak Miller, 1998. Teori ini menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruhan
pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi gerakan dimasa yang akan datang. Perubahan harga saham tidak tergantung satu sama lain dan
mempunyai distribusi probabilitas yang sama Miller, 1998. Dengan kata lain teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah
yang acak dan tidak dapat diperkirakan. Jadi, seorang investor tidak mungkin memperoleh return melebihi return pasar tanpa menanggung risiko lebih.
2.4.2. Teori
Elliott Wave
The Wave Principle merupakan penelitian dari Elliott bahwa perilaku sosial atau massa mempunyai trend yang mengikuti pola-pola tertentu. Penelitiannya
menemukan bahwa perubahan harga di bursa saham mempunyai suatu struktur tertentu. Elliott mengemukakan bahwa pergerakan harga saham mempunyai pola atau
gelombang yang bersifat repetitif. Hal yang perlu dicatat adalah walaupun bersifat repetitif tetapi pola tersebut belum tentu berulang dengan waktu dan ketinggian
gelombang yang sama.
5 A
4 B 3 C
2 1
Sumber: Murphy, 1999 dalam Bodie, Kane dan Marcus, 2002
Gambar 2.2. Pola Dasar Pergerakan Elliott Wave
Pola-pola tersebut dapat diartikan sebagai berikut: 1.
Gelombang 1 Harga saham mula-mula bergerak naik membuat beberapa investor merasa bahwa
harga saham tersebut murah. Adanya pembelian saham tersebut membuat harga saham naik.
2. Gelombang 2
Pada saat ini harga saham tersebut sudah dinilai terlalu tinggi sehingga investor mulai merealisasikan keuntungannya dengan menjual saham tersebut. Hal ini
mengakibatkan tekanan terhadap harga saham sehingga turun. Namun penurunan harga saham ini tidak sampai membuat through gelombang 2 serendah through
gelombang 1 karena investor menilai harga saham tersebut menjadi murah lagi. 3.
Gelombang 3 Gelombang ini biasanya gelombang yang paling lama dan kuat sebab didorong
oleh lebih banyak investor yang bergabung atau meningkatkan posisi yang mengambil keuntungan dari trend menanjak sehingga perdagangan menjadi
ramai. Harga saham saat ini naik sampai melewati harga tertinggi pada gelombang 1.
4. Gelombang 4
Investor mulai merealisasikan keuntungannya sebab harga saham sudah terlalu tinggi. Koreksi berpola segitiga-segitiga umumnya dikenal dalam gelombang ini,
di mana dalam pola koreksi ini volatilitas harga saham cenderung menurun. Namun gelombang ini lemah sebab masih banyak investor yang menginginkan
saham tersebut. 5.
Gelombang 5 Pada gelombang ini sebagian investor sudah memegang saham ini dan sebagian
besar merupakan investor yang irasional. Akan tetapi tidak sekuat pada gelombang 3 sebab investor akan berpartisipasi hanya sebagian kecil saja jika
dibandingkan dengan gelombang 3. Investor yang mengetahui hal ini akan mulai mengadakan transaksi short-selling. Pada saat ini saham dapat bergerak kembali
ke gelombang 1, atau mulai mengkoreksi diri. 6.
Gelombang ABC Saat ini saham akan mengkoreksi dengan melakukan gerakan turun, naik dan
turun. Volatilitas pada periode ini biasanya berkurang dibandingkan dengan kelima gelombang sebelumnya, karena pasar sedang mengevaluasi ulang dan
sedang dalam tahap istirahat. Berdasarkan teori random walk dan teori Elliot Wave yang telah dijelaskan
di atas maka diduga pergerakan IHSG sangat erat kaitannya dengan kedua teori tersebut. Pergerakan IHSG memang tidak bisa diprediksi secara tepat, namun secara
umum pergerakan IHSG akan berfluktuasi mengikuti pola Elliot seperti yang telah
dijelaskan pada Gambar 2.1.
2.5. Capital Asset Pricing Model CAPM